[☕]━secangkir

458 43 0
                                    

-Cr: soy (twt)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Cr: soy (twt)

[☕]

"Yuuta-kun!"

Namanya disebut dengan lantang. Yuuta menoleh ke belekang pada suara yang memanggilnya.

"Ada apa Gojo-sensei?"

Sesampainya di depan Yuuta, Gojo Satoru melebarkan senyuman menjengkelkan; menurut Nanami. Ia tarik tangan Yuuta, meletakan selembar uang di atas telapak tangan sang murid. Yuuta kaget, menatap bingung pada Gojo meminta penjelasan.

"Tolong belikan kopi~" Nadanya manja.

"Tumben sensei mau minum kopi."

Satoru menyeringai bangga seakan dia sudah menunggu-nunggu ditanya. "Hehe~ Kopi yang ini manis terlebih lagi limited edition! Jadi tolong belikan~"

"Kan ku belikan." Yuuta biasa jika disuruh-suruh oleh senseinya ini. Doi emang nggak akan nolak kalo diminta tolong apa pun makanya, Gojo suka sekali membabu Yuuta.

Satoru bersorak ria, mengacak rambut hitam legam sang murid. "Makasih Yuuta-kun, kau memang yang terbaik."

[☕]

Dibawah terik matahari Yuuta mengantri dengan sabar. Antrian itu cukup panjang sepertinya kopi limited ini sangat-sangat enak. Antrian bergerak perlahan hingga Yuuta berhasil sampai.

"Tolong kopi limited edition satu." Yuuta mengangkat jari telunjuk memberitahu jumlah pesananya.

Sang pegawai meminta Yuuta menunggu sebentar. Lalu si pegawai memberitahu temannya yang di belakang yang bertugas sebagai pembuat pesanan.

Saat kopi itu akan diserahkan pada Yuuta, si pegawai memberitahu harganya. "Totalnya ¥10.000"

Yuuta menyerit dengan harga yang sangat mahal ini, untung sesuai dengan uang yang diberi Gojo kalau tidak Yuuta harus menambahi.

Keluar dari antrian Yuuta melenggang pergi. Dia memperhatikan dengan seksama kopi mahal ini seakan itu adalah subjek penelitian terlangkah.

"Seberapa enak kopi ini sampai Gojo-sensei mau membelinya." Monolog Yuuta, Navy-nya masih melekat pada si kopi, masih meneliti. Yuuta tak perlu menanyakan alasan Gojo membeli, senseinya ini maniak manisan.

Tubuhnya menubruk sesuatu sepertinya itu orang. Kopi di gengamannya lepas, melayang di udara dan mendarat di kepala orang yang tertabruk tadi. Isi coklat pucat itu jatuh mengenai ubun-ubun kepala mengalir ke garis wajah dan membasahi baju.

Orang-orang yang berlalu lalang, melirik dan berbisik-bisik.

"Mereka bertengkar?"

"Wah~ gila tuh cowo."

Orang-orang yang berada di barisan itu berbisik juga, tapi bukan pada dua orang itu melainkan kopi limited yang terbuang sia-sia. Sudah mengantrinya lama, mahal lagi.

Yuuta panik tak karuan, menanyakan keadaan orang itu. Keringat dingin membanjiri. "Ma, maaf, aku benar-benar tak sengaja."

Apa hari ini adalah hari sial Yuuta? Dia baru saja menumpahkan pesanan Gojo dan harus menebus kesalahannya pada orang yang ditabrak.

Orang itu mungkin lebih tepat gadis; karna dia berambut panjang, mengenakan jaket kulit. Gadis itu tak merespon, Yuuta tak bisa melihat wajah si gadis yang tertutup oleh poni panjang.

Air kopi menitik jatuh dari ujung rambut. Helahan napas panjang keluar dari bibir peach. Si gadis menyisir rambutnya ke belakang. Dia menatap Yuuta diam, tatap datar yang menggidik bahu Yuuta dan, membuat atmosfer jadi dingin. Bukan itu yang perlu dipedulikan! Yuuta melongo dengan kecantikan si gadis. Kecantikannya benar-benar seperti boneka.

"Aku sungguh minta maaf..." Lirih Yuuta, dia tak yakin suaranya keluar dengan baik.

Senyum jelita terukir cantik di bibir, membuat matanya seperti bulan sabit. "Tak masalah. Saya juga minta maaf tak melihat jalan."

Yuuta bernapas lega, bersyukur puan mau memaafkan dia.

Kerah baju putih Yuuta di tarik, punggungnya membungkuk. Wajah Yuuta dengan si gadis berselisih satu senti. Aura gelap menguar dari belakang si gadis bagai awan cumulonimbus. Iris navy Yuuta bergetar bukan karna aura tapi karna wajah si gadis yang begitu dekat. Ah, dia bisa melihat dengan jelas kulit halus sehalus bulu angsa.

"Kau pikir aku bakal bilang gitu?" Nada suara bidari berubah seperti preman kelas kakap. "Sayang sekali aku bukan orang baik yang mudah memaafkan. Kau harus melakukan apa pun sebagai permintaan maaf."

"Kan ku lakukan apa pun." Spontan Yuuta menjawab. Dia terpojok dan ketakutan. Jika menolak Yuuta bisa dibelah si gadis.

Raut wajah kesal si gadis mereda. Dia diam memberi tatapan menyelidik. Sudut bibirnya di miring kan ke bawah. Ia melepaskan kerah baju adam. Telunjuk dan jempol mengapit di dagu. Si gadis berpikir hal seru apa yang bisa dia lakukan pada ciptaan sempurna Akutami Gege ini.

Ah, dia tau apa.

"Ayo pacaran."

Di dalam keramaian yang berjalan waktu Yuuta seakan terhenti. Iris navy tak berkedip saking terkejut dan tak mengerti dengan ucapan si gadis. Pacaran? Apa telinga Yuuta tak bisa berfungsi lagi? Atau sekelilingnya terlalu berisik hingga keliru?

"Maaf?"

Si gadis menatap datar, dia harus mengulangi ucapannya. Sekalilagi.

"Ayo pacaran."

Oh! Ajakan itu jelas keluar dari bibir si gadis. Baguslah Yuuta tak perlu pergi ke dokter THT.

Dahi Yuuta berkerut. Otak Yuuta yang sadar dengan perkataan si gadis, sekali lagi mencoba memastikan telinganya berfungsi atau tidak. Apa barusan dia di tembak!? Bukan! Di ajak pacaran! Ya kan!? Tolong siapa pun sadarkan Yuuta!

"Hah!? Tunggu sebentar-"

Yuuta memijat pangkal hidung, menjelaskan pada dirinya sendiri situasi ini. "Kamu ngajak aku pacaran sebagai permintaan maaf?"

Dia mengangguk membenarkan perkataan Yuuta.

"Alasannya?"

"Apa itu perlu?"

Jelas perlu!

"Bagaimana dengan ini," Jari gadis itu menunjuk pada toko kopi yang hampir tertutup oleh antrian para pelanggan. "Aku akan mengganti kopi mu maka kau pacaran dengan ku. Kau butuh berapa? 2? 5? Ku borong semuanya aja."

Yuuta menarik tangan si gadis yang akan pergi memborong semua kopi limited edition. "Aku hanya butuh satu saja, terus,"

Yuuta membuka baju putihnya lalu menyelampirkan pada bahu si gadis. "Tolong gunakan ini."

Netra apik puan membola terkejut dengan tindakan si adam. Dia merasa aneh dengan kelembutan ini. Irisnya menatap Yuuta. "Hey, siapa nama mu?"

"Okkotsu... Yuuta."

"Aku Satou [Name]." Dia memberi senyum manis yang bisa memekarkan bunga-bunga dan ada maksud tersembunyi di dalam.

"Aku membenci mu."

[☕]

N: Jadi... Aku revisi karna kepikiran mulu hehehehe.

O. Yuuta  ❛KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang