Chika berkali-kali mengecek ponsel nya, belum juga ada kabar dari driver ojol yang dia pesan setengah jam lalu. Padahal sudah waktunya untuk pulang, hembusan nafas gusar kian memburu saat kedua matanya menangkap mobil berwarna merah mulai melambat didepannya. Itu bukan mobil yang dia pesan, dan dia tau siapa pemilik mobil itu. Laki-laki turun dari bangku kemudi lalu mendekat kearah Chika.
"Aku anter pulang yuk, udah malem" kata laki-laki itu menawarkan kebaikannya kepada Chika.
"Aku udah pesen ojol"
Tingg
Chika berdecak kesal, ojol yang dia pesan dibatalkan oleh driver nya, laki-laki itu tersenyum tipis lalu menatap Chika seolah mengatakan 'ayo' namun Chika masih tidak bergeming dan memilih untuk kembali berusaha. Namun sial memang sial dia malam itu, ponsel nya mati.
"Yaudah ayo"
Chika masuk kedalam mobil itu, sepanjang jalan Chika hanya diam tidak berminat untuk berbincang dengan laki-laki disebelahnya.
Keheningan kian membuncah namun laki-laki itu mulai memecahnya."Baru selesai latihan ya?" Tanya laki-laki yang biasa disapa Aran itu.
"Iya" jawab Chika dengan singkat.
Aran terkekeh lalu menganggukan kepalanya, tangan laki-laki itu menyentuh tangan Chika.
"Apasih, jangan pegang-pegang" Chika menepis tangan itu dengan kasar.
Kedua nya dulu adalah sepasang kekasih, namun kandas begitu saja kala media menyebar luaskan kemesraan mereka. Chika adalah seorang public figure dengan berbagai macam rules nya termasuk tidak diperbolehkan untuk berpacaran. Namun Chika tetap manusia biasa yang hidup tidak lepas dari kesalahan dan kelalaian. Sejak hati itu Chika awalnya tidak menaruh rasa benci terhadap Aran, namun karna sikap Aran yang begitu menyebalkan dan tidak bertanggung jawab akhirnya rasa benci dan jijik itu mememuhi hatinya yang bersih.
"Ini kita beneran asing ya Chik?" Aran menoleh ke samping, melihat wajah samping chika yang begitu cantik.
"Kamu ngarepin apa emang? Setelah kamu kabur gitu aja tanpa belain aku?" Chika menjawab pertanyaan tadi dengan sangat ketus.
"Aku bukan kabur, aku cuma belum siap waktu itu. Tapi mereka malah anggap aku ga bertanggungjawab"
Aran kembali meraih tangan Chika, ia genggam dengan erat sembari mencoba meyakinkan Chika jika dirinya tidak sejahat itu.
"Kamu mau apa sih? Apa tujuan kamu begini?" Chika melepaskan tangan Aran dan membuang muka kearah jendela.
Aran menghentikan mobilnya didepan mini market yang masih buka, dia turun untuk membeli dua buah coklat dan satu es krim. Chika yang masih didalam mobil sama memilih untuk memejamkan mata dan mencoba untuk tidur.
"Nih dimakan dulu, biar mood nya bagus" Aran memberikan coklat dan es krim itu.
"Makasih"
Aran kembali melajukan kendaraannya, Jakarta tetap Jakarta dengan kemacetannya. Chika mulai sibuk membuka bungkus es krim yang Aran beri. Memakannya dengan perlahan, sembari memainkan ponselnya. Membalas pesan singkat dari ponselnya.
Sudah hampir sampai namun Chika masih sibuk dengan ponselnya dan bahkan tidak menghiraukan Aran yang tadi mulai bertanya soal arah jalan tikus untuk menuju rumah Chika."Apa? Jalan tikus? Itu depan belok kiri aja ikutin jalan itu. Emang jadi rada jauh tapi ga macet" kata Chika sembari memainkan ponselnya.
"Btw kamu udah ke makam Osse?" Tanya Aran membuat Chika menoleh, ponselnya ia taruh dipaha dan melempar pandangan kosong.
"Sejak kapan kamu peduli sama Osse? Bukanya kamu paling menolak kemarin soal Osse?" Sindir Chika.
"Siapa yang nolak sih chik? Osse dan kamu itu satu. Kalo aku nolak dia berarti aku nolak kamu, kan nyatanya engga. Aku bisa nerima kamu dan Osse. Oke lah masalah kemarin emang aku pengecut, tapi kalo masalah Osse aku sama sekali ga pernah nolak kok"
KAMU SEDANG MEMBACA
DUA SISI
FanfictionSemua yang ada di cerita ini adalah FIKSI jadi silahkan bergelut dengan pikiran kalian sendiri dan jangan dibawa ke dunia nyata, konten tiktok? BIG NO! ketauan ngontenin denda 100K Enjoy!