Bab 5

74 8 2
                                    

~ARCHER~

"Archer, apa kau sedang berada di kantor sekarang?"

"Ya, Sayang. Aku sedang berada di kantor. Kenapa?"

"Aku baru saja menjemput anak-anak dari acara kunjungan ke museum seni yang diadakan oleh sekolahnya. Kebetulan, lokasi museum seni itu dekat dengan kantormu. Kalau kau tidak keberatan, apa kami boleh mampir?"

"Tentu saja, Sayang. Aku akan sangat senang jika kalian mampir. Kebetulan, sekarang sudah hampir jam makan siang. Kita bisa makan siang bersama di sini."

"Itu ide yang bagus. Sekarang, kami sudah dekat. Mungkin, sekitar sepuluh menit lagi kami akan sampai di kantormu."

"Oke. Aku menunggu kalian."

Setelah itu, Sophia menutup panggilan kami.

Aku tersenyum karena sebentar lagi istri dan anak-anakku akan mampir ke kantorku. Setelah meletakkan ponsel, aku langsung membereskan dokumen yang ada di atas mejaku berniat melanjutkannya nanti. Lebih baik, sekarang aku segera memesan makanan agar ketika mereka sudah datang nanti, kami bisa segera makan siang.

Setelah meminta sekretarisku memesan makanan, aku duduk di sofa sambil mengecek email di ponselku. Baru sekitar sepuluh menit kemudian, terdengar suara ketukan pintu ruanganku dari luar. Dan setelahnya, pintu ruang kerjaku terbuka.

"Daddy...", seru Jasper dan Denver saat melihatku.

"Halo, Boys...", aku menyambut mereka.

Kini, mereka berlari ke arahku dengan masih mengenakan tas sekolah serta seragam pre-school. Lalu, mereka menghambur ke pelukanku.

"Bagaimana kegiatan kunjungan kalian museum seni tadi?", aku bertanya pada mereka.

"Acaranya tadi sangat menyenangkan, Daddy. Ada banyak lukisan dan patung yang bagus di sana.", jawab Jasper.

"Selain itu, di sana juga ada tempat bermain. Tadi, Teacher mengizinkan kami bermain beberapa wahana yang ada di sana.", Denver menambahkan.

Aku mengangguk mengerti.

"Itu terdengar menyenangkan.", aku menanggapi ucapan mereka berdua. Baru setelah itu, aku berdiri dan ganti menghampiri Sophia. Sophia tersenyum padaku. Selain itu, dia kini juga sedang menggendong anak ketiga kami yang merupakan seorang putri, Winter namanya. "Sayang...", aku beralih memeluknya dan menciumnya selama beberapa saat. Baru setelah itu, aku menatap Winter yang tampaknya baru bangun tidur. "Kau juga mengajak Winter ke acara kunjungan sekolah bersama para kakak?", aku bertanya pada Sophia.

"Tadinya, aku berpikir ingin menitipkan Winter ke rumah Mami dan Papi sebentar. Sementara, aku mengantarkan Jasper dan Denver melakukan kunjungan ke museum seni. Tapi, kemudian Jasper dan Denver merengek agar aku mengajak adik mereka. Jadilah aku mengajak Winter juga."

Aku tertawa setelah mendengar cerita Sophia. Jasper dan Denver memang sangat menyayangi adik perempuan mereka. Jadi, tidak heran jika mereka selalu ingin mengajak Winter ke mana pun agar mengikuti mereka.

"Kau beruntung karena para kakakmu sangat menyayangimu, Baby Girl.", aku berbicara pada Winter.

Winter yang kini sudah berusia satu tahun, menanggapi ucapanku dengan bergumam bahasa bayi. Selain itu, dia juga sangat cantik dan lucu. Aku merasa gemas padanya. Jadi, aku mencium pipinya.

"Daddy, bangunan apa itu?", tiba-tiba Jasper bertanya padaku.

Aku langsung menoleh dan mengikuti arah tunjukkan jari kecilnya.

"Itu adalah Space Needle, Sayang.", jawabku.

"Apa itu Space Needle, Daddy?", sekarang ganti Denver yang bertanya.

Together With Us, Our Beloved! (Kim-McKenna BONUS SERIES)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang