•1•

70 8 18
                                    

Dalam hujan yang tak kunjung reda, kita sering kali menemukan diri kita yang tersembunyi di balik kebosanan dan keterasingan.
===

==oOo==

Kembali ke masa lalu.

Saat hujan turun begitu lebat menghantam bumi seperti dendam yang tak terucapkan. Tanah yang tadinya kokoh kini tergerus, hanyut dalam arus deras yang membawanya entah ke mana. Sungai-sungai yang biasanya tenang kini berubah menjadi monster yang mengancam siapa saja yang berani mendekat. Hewan-hewan bersembunyi, berlindung dari amukan cuaca. Bagi mereka, hujan adalah berkah yang harus diterima dengan risiko besar.

Aku duduk di dekat jendela, menatap hujan yang turun tanpa henti. Rasanya sama setiap tahun. Berjam-jam, berhari-hari, terjebak di dalam rumah hanya dengan satu pemandangan yang tak berubah. Tidak peduli apakah hujan deras atau gerimis, kesannya selalu sama. Membosankan.

Di tanganku ada es krim yang dinginnya mulai menusuk gigi, membuat rasa sakit yang tak nyaman. Hujan deras dan es krim mungkin kombinasi paling konyol, tapi entah kenapa itu tak mengubah apa pun bagiku. Dingin atau hangat, semua rasanya sama. Saat sesuatu sudah melewati tenggorokan, selesai sudah. Hidup ini juga begitu kadang, semua berjalan tanpa rasa. Tak ada yang berbeda. Es krim di tengah hujan? Kenapa tidak.

Hari ini sepertinya akan sama seperti kemarin---tidak ada yang istimewa. Hujan membuatku terkurung di rumah. Rasanya seperti hidup dalam sebuah gelembung transparan, melihat dunia luar tapi tak bisa menyentuhnya.

Aku memejamkan mata dan menarik napas dalam-dalam, mencoba membuat waktu bergerak sedikit lebih lambat. Lima menit kemudian aku menghembuskannya. Dadaku sesak karena kehabisan oksigen. Saat kembali membuka mata, tiba-tiba pemandangan di depanku berubah.

Sesuatu yang aneh di jalan depan rumahku. Seseorang tergeletak di tengah hujan deras.

Aku mengerjap beberapa kali, mencoba memastikan apa yang kulihat. Apakah aku berhalusinasi karena terlalu lama menahan napas yang membuat kepalaku sedikit berdenyut? Atau mungkinkah aku sudah pindah alam karena lima menit itu? Tidak. Tentu tidak mungkin. Mati tidak semudah itu.

Mataku kembali menatapnya, orang itu tampak seumuran denganku, tapi aku tak mengenalinya. Siapa dia, dan kenapa dia ada di sini, di tengah jalan saat hujan turun begitu deras?

Aku hanya menatapnya yang tak bergerak sama sekali. Pikiranku mulai berputar, mencoba mencari penjelasan logis. Mungkin dia pingsan, atau kecelakaan? Tapi di mana kendaraannya? Dan kenapa tidak ada orang lain yang melihatnya?

Dan yang paling bermasalahnya, kenapa harus di depan jalan rumahku?

Aku kembali berpikir, mungkin dia orang baru di sini. Pendatang baru yang tersesat di tengah hujan dan karena kedinginan, dia pingsan. Hiportemia. Itu satu-satunya alasan yang terdengar masuk akal meski tidak tahu kebenarannya. Dan pendatang baru harus disambut dengan ramah, kan? Baiklah, aku akan menjadi tuan rumh yang ramah.

Tapi masalahnya, aku tak punya payung maupun jas hujan, dan kalau keluar sekarang, aku pasti ikut basah kuyup. Sial, temanku meminjam payungku beberapa minggu lalu dan tak pernah mengembalikannya. Giliran diminta selalu punya beribu alasan.

Tanpa pilihan lain, aku berlari keluar. Hujan langsung membasahi seluruh tubuhku dalam hitungan detik. Aku mendekat ke tubuh yang tergeletak itu. Wajahnya pucat, matanya terpejam, dan ada luka di wajah dan tangannya yang sudah tersapu bersih oleh air hujan. Aku tak tahu apakah dia masih hidup atau tidak. Kemungkinan buruk mulai menghantuiku. Jangan-jangan dia sudah mati?

Nightfall Echoes [Boboiboy Taufan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang