"Apa benar ini rumah mereka?." Tanyq Irene pada Wendy dan Joy.
"Dari alamat yang di kirim sih, di sini." Jawab Joy yakin gak yakin sambil menatap ponsel nya memastikan alamat yang di kirim padanya
"Dari pada bingung, trus mereka nggak bisa di hibungi, mening kita cek aja" saran Wendy.
Joy pun langsung menekan bel di depan gerbang yang menjulang tinggi.
"Maaf cari siapa?." Tanya pria berjas hitam dengan wajah sangar nya.
"Ini benar rumah Josi kan?." Ujar Irene memastikan denga ragu-ragu rada tajut juga sama laki-laki berjas itu.
"Iya. Kalian Irene, Joy, dan Wendy ya?." Ujar pria itu memastikan.
"Benar pak." Angguk Wendy dengan antusias.
"Mari masuk." Ajak laki-laki itu dan mmebukakan gerbang besar itu, lalu menuntun mereka masuk ruamh yang snagat mewah itu.
"Wahhh, rumah nya keren." Ujar Wendy terpsona memandangi segala firur, warna dan tata letak rumah besar itu.
"Iya, sekaya apa ya mereka. Sampek ounya rumah segede ini?." Irene juga tidak terpesona.
"Tapi tuan rumah nya mana?." Ujar Joy berusaha tetap sdar.
"Biar saya panggil kan, nona-nona duduk saja dulu." Seorang maid tiba-tiba menghampiri mereka dan menyaran kan untuk duduk.
Wendy, Joy, serta Irene hanya mengngguk polos dan duduk di sofa mewah nan lembut.
Dor
Dor
DorBelum lima detik mereka mendudukan pantat mereka, langsung mendengar suqra temabakan, mereka pun kaget dan meolehbke arah sumber suara melihat Josi dengan wajah kesal memandnag sebuah senapan di tangan nya.
Buk
"Sialan gagal lagi." Dengus Josi membuang senjata itu ke sembarang tempat.
"Ha-- hai?." Sapa Wendy agak canggung melihay Josi yang di sekolah nampak agak berbeda.
"Oh!!!, kalian sudah datang?, kenapa tidak memberi kabar!!." Pekik Josi kaget.
"Lo punya ponsel guanian sesuai gunanya Josi!!." Sentaj Irene kesal dan memutar bola mata nya malas.
Josi yang langsung ngeh, dengan cepat merogoh kantong nya dan matanya terbebalak kaget melihat 10 panggilan tak tejaaab dari orang yang di depan nya ini.
"Maaf, lagi sibuk merakit senjata soal nya. Tapi gagal juga." Kekeh Josi merasa tak enak.
"Terserah sih. Tapi yang lain mana?." Tana Wendy malas.
Bukan nya menjawab Josi melakukan pemanasan dengan remutar keitak nya beberapa kali, lalu melakukan senam leher serta mengcek sound.
"JENI, LISA , ROSI!!!!! CEPAT TURUN ADA PEMBAGIAN SEMBAKO BAGI MASYARAKAT YANG TERJOLIMI!!!!." Teriak Josi dengan tidak berotak nya membuat. Wendy, Joy, serta irene menutup telinga mereka.
Duar!!!!!!!
"JOSI SIALAN. MATI KAU DI TANGAN KU DASAR KAKAK LAKNAT. LIHAT MAINAN KU MELEDAK!!!!." Teriak Jeni setelah terdengar suara ledakan.
Rupanya Jeni tadi sedang marakit bom nya, tapi keburu meledak salah colok, lantaran kagey dengan triakan Josi yang menggelekgar membahana itu.
"Hehe maaf." Kekeh Josi tak merasa bersalah setelah melihat wajah marah Jeni.
"Bom gua gagal, trus uang udah habis. Beli pakai apa lagi bahan nya!!" Keluh Jeni dengan sentakan kesal. Menduduka diri do Sofa mengabaikan Wendy, Joy, Serata Irene
KAMU SEDANG MEMBACA
'mafia queens'
General FictionJosi, Jeni, Rosi dan Lisa adalah pemimpin mafia bernama FULL MOON. Di dunia mafia mereka di sebut sebagai black moon, atau mafia queen. Mereka mendapat misi dari sang kakek tercinta mereka untuk menguasai satu sekolah tanpa campur tangan dari Full...