1. He & She

1.3K 188 61
                                    

''Lalisa, Solois Wanita di Hanteo dengan Penjualan Minggu Pertama Tertinggi''

''LALISA secara resmi memecahkan rekor Youtube hari pembukaan untuk sebuah lagu oleh seorang solois''

''Lalisa menjadi Kpop Wanita pertama lagunya No.1 di 100 Negara di iTunes''

Solois pertama...

Solois pemegang rekor...

Dan, Lalisa memenangkan Penghargaan Musik Video MTV untuk Video K-pop Terbaik untuk "Lalisa" dan menjadi artis K-pop solo pertama dalam sejarah yang memenangkan Penghargaan Musik Video MTV.

''Waktu kita sering menggodanya, kau pernah terpikirkan Lisa akan sebesar ini?'' Teddy meneguk wine-nya sambil matanya terus menatap televisi raksasa yang menampilkan Lalisa turun membawa trofi MTV VMA yang baru saja dimenangkannya. 

''Hyung menangis?'' Jiyong menahan tawa, melihat Teddy mengusap mata.

''Tentu saja, dia menyebut namaku.''

''Sialan.''

Teddy menepuk bahu Jiyong, memijatnya pelan, ''Sampai sapi bertelur pun, nama mu tidak akan pernah ia sebut.''

''Hyung tidak perlu memperjelas sesuatu yang sudah aku tahu,'' balas Jiyong pelan, mengambil botol wine kemudian menuangkan ke gelasnya dan gelas milik Teddy. 

Teddy mengerutkan kening, ia hanya menggoda Jiyong. Bukan balasan seperti itu yang ia harapkan, setidaknya Jiyong selalu tahu bagaimana untuk membalas godaannya.

''Untuk seorang pria yang gadisnya baru saja menerima penghargaan besar, kau tidak terlalu senang.''

Jiyong menggeleng pelan, ''Aku senang, hyung. Ini wajah senang ku.''

Teddy memiringkan kepalanya, memperhatikan gerak-gerik Jiyong yang menurutnya sedikit berbeda. Mencurigakan, seperti ada sesuatu yang terlewat dari pengamatannya dan Teddy tidak menyukainya. Namun, karena ponselnya berbunyi, ia mengalihkan tatapannya untuk membalas pesan dari keempat gadis yang saat ini sedang berbahagia untuk Lalisa.

''And she's not mine, anymore, hyung.''

Ponsel Teddy meluncur dari tangan pria itu, bukan mendramatis suasana tapi Jiyong memberikan informasi itu secara tiba-tiba dan dengan nada yang Teddy yakin kali ini serius. Bukan lagi perkelahian-perkelahian seperti kemarin.

Jiyong menunduk untuk mengambil ponsel Teddy, tersenyum tipis.

''We're done,'' Jiyong kembali memperjelas informasi yang ia sampaikan.

Teddy rasanya ingin menangis dan bukan lagi dengan alasan terharu.

''Kenapa?'' Teddy bertanya dengan suara pelan, tidak habis pikir. Ia mencoba mengingat apa ada hal yang ia lewatkan saat Jiyong atau Lalisa datang ke studionya atau saat keduanya berada di studio. Semuanya baik-baik saja. Tidak ada hal yang aneh kecuali keduanya sudah jarang datang bersamaan tapi itu pun karena jadwal mereka yang selalu bertabrakan, ''Sejak kapan?'' 

Teddy tidak bisa menahan untuk melemparkan pertanyaan kedua karena merasa kecolongan. Kalau ia tahu, Teddy akan berusaha untuk memperbaiki keduanya - meski itu bukan urusannya, namun, melihat Jiyong dan Lalisa berpisah setelah segala hal yang mereka lalui adalah sesuatu yang sia-sia. Teddy tidak akan percaya kata cinta lagi kalau sampai keduanya berpisah.

Teddy menggelengkan kepalanya, ''There's still hope, right?''

''Hope?'' Jiyong bertanya untuk dirinya sendiri, menyalakan rokok ditangan kemudian mengisap dalam-dalam dan menghembuskan asapnya pelan, ''Seperti asap rokok ini?''

Asap rokok Jiyong terbang mengisi ruangan kemudian dalam sekejap menghilang.

Teddy memijit pelipisnya, masih tidak percaya dengan informasi yang baru saja ia dengar.

''Are you ok with that?''

''Apa aku terlihat seperti itu? Padahal aku sudah sibuk sana-sini, semakin sering kumpul dengan yang lain.''

''Ini keputusan Lisa?''

Jiyong menggeleng, ''Both of us.''

''Oh, Ya Tuhan.''

Jiyong tertawa terbahak-bahak, respon Teddy sangat lucu sekali. Seperti baru saja menciptakan sebuah lagu terbaik tapi tidak sengaja menghapusnya dan tidak bisa dikembalikan. Begitu ekspresi Teddy, bagai penjudi yang kehilangan timing kemenangannya. 

''Hyung kenapa terkejut? Bahkan hyung tidak sekaget itu waktu Dongwook hyung putus.''

''Kau pikir salah siapa? Kalau bukan studio ku yang dijadikan tempat kalian mulai pendekatan sampai pacaran, kau pikir aku mau tahu urusan cinta kalian? Kalian berdua yang menyeretku dan sekarang seenaknya kau bilang apa? Putus?''

Jiyong tersedak oleh ludahnya sendiri karena tertawa terbahak-bahak, sangat berbanding terbalik dengan Teddy yang menatapnya tidak percaya.

Melihat Jiyong tidak berhenti tertawa sampai membuat pria itu mengeluarkan air mata, Teddy menarik napas panjang. Menenangkan dirinya sendiri, menyadari bukan saatnya ia bertanya kenapa. Bukan saatnya ia kesal atas hubungan yang bukan ia jalani, meski ia menjadi saksi perjalanan keduanya. Tidak ada hak baginya. 

''Pria sialan yang menyedihkan,'' lirih Teddy yang bisa didengar oleh Jiyong.

Sedetik setelah Teddy mengumpat, tawa Jiyong terhenti tapi airmatanya tidak berhenti.

Teddy menurunkan tudung hoodie hingga setengah wajahnya tertutup, bersandar dengan posisi setengah berbaring di sofa milik Jiyong, ''Besok kita mulai menggarap entah single atau album untuk comeback mu,'' ujarnya.



*****

Lalisa menatap ponselnya lama, setelah membalas segala pesan keluarga dan sahabat dekat yang memberinya selamat. Ada satu orang yang ia harap dan tidak ia harapkan secara bersamaan untuk memberinya selamat. Seharusnya ia mendapatkan pesan selamat itu karena mereka bahkan masih sempat bertukar kabar sebelum Lalisa menuju Prudential Center untuk menghadiri MTV VMA. 

Tidak seharusnya Lalisa berharap, namun karena meski telah berpisah, baik Lalisa dan Jiyong dapat menjalin hubungan dengan baik. Sampai sekarang pun belum ada yang mengetahui jika mereka sudah berpisah setelah berbulan-bulan lamanya. 

Keduanya aktor yang handal.

Meletakkan ponsel ke dalam tas, Lalisa  bergabung bersama anggotanya dan para staff yang merayakan kemenangan sekaligus memberi semangat satu sama lain karena tur mereka akan segera dimulai. 

Melihat wajah penuh kebahagian disekitarnya, membuat Lalisa ikut bahagia dan ingin mempertahankan apa yang sekarang ia miliki.

Tidak peduli harus mengorbankan satu atau dua hal dalam hidupnya.

Sejak datang ke Korea Selatan, merajut mimpi hingga berhasil membalut mimpi itu menjadi sebuah kenyataan merupakan hal yang tidak mudah. Ini bahkan masih bagian awal dalam mimpinya, ia tidak ingin berhenti disini.

Bukan disini tempat berhenti seorang Lalisa Manoban.

________________________________________________________________________________________________

hey, i guess???

belum tau ini bakal update cepat atau tidak tapi lagi butuh aja menulis dan plot cerita ini masih abu-abu tapi seperti biasa, saya sudah punya endingnya :) 

segala kritik dan masukan diterima, much love!

A Piece Of Your MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang