25

102K 3.6K 625
                                    

Ketika anda dihina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika anda dihina..
Tatap matanya, pegang tangannya, lalu katakan tepat di telinganya.. "Kontol!"

.
.

Hari itu, sekitar 10 tahun lalu.

'Si enggak asik.'

'Aku gila.'

Kertas-kertas kecil dengan tulisan mengejek itu di tempelkan di punggung seragam seorang bocah yang berjalan sendirian menyusuri koridor kelas menuju kantin.

Nama bocah itu Sean Adzriel Re'hynn. Sean kecil yang begitu lugu itu tak tahu menahu kenapa murid-murid lain terkikik geli setiap kali melihatnya.

Mata sendunya melirik sekitar.

Kenapa?

Apa ada yang salah di wajahnya?

Karena dilihat seperti itu, Sean jadi tak nyaman. Sean kecil begitu pemalu hingga ketika ia menjadi pusat perhatian, ia begitu takut.

Berjalan semakin mepet ke dinding, tangannya yang mengamit di depan titit yang tertutup seragam SD itu semakin terasa basah.

"Dia gak ditemenin karena gak asik!"

Seorang anak laki-laki yang berdiri di ambang pintu kelas 3B itu meledeknya dengan cara berbisik, namun masih bisa Sean dengar.

Gak asik.

Setahun terakhir ini, kata 'gak asik' itu telah disematkan di belakang namanya. Sean juga jadi semakin sering diledek.

Gara-gara itu, semua teman-temannya mulai menjauh, membuatnya terlihat sebagai murid penyendiri. Bahkan, teman yang biasanya bermain bersamanya kini jadi berani menyenggol bahunya secara kasar dan sengaja.

Matanya hanya bergetar sedih, tapi ia tak menangis.

Seperti kemarin, ketika sepatunya menghilang tiba-tiba dari rak sepatu di depan kelas. Setelah dicari, ternyata sepatunya ada di pinggir lapangan.

Bagaimana bisa sepatunya bisa sampai sana, Sean tak tahu!

"Sean."

Sean menoleh ke belakang kala namanya dipanggil oleh seorang guru. Sontak, murid-murid lain yang meledek Sean itu langsung mengantupkan bibirnya dan bersembunyi masuk ke dalam kelas.

Wanita berwajah tegas dan galak itu berjalan menghampiri Sean, lalu melepas sesuatu yang ada di punggung muridnya itu.

Guru itu menghela nafas, membaca tulisan di kertas kecil itu lalu mengantonginya.

Sean mendongakkan kepalanya, matanya berkaca-kaca. Tentu saja anak mana yang tak sedih ketika ia diperlakukan jahat oleh teman-temannya.

"Ada apa ya, ibu Guru?" Suaranya bergetar.

GHASEANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang