5. Red White Rose

4 0 0
                                    

Bunga terbaik gugur,

Pergi ke tempat antah-berantah.

Waktu kemudian melompat,

Lantas kemana tujuan kami setelahnya?

***

Aku berjalan bersisian dengannya dalam diam sementara adzan maghrib berkumandang di luar. Kami menuju mushola gedung Fakultas Ilmu Kesehatan untuk menunaikan kewajiban. Aku tak tahu dia sedang memikirkan apa, tapi yang kulihat darinya hari ini agak berbeda. Tawanya yang biasa hadir di setiap cerita-ceritanya yang menakjubkan kini lenyap. Wajahnya sendu menahan hujan.

Kami berdiri di depan pintu mushola dan menjumpai tiga kawan kami yang sudah ada di sana lebih dulu.

"Gue kira lo kemana," ujar Hani

"Makan dulu tadi" sahutku, mulai melepas sepatu agar bisa masuk ke dalam

"Abis ini langsung pulang? Atau masih mau selesaiin tugas?" Fera kemudian bertanya

Aku menoleh pada Cila yang sedari tadi hanya diam. Dia balas menatapku, kemudian menoleh pada Fera. "Balik aja." Katanya tegas, tak bisa diganggu gugat. Kami mengangguk setuju.

Aku dan Cila kemudian mengambil wudhu secara bergantian. Lantas mengenakan mukena dan duduk berbaris disamping Hani, Fera, dan Gisa. Kami termenung menunggu adzan yang masih belum selesai. Lelah hari ini mulai terasa menyusup pada sendi-sendi kaki dan tangan yang mulai pegal. Kudengar Cila menghela napasnya beberapa kali. Ingin sekali aku bertanya apa yang sedang mengganggu pikirannya, namun mengenalnya selama 3 bulan ini belum mampu memberiku rasa aman untuk bertanya hal-hal pribadi seperti itu. Akhirnya kubiarkan semuanya menggantung di depan hatiku, berharap dia dan kehidupannya baik-baik saja. 

Kulirik lagi Cila yang kini tengah menggenggam handphone nya, bergulir di sosial media dan sesekali membalas pesan yang masuk sejak tadi siang. Lantas dia menggerakkan tangannya membuka galeri foto, dan foto teratas muncul sambil dia tunjukkan kepadaku.

"Itu makam mamaku" Cila mencicit. Aku mengangguk, menunggunya melanjutkan pernyatannya. "Makamnya selalu sepi, apalagi pas lebaran. Cuma aku satu-satunya orang yang berkunjung ke sana." 

Aku menatapnya nanar, tidak mengerti kenapa alasannya. 

"Padahal keluarga Mamaku tinggal berdekatan di sana, Ayah juga, dan aku cuman bisa berkunjung ke sana setahun dua kali karena jarak rumah dan pemakaman yang jauh. Aku sedih, Ve. Dari umur aku 6 tahun ditinggal mama, dan diurus Nenek, aku cuman pengen sekali aja Mama dateng ke mimpi aku."Cila tersenyum sumir, "Aku juga gak paham kenapa keluarga Mamaku saking sibuknya bisa ngelupain saudaranya gitu aja, Ayah juga semenjak punya istri baru, dia bener-bener lupa sama almarhumah istrinya."

Aku tertegun. Hanya dengan begitu saja, aku bisa ikut merasakan apa yang sedang Cila rasakan. 

"Aku mohon ke kamu, Ve... nanti kalau aku udah gak ada, tolong kunjungi makamku dan taruh bunga mawar putih di sana. Aku gak mau kayak Mama yang dilupain mantan suaminya yang mana seharusnya dia inget, jarang dijenguk saudaranya juga, dan aku gak mau makamku sepi nanti." 

 "Makammu gak akan sepi, Cila.. Kamu dicintai sebegitu banyak oleh orang-orang di sekitar kamu. Maka nanti kalau kamu udah gak ada, kami akan mengenang kamu sebagai orang baik. Begitu juga Mamamu, mungkin pusaranya sepi oleh manusia, tapi percayalah, Mamamu gak pernah kesepian karena di sampingnya ada ribuan malaikat dan amal kebaikan yang beliau lakukan semasa hidup." balasku, kemudian memeluknya lembut 

Cila masih memandangi foto itu dalam diam, meski dalam keterdiamannya itu, aku mengerti ada sebuah kerinduan yang menggunung dan minta untuk terbalaskan. Hani, Fera dan Gisa ikut menenangkan Cila dengan usapan lembut. 

"Makasih ya kalian udah mau dengar keluhanku" ujar Cila diiringi senyum cerah 

Keharu-biruan kami disadarkan oleh iqamah yang menggema ke seluruh mushola. Seraya seluruh jamaah bangkit berdiri dan mulai membaca niat shalat, Cila berdiri sambil sekali lagi memandangi foto almarhum Mamanya sewaktu masih hidup, lantas ia berkata 

"Selamat hari ibu, Mama.."  

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 13, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PhotographTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang