FLASHBACK

5 0 0
                                    


Suatu hari, ditengah angin yang bertiup kencang, disertai suara gemuruh yang terus menggelegar, nampaklah sesosok remaja laki-laki tengah berdiri seorang diri di rooftop rumahnya.

Dengan pandangan yang terus terarah keatas langit, dengan raut wajah yang datar namun terlihat pilu, bisa dikatakan bahwa laki-laki itu tengah tidak baik-baik saja.

“Maa..”

Tak kuasa menahan rasa sesak didadanya, laki-laki itu perlahan menangis. Semua kenangan yang pernah dilaluinya bersama mamanya, kembali teringat dipikiran nya, membuat laki-laki itu semakin ingin menangis sejadi-jadinya.

“Maa..”

“Mamaa.. Ajax ga baik-baik aja ma”

“Ajax butuh mama”

Seperti itu lah ucapan laki-laki itu didalam hatinya.  Ajax Edberd Roderick, atau biasa disapa dengan nama Ajax adalah anak pertama dari pasangan Antonio Aeson Roderick dan Eirene Garcia.

Ajax mulai merubah sikapnya, semenjak mama nya Eirene Garcia meninggal dunia karena ledakan gas disebuah hotel. Hotel tersebut sudah mama nya pesan untuk merayakan ulang tahun Ajax ke 17 tahun.

Berharap semua nya berjalan dengan lancar, namun semuanya tidak berjalan sesuai harapan, sehingga terjadilah suatu tragedi yang meninggalkan bekas luka dan trauma yang mendalam.

3 Bulan yang lalu

Ajax dengan badan tegap dan gagah, mulai menuruni anak tangga. Dengan balutan tuksedo yang begitu rapi, membuat nya semakin terlihat menawan dimata semua orang.

“Anak bunda kah ini?” tanya Eiren kepada anak semata wayangnya begitu melihat penampilan Ajax

“Tentunya dong ma hahaha” balas Ajax dengan sedikit tertawa

Eiren menghampiri anak semata wayangnya itu, kemudian membenarkan dasi kupu-kupu yang melingkar kurang rapi di leher Ajax.

“Nah udah rapi sekarang”

“Makasih banyak ma”

Eiren hanya tersenyum sambil terus menatap wajah Ajax.

“Sayang, apakah sudah siap?” tanya Antonio kepada istrinya

Eiren mengangguk kemudian menoleh ke arah suaminya. Antonio merangkul erat pinggang sang istri kemudian menatap Ajax.

“Keren juga anak papa ini”

Ajax yang mendapatkan pujian seperti itu, hanya tersenyum malu

“Hahaha makasih banyak pa”

“Sama-sama. Untuk berangkat ke hotel, kamu berangkat sama mama papa atau sendiri?” tanya Antonio

“Papa mama aja duluan, Ajax nanti berangkat sama temen-temen pa”

“Ya sudah jika begitu. Ayo ma kita berangkat dulu, sekalian cek persiapan”

Eiren menggangguk kemudian menepuk pelan pundak Ajax

“Selamat ulang tahun anak mama”

Hangat, itu yang dirasakan Ajax ketika mendengar ucapan dari mama nya. Papa nya sudah mengucapkan kepadanya terlebih dahulu, hanya tidak sehangat ini. Ajax mengangguk sembari tersenyum.

Setelah melihat bahwa kedua orang tuanya sudah berangkat terlebih dahulu, Ajax mulai menghubungi teman-teman terdekat nya untuk segera bersiap.

19:15
Lustrio Inn Hotel

Ajax dan beberapa teman terdekatnya sudah sampai dipakiran bawah tanah hotel tersebut. Ajax membawa beberapa teman, yang dimana mereka antara lain adalah : Haidar, Alden, Ethan, Baron

“Makan-makan kita malam ini” celetuk Haidar dengan bahu yang menyenggol lengan kiri Ajax

Ajax hanya tertawa lepas, melihat tingkah Haidar.

“Makan mulu yang lo pikirin dar” balas baron

“FOOD IS NUMBER ONE” teriak Haidar

Alden langsung membekap mulut Haidar, dan menginjak kaki Haidar

“Berisik ogeb, kaget ntar yang diluar, dikira lu kenapa”

Haidar menarik paksa tangan Alden dari mulutnya.

“Shh sialan, kaki gua gepeng, btw tangan lu bau den, habis pegang apaan lu?”ejek Haidar

“Ooohhh ngejek lu, sini gua kasih yang bau beneran” balas Alden dengan tatapan menantang

“Ampun, kaga den, kaga dah, kaburrr....”

“SINI LO !!!”

Haidar keluar terlebih dahulu guna melarikan diri dari Alden, tak lupa juga bahwa Alden tengah mengejar Haidar. Ajax, Ethan dan Baron hanya terdiam melihat tingkah Alden dan Haidar, dan mulai kembali berjalan untuk keluar parkiran.

Nampak dari jauh, sosok pria jangkung dengan tubuh tegap dan mantap, tengah berdiri, tak lupa tatapan nya seperti tengah mencari seseorang. Sosok tersebut adalah Antonio, papa Ajax. Ajax yang mengetahui itu, kemudian menghampiri Antonio diikuti oleh Baron dan Ethan.

“Paa” sapa Ajax

“Ah kamu Ajax, sudah sampai ternyata. Papa kira kamu belum sampai”

“Sudah pa, mama dimana?”  tanya Ajax

“Mama didalem, masih checking tempat sama persiapan yang lain”

Ajax hanya mengangguk, kemudian mengarahkan pandangan nya ke hotel tersebut.

BOOMM...

Suatu ledakan terjadi di hotel tersebut, membuat semua yang berada disekitar hotel berlarian untuk menyelamatkan diri. Berbeda dengan Ajax, Antonio dan teman-teman nya, mereka terus melihat gedung hotel yang sudah setengah bagian hancur dan terlalap api.

Mata Ajax berkaca-kaca, hatinya sesak, rasa sedih, takut, khawatir bercampur menjadi satu dalam dirinya. Dengan tangan mengepal erat, dan nafas mulai tak beraturan, Ajax berjalan kearah gedung itu dengan langkah cepat

“Ajax, disini dulu” tahan Antonio dengan menarik kuat lengan Ajax

“Mama pa”

“Iya mama, kita tunggu sampai aman, setelah itu kita selamatin mama”

“PA !! MAMA PA !!” teriak Ajax didepan papanya dengan wajah berkaca-kaca

Antonio yang mengerti, langsung mendekap erat badan Ajax. Jika boleh jujur, Antonio sangat sedih, dan khawatir, sama dengan apa yang dirasakan Ajax. Antonio juga ingin menyelamatkan Eirene sang istri, namun apa daya, Antonio tidak bisa berbuat lebih.

“Eirene, tunggu saya disana. Tolong pastikan bahwa dirimu baik-baik saja. Saya dan Ajax akan datang”

“Mama...tungguin Ajax, mama harus baik-baik aja ma. Tungguin Ajax ya ma. Jangan kemana-mana dulu”

Seperti itulah suara hati mereka masing-masing, guna memperkuat diri.

Namun, nampak dari kejauhan, terlihat seseorang dengan penampilan sangat tertutup tengah mengamati Ajax dan teman-teman nya dari kejauhan.

Senyum seringai muncul diwajah sosok itu. Dirinya merasa sangat bangga, bahwa rencana yang sudah lama dia ingin lakukan, akhirnya dapat terjadi diwaktu yang pas untuk nya.

“Hidup lu bakal hancur jax”










AJAXMARA [ ON GOING ] Where stories live. Discover now