02 payung

67 28 5
                                    

Surabaya, 2008

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Surabaya, 2008

Mau pulang? Nih bawa aja payungku, besok kembaliin ke markas BEM.

"Satu, dua, tiga, empat...," berdiri, Aruna menghitung suara air yang berjatuhan ke tanah. Mirip orang tk waras, ia menatap langit yang tak lagi terang. Awan gelap mengandung debit air yang cukup tinggi telah mengambil alih bumi. Parfum beraroma bunga telah kalah dengan bau khas tanah di musim hujan. Musim telah berganti, hari-hari izin penuh keganasan orientasi maba juga sudah berganti, pun dengan status in relationship di Facebook.

Inge, dengerin ya jadi jomblo gak ada ruginya daripada punya pacar suka tebar pesona! Makan ati tiap hari, ngerti?

Aruna masih ingat pesan dari Talitha soal mantan pacar yang kini tidak lagi mau ia sapa. Namanya juga mantan, buat apa basa-basi kalau hanya akan membuat sakit hati. Dia hanya perlu membiasakan diri menikmati malam minggunya tanpa laki-laki mangapeli.

Masih dalam hujan, Aruna duduk di titik aman tumpuan sebuah kursi ringkih panjang yang sudah setengah lapuk. Sejak satu jam yang lalu hujan tak juga reda, pikirannya tersita pada adik-adik panti yang mungkin sedang menunggunya pulang.

"Motornya kudanan, Bi."

Aruna sayup-sayup mendengar suara dua atau tiga lelaki dari arah belakang. Benar saja, ketika ia melirik ke samping, dilihatnya pemuda dengan tubuh cukup tinggi sedang sibuk menggerutu. Karena Aruna seorang introvert, sepertinya mustahil untuk memulai sebuah percakapan.

"Nunut Pak Iman aja."

"Gak lah, beda gedung."

"Pinjem payunglah, lagian dia Masmu, gak mungkin nolak adeknya nebeng pulang."

Yang ditawari menjawab dengan sebuah gelengan, ia lantas mengeluarkan sebatang rokok dari dalam kantong celana, "korek mana korek?" setengah berteriak ia meminta pemantik api, suara lebat hujan membuat siapapun yang mengobrol mirip orang budeg.

"Gak bawa," jawab pemuda satunya.

"Biyan!"

Mendadak ada suara perempuan menyusul, membuat Aruna merasa lebih aman. Sebetulnya dari tadi ia sedang berusaha keras mengingat siapa nama kakak tingkat di seberangnya itu, ternyata Abyan Ndaru. Aruna ingat karena pemuda itu yang membuat teman setingkatnya menjadi bulan-bulanan karena mengungkapkan surat cinta terbuka.

Dan ditolak dong sama Abyan!

Aruna jelas ikut bersimpatik dan kasihan, maka dari itu ia memutuskan untuk tidak kenal. Dan tidak perlu dikenal, dia akan lelah sendiri kalau harus berbasa-basi.

"Mau melarikan diri lagi?"

"Lah nugasnya kan udah selesai."

"Kata siapa?"

Abyan berdecak pelan, dimasukkan lagi puntung rokok yang gagal dinyalakan ke dalam saku celana, "besok masih ada waktu."

"Gak, gak! Aku gak mau ketemu kamu lagi besok, aku pengen bobok cantik, titik!"

Cinta SetamanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang