[☕]━empatcangkir

141 21 0
                                    

-Cr: soy (twt)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Cr: soy (twt)

[☕]

Setiap langkah meninggalkan jejak air di lantai pualam legam. Setelah hujan-hujanan, Yuuta di undang ke rumah [Name], diajak berteduh. Itu apartement 12 lantai berada tak jauh dari cafe, dari sini kau bisa melihat kota Tokyo yang di selimuti hujan.

"Masuk lah." [Name] mempersilahkan.

Isi dalam apartment [Name] bersih seakan tak tersentuh, funiture terletak rapi seperti itu sudah di lem ditempatnya. [Name] bilang itu bukan rumah sungguhanya semacam rumah keduanya jika dia muak di dalam rumah utama maka ia kemari. Jika dia ingin ketenangan maka ia kemari.

"Mandi lah duluan, bajunya taruk di atas mesin cuci biar ku keringkan," [Name] menyaut dari dapur, dia menurunkan kotak teh hijau jadi kabinet gantung putih. "Aku cuman ada teh gpp kan?"

"A- iya. [Name]-san mandi aja duluan nanti masuk angin."

[Name] menatap jengkel Yuuta, dimatanya jelas mengatakan kalau ia menyuruh Yuuta mandi duluan biar gak masuk angin atau yang paling besar ialah demam. "Tidak kau saja duluan."

"Tapi..."

Yuuta ingin membantah, ingin sekali. Di kamusnya 'ladies first' harus diterapkan, ini semacam hal tabu untuk Yuuta. Itu tak bisa ia berlakukan untuk [Name] mengingat tipikal puan keras kepala. Mereka akan berdebat tanya akhir hingga ucapan puan dituruti.

Yuuta tau [Name] orang yang keras kepala di tiga hari lalu saat [Name] memaksa Yuuta untuk menerima pemberiaanya. Yuuta jelas terbebani dengan itu pasalnya hadiah yang di berikan bukan sedikit, banyak hingga menggunung ditambah itu barang-barang mahal. Yuuta menciut dengan kekayaan [Name].

"Ya baiklah." Yuuta usahakan suaranya tak lesu.

"Kamar mandi ada disana." [Name] menunjuk lorong rumah di sebelah kiri.

[☕]

Setelah membersihkan diri. Yuuta duduk di sofa dan [Name] duduk di karpet bercorak abstrak di bawah Yuuta. Yuuta mengeringkan rambut [Name] dengan hairdryer- atas permintaan [Name]- sedangkan si pemilik rambut sibuk dengan tumpukan DVD film, itu berserakan di karpet.

"[Name]-san suka film?" Yuuta tak tahan kesenyapan ini, dia coba basa-basi.

"Tidak. Aku nonton saat bosan saja. Kita nonton sampai hujan reda aja, nggak ngapa-ngapin kan?"

Ini pilihan bagus daripada diam tiba-tiba kesurupan kan nggak lucu.

"Ya, tentu."

Kesunyian kembali melahap ruangan. Yuuta berpikir untuk basa-basi sedikit lagi sebelum masuk ke dalam hal yang ia ingin bicarakan. Tidak, jika semakin banyak basa-basi maka tak akan berakhir. Mari siapkan mental.

"Mn [Name]-san?" Dia usahkan suaranya tak bergetar. [Name] menjawab dengan gumam, ia masih sibuk mencari film yang bagus. "Siapa orang tadi?"

"Maksudmu Haru? Dia teman ku."

"Sungguh?"

Apa sekarang Yuuta cemburu?

"Ya, kami memang dekat banget tapi dia tetap teman ku. Hubungan ku dengannya sudah berakhir, nggakbada yang perlu di khawatirin." [Name] sedikit panik merasa Yuuta mencurigainya. Sejujurnya dia tak menyembunyikan apa pun dari Yuuta. Oh tidak, ada yang [Name] coba sembunyikan. Yang jelas itu bukan tentang Haru.

"Aku menemukan yang bagus buat di tonton." [Name] merangkak ke tv, memasang DVD yang dipilih pada tempat pemutar DVD.

[☕]

Sekitar 4-5 jam tv ukuran 43 inci menyala memutar film tanpa henti. Iris navy menatap keluar jendela yang masih menampilkan hujan awet diluar. Lalu dia menoleh pada jam dinding di belakang menujukkan pukul setengah tujuh malam. Yuuta lupa dengan waktu karna keseruan menonton film, dia harus pulang.

Bahu kanan Yuuta terasa berat, itu [Name] yang kehilangan keseimbangan di dalam tidur. Napas si gadis terdengar teratur sepertinya sudah cukup lama dia tertidur mungkin di pertengahan film. Yuuta mengguncang pelan bahu [Name].

"[Name]-san, [Name]-san, aku harus pulang."

[Name] memaksa membuka matanya akan tidurnya yang terganggu. Dia angkat kepalanya dari bahu Yuuta sembari mengusap mata. [Name] menatap keluar jendela tuk melihat hujan apakah sudah berhenti atau belum. Di luar sudah gelap dan hujan masih berlanjut yang artinya Yuuta masih belum bisa pulang- menurutnya.

"Tidur aja disini, lagian masih hujan." [Name] berkata sambil menguap.

"Gak bisa, aku harus pulang." Yuuta tak khawatir dengan hujan, dia khawatir dengan pria dan wanita yang berada di satu ruangan, terlebih lagi ini [Name]. Bukan karnya takut di terkam, takut Yuuta yang menerkam. Bagaimana juga Yuuta adalah pria. Kau taukan maksud ku.

"Udah disini aja..." [Name] jatuh ke dada Yuuta, dia tak kuat menahan kantuk.

"Ah, [Name]-san tidurlah di kamar."

Yuuta perlahan membaringkan [Name] di sofa. Dia mematikan tv lalu, merapikan DVD yang berantakan di atas karpet. Yuuta masukkan kembali DVD-DVD itu kedalam kotaknya masing-masing, dia susun kembali ke laci di bawah tv tempat asal mereka. Setelahnya Yuuta menggendong [Name] seperti tuan putri membawanya ke kamar. Yuuta membuka pintu lain yang berada di lorong rumah yang mungkin saja itu adalah kamar tidur [Name]. Dan bingo! Yuuta benar.

Kamar tidur itu putih bersih, semua warna dominan putih. Yuuta baringkan [Name] perlahan di atas kasur, Yuuta juga memasangkan selimut pada [Name] hingga ke bawah dagu.

[Name] menggeliat tak nyaman, dia menggengam pergelangan tangan Yuuta seakan tau niat Yuuta. "Tidur di sini aja." Dia tetap bersikeras memaksa Yuuta untuk tinggal.

Yuuta menghembus napas lelah. Ingat [Name] itu keras kepala maka tak ada pilihan Yuuta selain menurut si puja. "Baiklah."

[Name] menyeringai dalam tidurnya. Apa benar [Name] benar-benar tidur? Dia tau Yuuta mau pergi.

[Name] menarik Yuuta sampai terjatuh ke kasur, dia bawa si adam ke dalam dekapnya. Memeluk erat seperti bantal guling.

"[Name]-san... Sesak."

[☕]

O. Yuuta  ❛KopiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang