Kaleh

5 2 0
                                    


Tepat jam tujuh, akhirnya selesai sudah pekerjaan hari ini. Jam delapan sudah terhitung jam lembur bagi Taeri, karena biasanya dia sudah memejamkan matanya kurang dari jam itu.

Lelah, tentu saja. Rasanya dia ingin sekali pulang dan merebahkan diri di kasurnya yang lumayan empuk itu, ya - walupun tidak seempuk kasurnya dulu. Tapi, teringat janjinya tadi siang, dia mengurunkan niatnya itu. Dengan sesegera mungkin Taeri melangkah cepat ke tempat parkir, tampat dimana pria kesayangannya menunggu. Seungwoo, terlihat sangat keren. Menaiki motornya yang masih terparkir dengan jaket hitam yang ia kenakan, mampu membuat jantung Taeri berdegup di atas normal - lagi!.

Seungwoo adalah orang yang sederhana, keluarganya bukan dari kalangan pejabat ataupun pengusaha terbesar seperti ayahnya. Dia sangat baik, tulus, dan sangat bertanggung jawab dengan apa yang ia lakukan. Bukan! Semua yang ada pada diri Ha Seungwoon bukanlah tipe ideal Do Taeri. Cankam itu!!

Tapi, entah dari mana asalnya, entah dari mana munculnya, entah sejak kapan, seorang Do Taeri yang selalu memikirkan harga diri dan image - nya di mata publik, bisa jatuh cinta dengan seorang Ha Seungwoon yang jelas-jelas bukan tipenya.

"Taeri-ya...!?" panggilan Seungwoon membuat gadis yang tengah berdiri kaku itu tersadar dari lamunannya. Taeri segera berlari menghampiri Ha Seungwoon dengan senyum yang tak henti-henti ia tunjukan.

"Maafkan aku sudah membuatmu menunggu lama, oppa?"

"Ah, gwenchana, aku juga baru sampai kok. Kau terlihat cantik hari ini." puji Seungwoon, mengacak lembut rambut coklat Taeri.

"Benarkah?" wajah Taeri sudah seperti kepiting rebus sekarang. Pujian yang sesederhana itu mampu membuat jantungnya berdegup lebih cepat dari sebelumnya.

"Um. Kita berangkat sekarang?" tawar Seungwoon. "Kajja!"

*******************

Perjalanan mereka dipenuhi dengan tawa. Mereka saling bertukar pikiran tentang hal lucu dan juga masa lalu. Taeri sangat senang. Senyum manis tak henti-hentinya menghilang dari wajahnya.

Hampir 3 jam perjalanan, akhirnya mereka sudah sampai di tujuan. Seungwoon memarkirkan motornya di depan sebuah gubuk yang di sebelah kananya terlihat halaman luas dengan ayunan reot dari sorot lampu kuning dari teras gubuk itu. Halaman itu terpotong dan memampangkan banyak cahaya kecil berwarna warni tersusun rapi. Bisa Taeri tebak kalau dia sekarang berada di dataran tinggi, dan bisa ditebak cahaya itu berasal dari rumah, gedung, dan jalan-jalan dikota.

(Ilustrasi Pemandangan Kota)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Ilustrasi Pemandangan Kota)

"Indah bukan?" Entah sejak kapan pemuda itu sudah berada di sampingnya, dan entah sejak kapan Taeri duduk di ayunan reot ini sambil memandang kedepan.

"Oh, ya. Benar-benar indah." jawabnya, masih fokus melihat pemandangan di depannya. Dan lagi-lagi senyum itu terpancar di bibir Taeri.

"Aku punya kejutan lagi untukmu," ucap Seungwoon. "Benarkah? Apa?" Taeri mengalihkan pandangannya kepada Seungwoon. Meminta penjelasan lebih lanjut kepada pemuda itu.

Taeri terkejut saat ia merasakan tangan hangat milik Seungwoon memegang tengkuknya. Menariknya untuk berdiri dengan perlahan. Bisa dipastikan wajahnya sekarang memerah. Detak jantungnya seakan berhenti, ketika bibir Seungwoon mendarat di bibir mungilnya. Taeri hanya bisa menggenggam erat ujung pakaiannya, hingga buku-buku jarinya memutih. Cukup lama kegiatan itu berlangsung, sampai Seungwoon melepas kecupannya. Tangan Seungwoon beralih untuk membelai pipi putih gadis di depannya itu dengan tersenyum.

"Nanti. Sekarang kita masuk dulu. Aku sudah menyiapkan coklat panas untukmu. Bukankah malam ini sangat dingin? lihatlah, pipimu sampai memerah."

Taeri membulatkan matanya, tersadar jika sekarang dia tengah seperti kepiting rebus, bukan karena dingin, melainkan gara-gara kelakuan yang diberi Seungwoon kepadanya beberapa detik yang lalu. Bahkan dia masih bisa merasakan ketika bibir pemuda itu........ ah, sudahlah. Merasa sedang di perhatikan, dia segera menundukan wajahnya, malu.

"Aku masuk duluan, Taeri-ya. Segeralah menyusul agar kau bisa segera menerima hadiah dariku. Dan aku bisa menjamin kau akan menikmatinya." kata Seungwoon, masih tersenyum. Senyuman yang berbeda dari sebelumnya. "B-baiklah," jawab gadis, masih tersipu, tanpa menyadari perubahan mimik wajah Seungwoon yang sudah melangkah pergi.

***(~,~)***

To be continue. 

VINDICTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang