4

138 15 0
                                        

Jogja, 22 September 2014

Lara POV

Udah berapa lama gue kayak gini? Ra lo gak boleh lemah, cuma gara gara hal sepele gitu lo jadi lemah. Lo harus jadi Lara yang kuat. Gue gak sedih oke gue gak sedih.
Tok tok tok

"Ya? Siapa?"

Ah siapa sih malem malem gini dateng kerumah. Gak ada kerjaan banget.

"Banggg diluar ada orang, lo aja yang buka pintu! Gue lagi belajar!" teriak gue

"Lo bisa gak sih gak nyusahin gue? Lo kira cuma lo yang belajar!"

Dih tuh orang malah marah balik. Yaudahlah gue males berantem sama manusia satu itu
Tok tok tok

"Iya bentar!"

Sumpah gue males banget turun tangga. Yaelah....

"Hay"

-----

Author POV

Dengan langkah gontai, Lara turun untuk membuka pintu.

"Hay" ucap seorang pria yang tengah berdiri di ambang pintu.

"Emm maaf cari siapa ya?" tanya Lara bingung. Setaunya ia tak kenal pria yang dihadapannya.

"Gio ada? Gue Raka, temen kampusnya. Gue cuma mau balikin bukunya yang gue pinjem." ucap pria yang bernama Raka

"Oh temen bang Gio. Mau dipanggilin dulu? Yaudah masuk aja bang siapa? Ra.."

"Raka." sambung pria itu

"Oh iya bang Raka. Tunggu bentar ya bang." ucap Lara lalu Larapun beranjak ke tempat Gio

*skip*

"Anak curut, ada temen lo dibawah. Namanya Raka. Lo kenapa sih gak pernah bilang ada temen yang gantengg gitu. Keren gila sumpah. Lesung pipinya. Matanya. Hidungnya. Rambutnya. Badannya yang perfect. Rambutnya. Bibirnya. Wanginya...."

"Sumpah lo najis banget" sanggah Gio

"Ih kan gue cuma mengagumi temen lo yang kayak pangeran pangeran difilm barbie gituuuu. Unyu" sambung Lara

"Serah lo deh. Gue kebawah dulu"

-----

Lara terbangun dari tidurnya karena matahari yang masuk melalui selah selah jendela kamarnya. Dengan malas, Lara bangkit dari tempat tidur dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.

*skip*

"Ntar gue jemput lo jam 3. Tunggu digerbang." ucap Gio

"Siap bos!" balas Lara sambil hormat ke Gio.

Hari ini Lara merasa sangat malas untuk belajar. Tak akan ada yang menghiburnya, ya siapa lagi yang akan menghiburnya selain Tata dan Cici.

"Ah ini ni malesnya kalo pisah sekolah sama mereka berdua." batin Lara

Bukannya Lara tak mempunyai teman lagi selain Tata dan Cici, hanya saja Lara tak suka bersosialisasi. Baginya bersosialisasi dengan orang baru akan merugikan dirinya sendiri.

Dia tak suka bersosialisasi karena sebelum bertemu kedua sahabatnya ia dulu sudah sering bertemu manusia manusia bertopeng. Yang hanya memperlihatkan topengnya yang cantik, sedangkan dibaliknya terdapat hal yang mungkin tak bisa kita duga sebelumnya.

Apalagi dikalangan anak SMA, terlalu banyak manusia yang mengenakan topeng hanya untuk menutupi keburukannya. Kenapa tidak dengan suatu kebaikan yang tulus ia memperlapis keburukannya. Sesuatu yang tulus adalah hal yang abadi. Dan topeng? Hanya pelapis sementara, yang sewaktu-waktu dapat terlepas sendirinya dan memperlihatkan sisi burukmu.

Ya, Lara hanya terlalu muak dengan manusia bertopeng disekelilingnya. Yang berpura-pura baik hanya untuk mencapai tujuannya, setelahnya? Pastinya akan mencampakkan bagai sampah.

*skip*

Lara dan Gio tiba dirumah.
Kring kring kring

Telepon rumah berdering keras

"Gue aja yang angkat." ucap Gio

"Halo"

"......"

"Sekarang mereka dimana?"

"....."

"Ya, kami kesana sekarang."

"Dek kita kerumah sakit sekarang, papa sama mama kecelakaan." ucap Gio frustasi

Bak tersambar petir, Lara hanya diam membisu mendengar tuturan abangnya. Dan mereka pun bergegas pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan orang tuanya.

----

"Bang, mereka gak mungkin meninggal. Bang! Dokternya pasti salah! Bang tolongin mereka bang! Bilang ke dokternya! Lo jangan diam aja! Bang dengerin gue! Lo itu abang gue gak sih?! Mereka orang tua lo, jangan cuma diam kayak orang bego aja lonya!.." Lara berteriak ke Gio sambil menangis.

Gio pasrah menerima kata-kata kasar yang dilontarkan adiknya. Gio tak sanggup menahan semuanya.

*skip*

Lara POV

Hari ini pemakaman orang tua gue, gue gak nyangka mereka bakal secepat ini ninggalin gue. Gue capek dengan semuanya. Gue gak sanggup liat bang Gio yang diem aja dari kemaren kayak orang frustasi. Gue gak bermaksud maki maki dia. Gue sayang sama dia.

"Bang maafin gue, gue kasar sama lo." gue peluk Gio yang tengah berdiri menatap kuburan orang tua kita.

"Udahlah dek, gue ngerti perasaan lo. Sekarang kita harus ikhlas. Udah lo jangan nangis lagi. Kan masih ada gue yang bakal jaga lo." ungkapnya sambil membalas pelukan gue.

----

Jogja, 25 September 2014

"Bang, gue mau mau pindah sekolah dimakassar. Gue pengen nenangin diri dulu disana. Kan ada tante Rita disana, gue udah bilang ke tante. Surat pindah sekolah udah diurus. Besok gue berangkat. Lo gakpapa kan disini? Gue bakal sering nelfon lo kok. Lo jangan sedih terus. Gue gakmau kehilangan lo, jaga kesehatan ya." ucap Lara sambil memeluk Gio

"Yaudah dek kalo itu keputusan lo gakpapa. Lo baik-baik disana, gue juga sayang sama lo. Gue bakalan jaga kesehatan kok, lo gak perlu khawatirin gue. Justru gue yang khawatir sama lo. Yaudah istirahat gih." ucap Gio tulus

----

Lara POV

Sekarang gue udah dibandara sama Gio, Tata sama Cici. Ah gue gak tega ninggalin abang gue yang ganteng ini. Gue bakal kangen banget sama nih orang.

"Bang, gue bakal kabarin lo kalo udah sampe. Terus juga lo jangan buat yang aneh aneh disini. Gue bakal nelfon lo tiap detik menit jam. Jaga kesehatan lo, jangan sampe lo sakit. Jangan makan mie instan! Lo beli aja makanan diluar. Gue sayang lo." gue peluk bang Gio erat banget. Gue gak pengen pisah sama dia.

Gue juga gak tega ninggalin sahabat gue.

"Ta, ci gue berangkat ya. Kalian jaga diri baik-baik. Oiya gue nitip bang Gio, kalo gak ngerepotin. Kalian bisa gak masakin makan malem buat bang Gio? Tolong ya. Gue berhutang budi sama kalian. Gue sayang kaliannn." ah gue pengen nangis

Oke, gue harus masuk sekarang. Udah mau take off.

"Dah semua, jaga diri kalian ya."

-----

Only Have A Chance (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang