AUTHOR POV
"Elva,lo kenapa gabales chat gue dah?"
"Bales"
"Mane les? Di read doang gitu"
Elva mengehela napas panjang. Ia Tidak bisa mengontrol dirinya. Harusnya Elva bisa bersikap dewasa,namun perasaan tidak bisa bekerja sama.
"Sorry,gue kemaren lagi mas-"
"Rava!"
Belum selesai gadis itu berbicara,sebuah teriakan terdengar memanggil laki laki didepannya.
Yailah ada cabe goceng , Ia menggerutu dalam hati.
Cabe itu-eh,Maksudnya gadis itu berlari sampai didepan Rava dan menebarkan senyum termanisnya.
Lalu,Ia memberi Rava sebuah jaket berwarna hitam yang diyakini Elva bahwa itu jaket milik Rava."Makasih ya jaketnya"
Rava tersenyum tipis dan mengambil jaket itu dari genggaman Vanes.
"Kok jaket nya ada di lo nes?" Elva merutuki dirinya sendiri. Kenapa ia tidak bisa menahan rasa penasarannya. Padahal ia tau kemarin Vanes dan Rava pulang bareng. Bego! ,batin nya.
"Kemarin gue nganter dia ke rumahnya,tapi sebelum nya kerumah gue dulu buat ambil jaket karena hujan kan kemaren?"
Rava melanjutkan penjelasannya , "Biar Vanes ga kena gerimisnya bro. Udah gitu gue ambil aja jaket yang itu. Soalnya yang lainnya jaket kesayangan hehe" Ia tertawa sehabis berbicara.
Vanes bertanya ,"Berarti jaket itu bukan jaket kesayangan?"
Rava tampak berpikir sebelum menjawab , "Biasa aja sih,gue lupa dikasih siapa"
Elva tersenyum kecil dan berbicara dalam hatinya, Dikasih gue Rav,itu hadiah dari gue.
Ya,Jaket itu pemberian Elva.
Dan,Rava melupakan fakta itu._
ELVA POV
"Anying"
Lagi lagi si Rava ini meratapi nasib melihat nilai yang barusan dibagiin sama pak Asep. Tebak berapa nilai nya? Iya,30 nilainya. Terpampang nyata dan jelas dikertas putih itu.
"Untuk Ulangan matematika ke 3 ini,nilai tertinggi diraih oleh Elvanta yaitu 95. Dan yang paling rendah tolong kesadaran sendiri untuk memperbaikinya" Pak Asep merapikan bukunya dan meninggalkan kelas.
Gue ngakak parah.
"Tolong kesadaran sendiri untuk memperbaikinya" gue ngulang perkataan pak Asep tadi dan berusaha menyamakan dengan suara cempreng pak Asep."Bacot lu" Rava mendelik.
"Ih Suciman atut. HAHAHA"
Tiba tiba muncul laki laki dengan rambut cokelat nya. Nangkring didepan pintu kelas 10 - 2.
Siapa? Kakaknya,Alza."Eh kutu,sini!"
Dia manggil gue? Najis dah,udah tau gue gasuka dipanggil disekolah kayak gini. Dengan langkah berat gue jalan kearah Alza.
"Ada apaan om?" Gue bertanya dengan nada males. Iyalah males beneran ini.
"Bagi duit dong tante" Dia nyodorin tangan kosong ke gue.
Gue ngambil duit seadanya dan keluarlah uang 2000-an. Gue kasih aja,dan dia terlihat tidak terima.
"Lu nyuruh gue makan apaan? Makan hati?" Dih. Udah dikasih uang masih aja sewot.
"Kak Alza! Nih kak aku ada sedikit uang lebih" Seorang cewek bernama Liss ngasih duit 10 ribu. 3 lembar. Sama aja dengan 30 ribu.
Alza tersenyum miring. "Makasih ya cantik. Duh gak kuat saking cantiknya"
Dia berkata dengan nada ngondek.
Apaan banget. Dia berjalan pergi dengan tangan melambai lambai yang menyebabkan populasi cewek dikelas kejang kejang."Elva sayang!" Sebuah suara muncul lagi dari luar kelas.
Hih. Siapa lagi nih?
Ternyata si Ervon,guys. Cowok yang selalu dengan terang terangan PDKT in gue. Kenapa jadi geer gini? Tapi itu fakta sih,hehe.KRIING. Bel pulang sekolah.
Seseorang mengalungkan tangannya di leher gue. Rava.
DUH! Jantung tolong gausah lebay ya,kan tengsin kalo kedengeran lagi deg-deg an."Ayok pulang Nyai" Rava menolehkan kepala pada Ervon dan berkata,"Back off,bro"
GUE MERASA TER PHP KAN.
Plis ya Elva lo harus jaga image.~~~
Rava ngajak gue kesuatu tempat deket sekolah atau lebih tepatnya sebuah cafe kecil minimalis. Semua berjalan normal. Ketawa,Curhat sampe ceng-ceng an pun terjadi. I really enjoy this moment with him.
Ga sengaja mata gue menangkap seorang cewek yang sedang menyeberang jalanan,dia Vanes.
Mungkin Rava mengikuti arah tatapan gue dan akhirnya,dia menghela napas panjang. Kenapa dia?"Gue sadar sebuah fakta Va"
Gue mengernyit. Ga ngerti maksud dari ucapannya. Tapi ada perasaan gelisah yang menghantui dirinya detik ini.
Positive Thinking aja Va."Fakta bahwa...Gue sayang dia" Gue mematung. Gabisa lagi mengira siapa yang dimaksud dengan 'dia'. walaupun otak gue udah memunculkan satu nama.
Dengan setengah hati gue bertanya, "Ciee siapa tuh? Bisa suka juga lo sama cewek? Ah gue kira lu maho"
"Gue serius"
"Gue duarius"
"Elva,Gue serius. Gue pengen kasih tau ke lo kalo gue ngerasain yang gabiasa saat gue deket sama dia" Rava terkekeh pelan, "Sejak kapan gue bisa ngomong gitu ya?"
"I know. I know Rav"
Rava mengentikan kekehannya. Nyebelin! Gue ga rela banget Rava deket sama cewek selain gue. Oke,gue egois. Dan gue akui itu. Tapi,gue juga sadar diri bahwa gue bukan siapa-siapa. Selama orang yang kita sayang bahagia,kita juga bahagia bukan? Tapi gimana kalo alasan kebahagiaan orang yang lo sayang bukan karena lo? Rela?
"Ya gue yakin lo tau,kalo gue sayang sama...sama Va-"
"Vanes."
Jelas gue tau Rava bego. Malang bet nasib gue ahela. Setelah berhasil ngumpulin nyali segede babon gue mengambil kesimpulan dari percakapan ini.
"Jadi? Fakta nya apani coy?"
Dia menghela napas dan tersenyum lebar. Sangat lebar.
"Fakta bahwa gue sayang dia. Ravadinan Prathana sayang Vanesha Brendaline"
Cukstaw.
T B C
______HE HE HE HE #tawasetan , ini part 1 nya setelah prolog man teman.
Maaf ini jelek pake banget iyuh iyuh banget. tapi....VOTE AND COMMENT nya tolong ditinggalin yaps hahahahahaha.
Dan ya di mulmed ada foto si Elva ya! Taukan itu siapa? Iya itu author:) BERCANDA itu barbara palvin sodara kembar yang tertukar di empang lele sama author.
THANK YOU
KAMU SEDANG MEMBACA
ELVA RAVA [un-edit]
Ficțiune adolescențiEDITED SOON. "Jika mencoba untuk membuatmu melihatku adalah sebuah dosa, maka aku tahu aku tidak akan mendapatkan tempat terbaik di surga." Copyright © 2015 by Maryxth.