3. L

738 98 19
                                    

Lalisa adalah orang yang penuh kepercayaan diri, namun bukan yang dimiliki begitu saja. Kepercayaan itu dibentuk dan dibangun oleh Lalisa, didorong oleh orang tuanya dan didukung orang-orang sekitarnya.

Meski begitu, bukan berarti Lalisa tidak pernah tidak percaya diri. Ia selalu merasa kurang, tidak peduli orang-orang disekitarnya mengatakan ia lebih dari cukup. Bagi Lalisa, masih terlalu banyak yang harus ia pelajari. Masih banyak kekurangan yang harus ia tutupi.

Sama seperti saat ini, ketika mendengarkan garis besar konsep debut solo miliknya.

''Kenapa aku terdengar seperti sedang flexing?''

''Itu poinnya tapi dari sisi lain, lagu utama masih cukup memotivasi kalau poin itu yang ingin kau sampaikan.''

Lalisa terdiam, secara instrumen dan lainnya ia sangat menyukai. Apalagi ada elemen dari kampung halamannya, seperti yang dia inginkan dan impikan.

''Kita sudah membicarakan ini, berulang kali rapat, berulang kali rekaman, apa yang mengganggumu?''

''Itu dia masalahnya oppa, aku tidak tahu apa yang mengganggu ku. Aku merasa ada yang mengganjal tapi aku tidak tahu apa.''

Teddy memainkan kembali lagu utama dari debut solo Lalisa. Mereka sudah selesai rekaman. Persiapan dapat dikatakan sudah lima puluh persen, tetapi masih ada yang mengganggu si pemilik lagu. Teddy sudah terbiasa, bahkan terkadang ada lagu yang harus kembali diulang dari awal.

Pintu ruangan Teddy terbuka, memunculkan Jiyong yang sudah dihubungi sejak awal oleh Lalisa. Memohon untuk Jiyong mengosongkan waktunya hari ini untuk memberikan komentar pada lagu miliknya. Selama persiapan, Lalisa meminta agar pria itu tidak datang. Lagipula, jadwal mereka selalu bertabrakan.

Lalisa melambaikan tangan dan menepuk tempat disampingnya.

Jiyong mengambil tempat disamping Lalisa, merangkulnya yang kemudian membuat Lalisa menyandarkan diri, tersenyum singkat karena mendapatkan posisi paling nyaman hari ini.

Bersandar pada Jiyong.

Teddy kembali mengulang lagu yang diputarnya, tidak ada yang membuka suara hingga lagu selesai.

''One more time,'' pinta Jiyong. Sebelumnya tubuhnya hanya diam karena fokus mendengarkan setiap ketukan dan lirik dari lagu utama Lalisa. Kali ini, jemarinya mulai mengetuk sesuai beat dan kepalanya mengangguk-angguk sambil memejamkan mata.

Begitu lagu mencapai akhir, jemari dan anggukan kepala Jiyong seperti dipaksa berhenti. Dan, Lalisa menangkap itu dengan ia yang bersandar pada Jiyong.

''Bagus, awalnya aku tidak terbiasa mendengar bagian namamu yang diulang-ulang tapi diakhir bagian itu menjadi sesuatu yang candu? Hanya ada yang kurang bagian akhir menurutku, aku sedang menikmati rap verse kedua mu dan berhenti begitu saja.''

Lalisa bergumam dan mulai tersenyum, menemukan jawaban, ''Bagaimana kalau bagian chorus ditambah setelah verse tiga?''

Tangan Teddy bergerak dengan cepat mengedit lagu sesuai permintaan Lalisa, memutar lagu dimulai dari verse tiga. Baik Lalisa dan Jiyong, menampakkan senyuman puas.

''Aku sudah pernah bilang kau punya sense yang bagus. Seharusnya hyung lebih memberinya leluasa.''

''Dia yang terlalu sibuk,'' bela Teddy.

''Sudahlah, oppa aku lebih suka yang versi tadi. Kita bisa keep yang itu, oh?''

''Bisa, apa yang tidak bisa? Ini lagumu, babe.''

Teddy memutar bola matanya, ''Jiyong benar. Ini lagumu, kau bisa melakukan apa saja. Kenapa kau masih bertanya?''

Lalisa hanya tersenyum, ''Ok, untuk hari ini cukup oppa.''

A Piece Of Your MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang