03

5.9K 191 6
                                    







Eder menyuntikan vitamin ke lengan Ashlyn dan membereskan peralahannya.

"Ayah, bolehkah aku melihat eksperimen ayah?" Tanya Ashlyn sembari menurunkan lengan bajunya.

Eder yang mendengarnya sempat terdiam sejenak. Ashlyn tak pernah penasaran dengan apa yang Eder kerjakan. Tapi akhir-akhir ini, wajah ayahnya itu terlihat tertekan.

"Apakah aku boleh membantu ayah?" Ia tak ingin ayahnya itu pusing sendiri. Jika kemampuannya bisa berguna, ia akan sangat senang.

"Tidak perlu, ayah bisa mengatasinya." Eder tersenyum lembut, tak ingin membuat Ashlyn khawatir.

"Tapi berat badan ayah terlihat berkurang."

Ah sekarang Eder tau kenapa Ashlyn khawatir padanya. "Kalau begitu, ayah akan senang jika Ashlyn bisa membuatkan vitamin untukku."

Ashlyn langsung bangkit dari duduknya. "Baiklah! Aku akan membuatkan ayah elixier terbaik di dunia ini."

.

.

.

Hari-hari Ashlyn banyak dihabiskan di lab milik Serena. Walaupun Ashlyn telah resmi menjadi peneliti, tapi ia masih belum mendapat ruangan sendiri oleh karena itu ia masih menumpang ke setiap lab untuk melakukan ekperimen.

"Kau masih membuatnya?" Serena bertanya karena Ashlyn tak hentinya beranjak dari tempatnya.

"Ya, sebentar lagi elixir terbaik di dunia akan lahir."

Serena menggelengkapn kepala. Sepertinya Ashlyn masih sangat semangat membuat elixir terbaik di dunianya itu. Gadis itu bahkan mencari bahan-bahannya sendiri dan memilahnya. Serena jadi penasaran dengan hasil yang akan ditunjukan Ashlyn.

Setelah sekian lama, akhirnya Ashlyn menyelesaikan elixirnya. Matanya berbinar menatap botol kecil dengan cairan berwarna biru bersinar di dalamnya.

"Wow. Bagaimana caramu membuatnya?" Serena terpukau melihat betapa murni dan indahnya elixir buatan Ashlyn.

"Akan ku beritau nanti. Sekarang aku harus memberikannya pada ayah." Ashlyn memasukan botol itu ke saku jasnya dan menghampiri ayahnya.

Ashlyn menuju ruangan ayahnya yang satu lagi. Itu terletak di ruangan yang memiliki akses khusus. Tapi belum sempat ia tiba di ruang ayahnya, alarm laboraotium berbunyi.

Ada apa ini? Ashlyn terlihat bingung. Beberapa peneliti keluar dari ruangannya dan ia melihat ayahnya yang pergi lebih dalam ke laboratorium.

Ashlyn segera mengejar ayahnya. "Ayah!" Ia memanggilnya dan berlari mendekat. "Aku punya—"

"Ashlyn, cepat lari dari sini." Eder terlihat terburu-buru. Ia membuka pintu ruang khusus dengan sihir dan masuk ke dalam.

Lagi-lagi Ashlyn dikejutkan dengan ruangan yang asing. Itu sebuah lab besar. "Tenpat apa ini?" Tanya Ashlyn. Matanya menangkap beberapa tabung berisi air dengan sosok pria telanjang di dalamnya.

Eder terlihat sibuk membakar kertas-kertas yang ada di sana. "Lyn, keluarlah ke pintu itu. Ada lift tersembunyi dan langsung tinggalkan laboratorium ini."

Eder memecahkan semua tabung kaca yang ada di sana hingga menyisakan satu yang ada di tengah. Dia terdiam sejenak menatap wajah terpejam pria yang ada di dalam tabung itu.

"Ayah." Ashlyn masih belum beranjak. Ia tak ingin meninggalkan ayahnya. "Ayo pergi bersama."

Eder mendorong Ashlyn ke dalam lift dan memberikan penghalang sihir agar gadis itu tak bisa keluar. "Ayah tidak bisa pergi dari sini." Pria itu tersenyum pada Ashlyn. "Jangan membenci ayah, nak."

DARKENEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang