Aruni merasa jiwanya jatuh seperti saat kita sedang tidak enak badan karena demam. Aruni membuka matanya perlahan, lehernya terasa sakit, bagian dadanya ia juga merasa hal yang sama. Saat Aruni membuka matanya, yang ia lihat hanya lokasi sekitar yang gelap dan hanya ada sedikit cahaya dari jendela.
"Paul, kamu dimana?" Ucap Aruni lirih namun masih terdengar oleh seseorang disana.
"Wow. Wow. Wow. Setelah disiksa sedemikian rupa ternyata kamu masih hidup juga. Apakah aku harus mengotori diriku untuk melenyapkanmu?"
Aruni terbatuk saat sosok perempuan berpenampilan serba hitam itu kian mendekat padanya. Perempuan yang tidak dikenalinya ini menekan dadanya menggunakan sepatu dengan heels yang runcing itu membuat dadanya yang sesak kian menjadi.
"Moiselle, aku sudah berulang kali sampaikan padamu. Sulthan itu ditakdirkan untukku dan kamu malah yang dijadikan istri olehnya? Sadarkah kamu dengan siapa kamu sedang bersaing?"
Aruni tersadar jika ini bukanlah tubuhnya, jiwanya sedang terjebak pada tubuh Moiselle yang terluka disini. Aruni juga tersadar jika lehernya yang sakit disebabkan oleh jeratan tali yang mengikat tubuh Moiselle.
"Lihatlah dari tempat terakhirmu, Sulthan memang harus berakhir dengan bersanding denganku."
Aruni masih tidak mengerti dengan konflik yang sebenarnya sedang terjadi, tapi Aruni bisa menarik sedikit pendapat jika perempuan ini menginginkan pria bernama Sulthan dan mungkin saja pria itu adalah suami Moiselle.
"Miriam De Jong bukanlah tandingan orang sepertimu." Perempuan ini semakin menekankan kakinya pada dada Moiselle membuat jiwa Aruni yang ada didalamnya terbatuk-batuk. Aruni harus segera bertindak, ia berpura-pura untuk mati saja agar perempuan ini berhenti menginjaknya.
"Bagaimana nyonya? Apa dia sudah mati?" Tanya sesorang lain yang lagi-lagi Aruni tidak mengetahuinya, namun ditempat gelap ini ia bisa mengenali perawakan pria bertubuh kekar itu, wajahnya juga sedikit terpapar cahaya dari jendela.
"Dia mungkin akan segera mati. Dia tidak akan hidup lebih lama lagi, tidak mungkin dia bisa bertahan setelah tubuhnya diseret dan juga diinjak-ijak seperti itu."
Aruni tidak menyangka jika Moiselle sudah mendapat perlakuan sekejam itu, pantas saja jika perempuan ini begitu kesakitan.
"Baik nyonya, saya akan segera menyingkirkan jasad perempuan ini."
Jantung Moiselle berdetak kencang, Arunu panik bagaimana jika pria kekar itu tau jika dirinya masih hidup dan jiwa Aruni akan selamanya tidak bisa keluar dari sini karena tubuh Moiselle yang benar-benar mati.
"Tidak perlu, Sulthan pasti sudah mengerahkan pihak kepolisian untuk mencari tikus lemah ini, akan sangat bahaya jika ia ditemukan diluar sana sekalipun berbentuk jasad dan kita semua bisa tertangkap. Biarkan tikus itu mati membusuk disini."
Aruni merasa lega karena setidaknya tubuh Moiselle aman sementara ini selagi dirinya menyusun rencana bagaimana caranya untuk kabur dari ruangan ini.
Suara langkah mereka kian menghilang digantikan dengan suara mesin mobil yang menyala dan kemudian pergi.
Jika jiwa yang ada didalam tubuh Moiselle sesungguhnya adalah orang yang sama, Aruni yakin untuk membuka mata saja Moiselle tidak akan sanggup. Apalagi berdiri diatas kursi seperti yang ia lakukan saat ini sambil memantau keadaan lyar dari balik jendela.
Aruni mencoba melepaskan ikatan tali yang menjerat leher. Tali tambang ini sangat kencang, leher Moiselle pastinya sudah terluka sangat parah.
Aruni melepas satupersatu pakaian tebal yang dikenakan oleh tubuh Moiselle dan ia menyadari adanya beberapa luka dibagian tubuhnya, ini pasti karena siksaan yang disebutkan perempuan iblis tadi.Dengan hati-hati tubuh Moiselle keluar dari gedung terbengkalai ini dan ia mempelajari keadaan sekitar. Aruni waspada jika ada orang suruhan iblis itu masih tertinggal disini. Aruni merasa kondisi sekitar begitu kondusif, lokasi ini sangat sepi tidak terdengar suara mesin motor ataupun hiruk pikuk kota pada umumnya.
Langkah Aruni sedikit terseok, bahkan ia sampai meyeret kaki Moiselle yang menurutnya sudah lembek bisa jadi tulangnya sudah patah pada sebelah kakinya. Aruni hanya memiliki jiwa yang kuat, tapi jika tubuh Moiselle sudah hancur seperti ini ia tetap merasakan sakit.
Aruni melihat kesegala arah berharap ada seseorang yang bisa menolongnya, tapi sepertinya sia-sia, ia sudah berjalan sejauh ini namun tidak bertemu dengan siapapun, ia bertanya-tanya sebenarnya saat ini ia sedang ada dimana.
Aruni melihat dikejauhan sana ada seseorang yang tengah menaiki sepeda. Aruni merasa mungkinkah ini pertolongan dari yang maha kuasa untuk Moiselle.
Aruni menggerakkan tubuh Moiselle melambai pada orang itu dan syukurlah orang ini menyadari keberdaannya."Astaga, nona kenapa bisa sampai disini?" Ucap bapak tua itu
"Pak, tolong saya. Saya barusan lolos dari penjahat pak" ucap Aruni dalam tubuh Moiselle lirih.
"Penjahat yang naik mobil barusan itu kah? Ayo bapak bantu kamu"
Dengan sisa tenaga yang ada, Moiselle menaiki dudukan belakang sepeda bapak tua ini dan percaya saja kemanapun beliau ini akan membawanya. Aruni meringis menahan rasa sakit yang diderita oleh tubuh Moiselle, ia juga bertanya-tanya kemana jiwa Moiselle yang asli berada sekarang. Apakah perempuan itu bertukar tubuh dengannya atau berada disuatu tempat lainnya, yang jelas dimanapun jiwa Moiselle yang asli berada ia harus tetap bertahan, Aruni berjanji untuk menolongnya semampu Aruni.
"Pak?" Aruni tetap berpikiran positif sepanjang perjalanan tapi sejauh ia pergi tidaklah ia melihat bahkan untuk tau kemana dia akan dibawa oleh bapak tua ini. Makanya ia mencoba memastikannya, gawat jika bapak tua ini bagian dari orang jahat suruhan iblis itu.
"Daerah sini memang seperti ini, nona hanya akan melihat ladang sampai satu kilometer lagi kita bakalan sampai kepemukiman warga. Nona jangan khawatir, saya akan mengayuh sepeda lebih cepat lagi."
Aruni merasa tidak enak hati manakala malah membuat susah bapak tua ini, andai saja ia bisa bertukar posisi dengan bapak tua itu sayangnya semua mustahil dengan patah tulang kaki pada tubuh Moiselle.
"Dulu nona pernah selamatkan anak saya sewaktu kritis, sekarang izinkan saya membalas budi itu Non."
Aruni termengu, ia berpikir pastilah Moiselle ini orang baik. Buktinya sang kuasa masih memberikan kesempatan untuknya hidup dan kesaksian bapak tua ini yang pernah ia tolong.
"Bapak mengenal saya?" Tanya Aruni yang merujuk pada Moiselle. Aruni sendiri berharap dapat mengetahui siapa Moisell itu sebenarnya dan kemana ia harus pergi setelah ini.
"Ya. Bapak masih ingat dengan kebaikan Nona tapi kalau nona lupa bapak bisa memaklumi. Bapak harap nona bisa bertahan lebih lama lagi ya?"
Moiselle mengangguk dan menggeratkan pegangannya pada pinggang bapak tua itu yang entah siapa namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Day Dream
RomanceSiapa sangka jika kedatangannya dipameran seni lukisan membuat dirinya menjadi orang yang terpilih untuk menyelamatkan nyawa orang didunia yang lain. Aruni tidak sadarkan diri sesaat setelah dirinya merasa ada yang aneh dengan lukisan yang diberi ju...