6

38 10 0
                                    

Dua hari setelah ujian pertama, semua murid yang ikut sebagai perebut kekeuasaan, sedang berondong-bondong ke mading sekolah untum melihat nama-nama yang lulus ujian.

"Gimana sayang?." Temya Irene pada Seulgi.

"Aku lulus yang,  dan aku di peringmat 100." Celetuk Seulgi.

"Wah bagus, trus yang gugur berapa?." Penasaran nya.

"100 orang yang."

"Banyak juga ya. Kira-kira berapa tahapan ujian nya ya?." Tanya Irene sambil mengandeng Seulgi ke kantin berhabung dengan teman-teman nya.

"Gak tau yang, mereka gak bilang." Jawab Seulgi mengikuti langkah Irene.
.
.
.
.
.
.
.

"Lah?. Lisa sama Rosi mana?." Tanya Joy bingung karena hanya melihat Jeni dan Josi di meja kantin.

"Biasa. Tidur di roftof." Cuek Jeni.

"Kalian gak ikut?, tumben?." Timpal Wendy dudul di depan Josi.

"Lagi males, lagian kita juga laper." Santai Jeni.

Kedua orang itu hanya mengangguk paham.

"Kalian lulus ujian nya?." Wendy teringat akan hal itu.

"Lulus kok." Jawab Josi sambil menyruput jus nya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Hai?." Tiba-tiba seorang laki-laki datang le roftof dimana Lisa tiduran dengan berbantalkan paha Rosi dan sang kakak asik membaca novel sambil mengusap kepala Lisa lembut.

"Kenalin gua Juan. Anak X-3." Laki-laki itu memperkenal kan diri setelah di tatap kembar dengan mengangkat alis.

Bukan nya  menjawab, Rosi dan Lisa malah asik dengan kegiatan sendiri, tidak menganggap orang itu ada di depan mereka.

"Denger-denger kalian kembar ya?." Orang itu balik tanya dengan canggung karena dati tadi di abaikan.

"Hm." Dehem Lisa seada nya dan dingin.

"Tapi kok wajah kalian beda?,  kembar tidak identik kah?, atau apa?." Tanya nya  sok asik.

"Pergi!." Geram Rosi pada Juan yang menayakan hal yang sangat sensitif.

"Lah kok ngusir?!, emang ini sekolahan punya bapak lo?, nggak kan!." Sengak nya songong.

"Pergi atau mati." Ancam Rosi makin marah.

"Gak siapa lo nyuruh-nyuruh gua. Eh?! Itu kembaran lo kenapa?, kok gemeteran gitu sih kek orang ketakutan aja?." Juan tertawa remeh pada Lisa yang kini sudah gemetar bayangan masa lalu kembali menyerang di kepalanya.

Dor
Dor

"Arggghhh."  Erang laki-laki bernama Juan itu terjatuh ke lantai memegangi kaki nya yang di terkena peluru panas, akibat tembakan Rosi

"Juan lo gak papa!." Tiba-tiba dua teman Juan muncul setelah mendengar suara tembakan.

"Kalau sampai Juan kenapa-napa anggota Tiger gak akan lepasin lo." Ancam seorang lagi dan membawa Juan pergi dari sana.

"Ssssstt, tenang okey." Bujuk Rosi  dingin tapi dari mata nya dia terlihat sangat khawatir dengan ke adaan Lisa.

"Daddy~~~~ Mommy~~~." Gumam Lisa lirih, Lisa benar-benar ketakutan terlihat dari sekujur tubuh nya yang gemetar serta wajah yang sudah pucat pasi.

"Sial." Gumam Rosi kahwatir langsung mengendong Lisa di depan  ala koala, berlari dengan cepat menuju parkiran sekolah. Beruntung karena tidak ada yang melihat mereka, dengan cepat Rosi mebawa mobil Irene pergi meninggalkan lingkungan sekolah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

'mafia queens'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang