2

261 17 0
                                    

*1 tahun yang lalu*

Jogja, 11 April 2014

"Em, hay." sapa seorang pria kepada Lara.

"Eh, hay"

"Ee.. Gini ra. Duh gimana ya.. Gue takut ngomong sama lo. Eh bukan takut, gimana ya... Ah intinya gue suka lo, jadian yuk?" ungkap pria tersebut dengan gugup.

Yang diajak bicara hanya terdiam tak percaya.

"Em, kalo lo terima gue, cium bunga ini. Terus kalo lo nolak gue ambil aja bunganya gausah diapa-apain." ucap pria itu sambil menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tak gatal.

Lara mengambil bunga yang disodorkan pria tersebut lalu menciumnya.

"Ya, gue mau jadian sama lo." ucap Lara dengan sangat sangat gugup.

"Bener ra? Thanks ra, gue bakal berusaha untuk ngejagain lo, gak ngecewain lo. Tapi gue gakmau janjiin apa-apa ke lo, yang mungkin nanti bisa aja gue ingkar. Gue gakmau umbar-umbar kata-kata manis ke lo. Gue bakal buktiin ke lo." ucap pria tersebut dengan lantang.

"Gue harap lo bisa pegang kata-kata lo ki." batin Lara

---

Lara POV

Ah gak terasa udah lulus SMP, tinggal nunggu hasil ppdb aja. Gak sabar buat ngerasain jadi anak SMA haha.

Oiya nama gue Lara Devinda, gue pengennnn bangettt bisa masuk ke SMAN 3, do'ain aja yaa. Gue sama dua sahabat gue pengen banget sekolah disana, itu sekolah termasuk sekolah favorite di kota. Oiya kenalin dua sahabat gue, namanya Tata sama Cici. Mereka sahabat gue dari kelas 1 SMP. Mereka baikkkkkkk banget banget banget. Kita lahir juga dibulan yang sama, hehe tanggalnya juga cuma beda beberapa hari aja. Okee intinya mereka udah gue anggap keluarga.

-----

Author POV

Yogya, 25 Mei 2014

"Lara.. Lara.. Lara.. Lara.. Lara.."

"Nama gue gak adaa...." teriak Lara.

Gio yang sedang asik bermain gitar pun menoleh ke asal suara yang memekakkan telinganya. Ya, itu suara nyaring Lara yang notabene merupakan adik Gio Altaro.

"Dek, lo kenapa sih nangis nangis gitu? Kesurupan lo?"

"Gue gak lulus SMAN 3 bangg." rengek Lara

Gio yang mendengarnya langsung memeluk Lara

"Udah dek, itu berarti bukan rezeki lo. Kan masih ada pilihan kedua, lo pilih SMA 6 kan? Udah yang penting negeri. Bersyukur lah, rezeki lo masih di negeri dek." ucap Gio sambil mengelus kepala Lara.

"Kak tapi kan gue pengen banget masuk sana. Terus Tata sama Cici masuk disana, ntar diSMA6 gue gak ada temenn."

"ra, kalo bukan rezeki gimana lagi? Lo mau masuk lewat belakang? Gak malu apa masuk lewat belakang. Kalo gue sih malu. Gue aja masuk swasta biasa biasa aja. Semua sekolah itu sama aja. Buktinya gue sekarang kuliah di UGM. Keren kan."

"Ah lo mah bukannya gimana gitu. Lo malah bangga banggain diri lo. Bete gue."

"Yang penting gue gak nangis. Mending pede dari pada cengeng." ledek Gio

"Serah lo deh. Udah ah gue mau tidur, keluar lo dari kamar gue." usir Lara

"Ya biasa aja kali, ini juga dulunya kamar gue. Suka-suka gue dong."

"Kan duluu. Sekarang ini kamar gue!" ucap Lara tak mau kalah

"Yang lahir duluan siapa sih? Kok lo gak ada sopan-sopannya sama gue. Gue sate-in juga lo ntar."

"Biarin, ngapain sopan sama manusia kayak lo."

"Eh bukan manusia deng, kambing." lanjut Lara

Gio yang mendengarnya langsung menjitak kepala Lara.

"Lo kok jahat sih sama gue? Padahal gue udah berusaha jadi adik yang terbaik buat lo, lo malah giniin gue. Gue kan sedih." rengek Lara

"Najis sumpah. Gue heran kenapa coba Rizki mau sama lo yang alay gini. Kalo gue jadi Rizki mending gue jomblo dari pada sama lo."

"Tuh kan lo jahatt!"

"Dih becanda kali dek, adek gue cantikk kok unyu. Liat abangnya aja ganteng ginii."

"Bang, perasaan gue lebih enakan gue ngomong lebay deh daripada lo. Kalo lo ngomong lebay udah kayak banci banci terminal"

"ha ha ha lucu lucu. Ih adek gue gemesin. Sampe gue pengen muntah. Udah ah lo tidur, jangan nangis lagi. Kalo gak ikhlas tuh sipojokkan ada obat nyamuk."

"Kambing lo bang." Lara melempar bantal gulingnya ke Gio

---

Only Have A Chance (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang