eps.3

59 5 0
                                    

   Pagi ini Jakarta terlihat menggelap, mendung memenuhi suasana pagi yang seharusnya hangat. Haechan, lelaki tan itu sudah siap dengan persiapan ke kampusnya,

"pagi, Jun"

Dia menyapa seseorang yang tengah duduk di bangku meja makan yang ada di dapur, tengah duduk menyantap sarapannya,

"pagi chan? Udah rapi aja, jam pagi?"
"iya, lo juga, pagi pagi udah wangi,"
"mau berangkat bareng?"

Haechan terlihat berpikir, lalu menghabiskan seluruh susu yang dia buat saat tengah berbasa basi,

"boleh deh, sekalian hemat uang bensin gue."

Suasana mobil terasa hening, suara radio lebih terdengar jelas di banding suara mereka yang memilih senyap,

"chan, lo tau gak?" Renjun memilih memecahkan keheningan,
"tau apa? Lo gak ngasih tau apa apa"

Renjun terkekeh, melirik dalam diam sosok yang duduk di sebelahnya, tangan sosok itu tengah mengetik sesuatu di handphone, mengirim pesan pada seseorang,

"chat siapa sih chan? Serius amat lo?"
"Mark,"
"oo, serius gitu?"
"iya, masalah organisas, jadi apa ni? Lo mau ngomong apa?"

Renjun senang sekarang atensi Haechan fokus padanya,

"lo tau pohon gede yang sering kita panjatin di Surabaya?" Renjun tidak menerima respon apapun dari Haechan, dia melanjutkan, "sekarang pohonnya udah di tebang, perasaan kita manjat terakhir pas kelas 3 SMP, sayang bangetkan di tebang?"

lagi lagi Renjun tak mendenggar respon apapun dari Haechan, lelaki itu tampak diam, tapi tatapannya lurus ke jalanan, padahal dia yang menyetir, "padahal itu berbekas banget kenangannya, pas kita duduk di dah-"

"lo mau ingetin bagian mana Ren? Bagian sakitnya gue atau bahaginnya elo? Atau lo mau ingetin sisi lain dari cerita lo?"

Suara Haechan tetap lembut walau kalimatnya terdengar penuh penekanan, tatapan lelaki itu tidak mengarah padanya, hening, kali ini suasananya lebih ke sesak di bandingkan canggung.

"gue gak berniat nyaki-"
"gue mau sarapan, turunin gue!"

Renjun menuruti apa yang di minta oleh Haechan. Walaupun ada penegasan di kalimat Haechan, nada suarnya tetap lembut.

"gue ikut sarapan boleh?"
"terserah sama lo".

Haechan tersedak saat tengah menyeruput kuah lontong, Renjun cekatan menyerahkan segelas teh manis,

"makasih." Merasa sangat terbantu oleh keberadaan Renjun, Haechan berterimaksih,
"sama sama"

Haechan diam, tak melanjutkan acara makan lontongnya, dia menatap diam sedotan bekas dia menyeruput teh hangat milik Renjun,

"kenapa?"
"sedotannya tukar aja ya?"

Renjun bingung akan apa yang di minta oleh Haechan,

"kenapa tukar?"
"minum di satu sedotan sama aja ciuman secara tidak langsung,"

Satu pukulan telak menghantam dada Renjun, dia diam, dan tersenyum kikuk,

"itu kan secara tidak langsung, bukan secara langsung"

Haechan tidak membalas apapun, hanya alisnya yang menukik, seperti ada ucapan yangg ia tahan di dalam kerongkongannya,

"yaudah".

hyuckren; BERAITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang