"AAAAAAAA!!!!!"
Dengan perlahan, tanpa memperdulikan Taeri yang tengah menormalkan nafasnya, Yuri berdiri lalu berbalik untuk melihat apa yang terjadi pada dua orang selain dia dan Taeri, yaitu lelaki yang masih tak sadarkan diri bernama Woojin, kekasihnya dan Avi temannya.
Mata Yuri membulat seketika. Dia langsung terduduk lemah di lantai. Kedua tangannya mendekap mulut dan saat itulah air matanya keluar tanpa izin dari si pemilik. Seluruh badannya terasa lemas melihat pemandangan mengerikan di depannya saat ini.
.
.
.
Entah sejak kapan dan apa yang terjadi dengan kekasihnya itu. Woojin mati dengan kepala yang terpisah dari tubuhnya. Dan kepala itu sekarang tepat berada dua jengkal dari tempatnya duduk. Kepala Woojin masih mengeluarkan darah segarnya. Wajah itu terlihat pucat dengan matanya yang masih terbuka. Yuri lengah. Badannya bergetar hebat. Dia terlalu mementingkan amarahnya dan melupakan kekasihnya yang belum sadar. Air matanya tak bisa berhenti.
"Astaga!!" Taeri yang juga melihatnya langsung membalikan badan membelakangi Yuri. Perutnya terasa dikocok, ia merasa mual - sangat mual, ketika melihat darah yang menggenang di lantai dan kepala - hanya kepala Woojin, kekasih Yuri, tanpa tubuhnya.
Tak jauh dari badan Woojin yang tergeletak, siluet seseorang tengah mengikat kedua tangan Avi di dinding. Terlihat dari wajahnya ia sangat-sangat lemah dan kesakitan. Darah segar dari luka gores yang baru ia dapat, membuat pakaiannya berubah warna. Campuran air mata, keringat, dan darah yang membasahi sebagian wajahnya, menetes dengan perlahan.
"T-to-tolog a-aku," suara Avi pelan. Tenaganya terasa terkuras dan badannya terasa sakit semua.
Suasana kembali mencengkam. Bau anyir yang semakin menyeruak di setiap sudut ruangan tertutup ini. Darah segar yang menggenang di lantai dan mayat Woojin dibiarkan begitu saja.
TAP! TAP! TAP! TAP!
Suara langkah kaki terdengar nyaring. Yuri masih larut dengan kesedihannya atas kematian Woojin yang mengenaskan. Sedangkan Taeri sendiri masih memunggungi Yuri, sambil sesekali menghela nafas panjang untuk menghilangkan rasa mual yang tersisa.
"Lihat, kalian terlihat sangat menikmatinya. Benar-benar lebih dari apa yang aku harapkan sebelumnya." Suara itu membuat Taeri terpaksa berbalik. Ya, suara itu milik pria psiko yang pernah mengisi kekosongan di hati Taeri, Ha Seungwoon.
"K-kau? Kau yang melakukan itu? Benar-benar kau?" tanya Taeri memastikan.
"Berapa kali aku harus bilang kepadamu? Kalian yang mengajakku bermain terlebih dulu. Dan karena tidak ingin menganggu kegiatan kalian, jadi aku bermain sendiri. Maafkan aku sayang?"
Langkah Seungwoon mendekati Yuri yang masih terduduk. "Kenapa kau menangis? Apa karena tidakku ajak bermain? Hm?" telunjuk Seungwoon mengangkat dagu Yuri dengan kasar.
"Sudahlah, jangan menangis. Lihatlah matamu membengkak. Aku benci melihat seorang wanita menangis hanya karena hal sepele. Jangan menagis lagi. Kau temannya Taeri, jadi aku akan peduli padamu."
"Sepele kau bilang?! dia itu kekasihku, brengsek!!" ucap Yuri dengan tatapan kesal. "Cih! Aku tak butuh rasa pedulimu, brengsek! Kau telah membunuh kekasihku. Hiks..."
"Kekasih? Kau bilang dia seorang kekasih?" kata Seungwoon remeh. "Ck, kau bodoh atau apa? Jika benar dia mencintaimu, dia tidak akan pernah tidur dengan orang lain, sekalipun kau yang memintanya. Sungguh, aku kasihan denganmu. Bisa-bisanya dia melakukan itu dengan,-"
KAMU SEDANG MEMBACA
VINDICTA
غموض / إثارةWarning !! Thiller Story!! Blood area!! Mata di balas mata. Tindakan dibalas tindakan. Kematian dibalas kematian juga. **** "Ayo ikut bermain permainan seru, sayang! aku sudah menyiapkannya. Kamu tinggal mengikuti alurnya saja kok." Pemuda itu ter...