Ashlyn keluar dari kamarnya. Pagi ini terlihat lebih sepi dari biasanya. Sepertinya orang-orang sedang bekerja. Ia pergi ke ruang utama dan meminta sarapan pada Jane.Pintu masuk terbuka dan Diego masuk dengan membawa pedangnya yang berlumuran darah. Ashlyn semakin terbiasa melihat pandangan tersebut.
"Kau sudah kembali." Jane menyiapkan sarapan untuk Diego dan pria itu duduk di sebelah Ashlyn.
"Apakah kau akan makan tanpa mencuci tangan?" Ashlyn berucap sepontan karena melihat tangan Diego yang kotor bahkan ada bercak darah.
Tangannya terulur dan sebuah air muncul, membalut tangan Diego hingga bersih. "Kau melakukan hal yang tidak perlu." Gumam Diego dan menyantap satapannya.
Semakin lama Ashlyn mengenal Diego, semakin gadis itu tau bahwa Diego adalah pria dingin yang tak berperasaan.
"Ashlyn!!" Pintu terbuka dengan keras dan Xander muncul dengan terengah. "Kau harus melihat ini!" Pria itu menghampiri Ashlyn dan menariknya menuju ruangannya.
Sedangkan aashlyn hanya pasrah sembari melihat rotinya yang belum habis.
"Ada apa dengannya?" Tanya Diego yang melihat kelakuan aneh Xander.
Jane tersenyum. Tak heran jika Diego belum mengetahuinya karena beberapa hari ini Diego tak ada di guild. "Bukankah mereka terlihat akrab?"
.
.
.
Ternyata Xander hanya ingin menunjukkan bahwa ia berhasil melarutkan bahan yang selama ini snagat sulit ia tanganni. "Ini luar biasa. Mereka benar-benar larut sempurna."
Ashlyn menghela nafas, apakah ia terlihat seperti ini saat dulu pertama kali melakukan pancampuran bahan? Sudah berapa tahun itu berlalu? Saat itu dia bahkan masih sangat kecil. Tiba-tiba wajah Ashlyn menjadi sedih mengingat kenangan tersebut.
Sebuah bola sihir kecil yang tersimpan di mena Xander berkedip merah. "Oh dia mengamuk lagi." Dengan terburu Xander keluar ruangan dan mendekati pintu bersegel tersebut. Ia melihat dari lubang kecil di pintu dan memastikan apa yang sedang terjadi di dalam.
"Ada apa?" Tanya Ashlyn, penasaran."
"Dia mengamuk lagi. Tapi Sham sedang pergi."
Ashlyn ingin ikut melihat ke dalam tapi ia terlalu pendek untuk mengintip. "Aku juga mau lihat."
"Ini bukan pemandangan yang barus untuk anak kecil sepertimu."
Ashlyn mendengus. "Aku bukan anak kecil! Sebentar lagi aku berumur 17!"
Xander mengangkat tubuh Ashlyn dan membantu gadis itu untuk melihat ke dalam. Tubuh Ashlyn kaku, jantungnya berdegup kencang melihat sesuatu di dalam sana.
Xander segera menurunkan Ashlyn. "Sudah ku bilang itu bukan pemandangan yang mengenakan."
Tangan Adhlyn sedikit bergetar. Terlihat dengan jelas perubahan ujud pria yang terkurung di dalam. Tak lama, suara teriakan terdengar.
"Lepaskan aku!"
Ashlyn melihat ke arah pintu yang tersegel saat mendengar sesuatu.
"Ah, dia akan berisik jika sudah seperti ini."
Ashlyn meraih baju Xander. "Dia.. dia ingin dilepaskan.."
"Kita tak mungkin melepasnya. Semua yang ada di sini bisa mati."
"Tidak.." Ashlyn kembali bergumam. "Dia kesakitan.. kita harus melepaskannya sekarang.." suara dari dalam terdengar begitu jelas di telinga Ashlyn, ia tak menyadari bahwa hanya gadis itu yang bisa mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DARKENED
Fantasy⚠️ 18+ Mengandung adegan dewasa dan kata kasar. . . Saat kecil cita-cita Ashlyn adalah menjadi peneliti yang hebat seperti ayahnya. Ia selalu mengikuti ayahnya ke laboratorium dan belajar banyak dari orang-orang di sana. Ini adalah laboratorium terc...