AUTHOR POV
Pagi ini semua terasa sama saja bagi Rava. Ia tetap bahagia seperti biasanya.
Hari ini ia akan menjemput Vanes dirumahnya untuk berangkat bersama kesekolah."Kak Rava,Bisa anterin aku ke sekolah engga? Papa gabisa anterin. Papa rapat pagi ini,kak," Talitha berkata kepada Rava sembari memakan sarapannya.
Rava menaikkan alisnya sebelah. Sekolah adiknya jauh dari rumah Vanes begitupun dengan Sekolah-nya. Talitha bersekolah di SMP unggul yang berada dipinggir kota. Jika dirinya harus mengantar Talitha,artinya,Ia tidak bisa menjemput Vanes Karena mereka pasti telat. Sangat telat.
"Lebih pilih adik apa pacar,Rav?"
Tiba-tiba ibunya muncul dari dapur dan berkata begitu. Ia sendiri bingung.Jahat banget. Masa lebih milih Vanes? Enggalah,gue anter Talitha aja, Ia berkata dalam hati. Lalu,tangannya mengambil handphone dan men-dial nomor Vanes.
"Halo nes? ..... Maaf,aku gabisa jemput ... Talitha gaada yang anter ... Hah? ..... Gasekolah? Kenapa? ..... Hm ..... yaudah deh gws ya! .... Bye"
Ia menutup teleponnya dan tersenyum lebar. Beruntung sekali ia karena Vanes sakit dan tidak masuk. Loh? Vanes sakit tapi dia malah senang? Bukan,Bukan. Ia bukan senang tapi sedikit lega. Ya."Ayuk kak,kita cus ke sekolah"
"Iya,bawel"
~~~~~
"Hai,Elvanta calon pembokat gue" Rava berteriak saat dirinya masuk kedalam kelasnya.
"Diem lo"
"Kalo gamau?" Rava tersenyum nakal.
"Harus mau"
"Kalo gamau?"
"Pasti mau"
"Kalo gamau?"
"Paksa biar mau"
"Kalo gam-"
"Berisik lu,Kecoa ngesot!" Elva benar-benar kesal. Galiat apa cowok ini kalo 5 menit lagi bel dan dia belum selesai mengerjakan PR. Ralat,Maksudnya menyalin PR.
"Va,lu tadi jadi dijemput sama Alez?"
"Apa urusan lo?"
Rava sedikit terkejut. Elva makin hari makin jutek dan nyeremin. Gabiasa buat Rava dibentak sama Elva,Dalam artian,dibentak beneran. Bukan pas Elva kesel dan ngebentak dirinya karena jahil atau sebagainya.
"Kenapa sih lo,Va? Jutek banget?"
"Urus aja diri sendiri" Elva kembali berkata dengan nada tinggi.
Rava mengehela napas panjang.
Lalu ia berkata sedikit tajam,
"Apaan sih lo! Gue cuma nanya. Gamau kasih tau? Fine." Rava kembali menatap kearah Elva dan berkata,
"Lo beda banget sama Vanes,"Hening.
Gue mencoba menjadi yang terbaik buat lo,disaat lo gapernah tau gue sedang mencoba buat menjadi seseorang yang berharga dimata lo.
Elva berkata dalam hati sambil meratapi nasib persahabatan nya dengan Rava setelah pertengkaran ini.
Dan yang pasti,Rava tau Ia tak suka dibanding-bandingkan."Maaf Rav" Elva bergumam kecil.
Dengan setengah hati,Elva berdiri dan mengambil tas serta buku-bukunya yang berada di atas meja. Lalu,ia berjalan menuju bangku pojok paling belakang dan duduk disana. Dibangku kosong yang berada disebelah Playboy paling terkenal dipenjuru sekolah. Ia tahu dirinya sedang masuk kandang Singa karena ia duduk bersama Playboy berparas malaikat itu. Ia tahu dirinya dalam masalah didalam sebuah masalah. Sekali lagi,Ia tahu dan 100 persen sadar.

KAMU SEDANG MEMBACA
ELVA RAVA [un-edit]
Novela JuvenilEDITED SOON. "Jika mencoba untuk membuatmu melihatku adalah sebuah dosa, maka aku tahu aku tidak akan mendapatkan tempat terbaik di surga." Copyright © 2015 by Maryxth.