PRANKK...
Kepingan piring cantik itu terpecah menjadi banyak bagian hingga menimbulkan suara yang amat nyaring. Argumen demi argumen mulai terdengar begitu panas dan memekakkan telinga. Lelaki dengan headshet itu berusaha untuk mengabaikan pertikaian orang tuanya diluar.
"Selalu seperti ini." batinnya.
Rumah yang seharusnya menjadi surga, kini berubah menjadi neraka baginya. Beberapa hari semenjak kehadiran bocah cilik yang diakui sebagai anak oleh ayahnya beberapa hari yang lalu, membuat rumahnya tidak lagi pernah kondusif seperti dulu.
"Bawa pergi anak itu sekarang! Aku tak sudi dia tinggal di rumah ini." amuk seorang wanita dengan wajah memerah.
"Jangan memperpanjang masalah ini lagi, Lydia! Kita sudah sepakati hal ini!"
Jejen memfokuskan pandangannya ke laptop yang menampilkan seorang pengajar yang tengah menjelaskan materi dalam sebuah aplikasi.
"Kakak," pintu kamarnya terbuka menampilkan lelaki cilik berusia 6 tahun menggunakan piyama dan memeluk boneka beruang.
Dengan tatapan sinis, lelaki itu pun berdiri dan mendekat ke ambang pintu
"Diam bocah. Aku bukan kakakmu!" desis lelaki itu dan mengunci pintunya rapat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Habromania : Dreams
Fiksi RemajaPerjalanan 4 remaja yang mempunyai mimpi dan saling terhubung melalui takdir. Dapat melengkapi kekurangan satu sama lain, menjadikan tempat pulang paling aman, disaat rumah tidak lagi menjadi tempat ternyaman. "Kita hanya ingin hidup bahagia, mengap...