04 Rindu

47 16 2
                                        

Masih dengan alur acak, tolong promosikan karena viewernya masih sedikit sekali. Terima kasih:)

 Terima kasih:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


....

Aku mencintaimu
Tapi dirimu tak pernah sadari
Aku Sungguh jatuh cinta 🌹

....

"Ada tamu donatur, tolong antar teh sama jajanannya ya?"

Aruna yang sedang mengajar anak-anak panti terpaksa membantu pengurus panti asuhan menyambut tamu-tamu Hamba Allah yang berbaik hati membagi rezeki kepada yang membutuhkan.

"Yang ini, Buk?"

"Iya, tolong ya, Mbak Inge. Maaf ngrepotin."

"Inggih gak apa-apa," Aruna membawakan nampan berisi minuman dan makanan ala kadarnya yang dibuat oleh tukang masak panti yang dibayar sukarela. Sesampainya di ruang tamu, Aruna dibantu pengurus panti untuk memberikan teh pada masing-masing tamu.

"Terima kasih," satu uluran tangan menerima cangkir yang hendak diletakkan Aruna di atas meja.

Perempuan itu hanya menundukkan pandangan sampai ia selesai mengantarkan lagi jajanan yang kurang diatas meja.

"Ini Mbak, Aruna. Kebetulan setiap dua hari hari sekali kasih les buat adek-adek panti," Ibu Nyai memperkenalkan Aruna pada tamu yang kini menatapnya. "Kuliahnya beasiswa di UBAYA."

"Oh, Masya Allah," terdengar suara wanita yang sedari tadi memperhatikan Aruna.

"Beasiswa apa?" kini suara laki-laki muda membuat Aruna mengangkat pandangan.

"Bukan beasiswa tapi jalur prestasi, biayanya lebih ringan."

"Duduk sini dulu," Bu Nyai memberikan kode, Aruna duduk di bangku paling tepi supaya lebih muda kembali ke dapur.

"Saya Bu Tjokro, ini anak saya, Sulaiman, biasanya di panggil Iman kalau di rumah." Tamu wanita memperkenalkan diri.

Aruna mengangguk saat bertatapan dengan Iman, "iya."

"Dia dosen di UBAYA."

Aruna berusaha menyembunyikan keterkejutannya, "Pak Iman dosen fakultas apa kalau boleh tau?"

"Saya di Fakultas Farmasi, kalau Mbak Aruna?"

Suara Iman terdengar santun di telinga Aruna, bahkan ia sempat nge-lag sedetik sebelum menjawab, "saya anak teknik industri."

"Angkatan berapa?"

"Saya masuk tahun kemarin, Pak."

"Kok manggil Pak? Mas Iman masih muda loh."

"Gak apa-apa, Mah. Udah biasa dipanggil Pak sama Mahasiswa." Iman tersenyum simpul, "berarti adik kelasnya Biyan."

Biyan? Abyan Ndaru maksudnya? Kok kenal? "Iya, Mas Biyan kakak kelas saya satu tingkat."

Cinta SetamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang