2 [END]

233 44 11
                                    

Pagi sekali, saat matahari baru terbit, tak ada tanaman-tanaman hidup yang mencurigakan berkeliaran. Rose dan George memulai perjalanannya menuju padang bunga Cahaya. Jalannya cukup jauh. Mereka tiba di tempat itu saat matahari terlihat terang di timur.

Sepanjang perjalanan Rose mengamati tanaman sekitarnya yang indah. Anehnya, jalan beraspal yang dilihatnya kemarin tiba-tiba menghilang entah ke mana. Rose sempat ragu dia dikerjai oleh siapa pun. Namun, banyak hal aneh di sini dan subuh tadi dia sempat melihat rombongan tanaman Kehidupan itu lewat depan rumah dengan gerakan seirama.

"Tanaman-tanaman ini tidak akan tiba-tiba berjalan, kan?" Rose sangat hati-hati ketika terpaksa menginjak tumbuhan dengan sepatunya. Tidak ada cara lain selain menginjak tumbuhan-tumbuhan itu untuk lewat.

"Tenang saja. Aku sudah bilang mereka hanya bergerak saat malam. Di siang hari, mereka hanyalah tanaman biasa." George memotong tanaman setinggi tubuhnya dengan kayu tajam berbentuk pedang yang dibuatkan oleh paman Pohon beberapa tahun lalu.

Tanaman-tanaman itu sangat cepat tumbuh. Beberapa hari lalu George menebas banyak tanaman hingga sangat pendek, tetapi sekarang sudah setinggi tubuhnya.

Dia berhasil membuat jalan dan Rose akhirnya bisa keluar dari tanaman-tanaman yang rindang karena tak disinari cahaya matahari. Ketika tiba di sana, Rose membelalak takjub melihat pemandangan yang belum pernah dia lihat di dunianya.

"Wah.... Indah. Ini terlihat seperti padang bunga Cahaya. Sangat luas." Rose melihat bunga-bunga itu di depannya seperti tanpa ujung. "Aku sedang tidak bermimpi, kan?"

George tersenyum kecil saat ikut menikmati surga dari dunia aneh ini. "Paman pohon yang memberikan informasi kepadaku bahwa bunga ini adalah tanaman baik dan bisa menjadi penerang saat malam. Jadi, aku tidak takut membawanya pulang."

Rose menoleh bingung. "Aku sadar sesuatu...."

"Apa?" tanya George.

"Bagaimana kamu bisa berinteraksi dengan paman Pohon?" tanya Rose bingung. "Apakah dia bisa berbicara seperti manusia?"

"Tidak." George tersenyum kecil membayangkannya. "Entahlah. Aku benar-benar dibuat bingung saat seperti ada seseorang yang bicara di kepalaku dengan suara lemah seperti suara seorang lansia. Dia memperkenalkan dirinya sebagai paman Pohon, tumbuhan yang setiap malam melindungiku aroma tubuhku dari tanaman Kehidupan."

"Paman Pohon banyak membantu." Rose duduk bersila di depan setangkai bunga Cahaya.

"Kamu benar." George ikut duduk di sampingnya. Mereka mulai memetik bunga-bunga Cahaya dan memasukkannya ke dalam sebuah kemeja sekolah dan juga celana sekolah yang terikat, menjadikan dua pakaian itu sebagai tas.

Rose pikir seragam sekolah itu pasti adalah seragam sekolah George. Rose tidak ingin membahas tentang sekolah George. Itu hanya akan memberatkannya dan mengingatkannya kembali kepada masa lalu. Pakaian-pakaian yang George gunakan semalam dan hari ini adalah pakaian yang ikut bersamanya ketika ingin study tour dan malah terperangkap di dunia ini.

"Kamu lapar, kan?" George berdiri dan melangkah duluan. Mereka sudah cukup memetik bunga. Selain itu, tas mereka sudah penuh. "Ikut aku."

"Bunga-bunga ini terasa ringan." Rose menyusul George. Dia membawa kain kemeja putih berisi bunga-bunga Cahaya sambil merasakan beratnya. Sementara bagian celana dibawa oleh George.

"Beratnya seperti kapas, kan?"

Rose mengangguk. Mereka berhenti di sebuah area yang ditumbuhi berbagai pohon buah. Pohon-pohon itu cukup tinggi. Buah berwarna hijau yang sebesar kepalan tak pernah Rose lihat sebelumnya.

DIMENSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang