1. Realize

27 0 0
                                    

28 Agustus 2021

Sebenernya, tanggal 26 kemarin adalah hari yang spesial dalam hidup gue. Ya meskipun ga spesial-spesial amat. Tanggal 26 Agustus kemarin adalah hari dimana usia gue bertambah jadi 19 tahun.

Melewati hari demi hari di dunia yang makin gak jelas ini tentu bukan hal yang mudah. Semua kejadian mulai dari kejadian yang konyol, menyenangkan, melakukan kebodohan berkali-kali, sampe hal yang gak semua orang sukai; yaitu kesedihan, udah gue rasain.

Biasanya, di setiap tahun, orang tua gue selalu nyiapin pesta untuk merayakan ulang tahun gue. Bukan cuma acara kecil-kecilan, tapi mereka akan nyuruh gue buat undang teman-teman gue buat datang ke rumah dan makan-makan sekalian acara syukuran. Tanpa gue sadari, hal itu sebenernya gak diperlukan.

Ketika di suatu sore, gue baca sebuah quotes yang bikin gue sadar akan satu hal, bahwa, semua orang yang datang ke pesta ulang tahunmu, belum tentu akan datang di acara pemakamanmu. Artinya, mungkin mereka akan ada di saat kita senang dan bahagia, tapi belum tentu mereka mau nemenin kita di saat yang penuh kesedihan dan duka. Lalu, semakin bertambah umur, hal itu makin kerasa nyata di hidup gue.

Di tengah malam, sehari sebelum hari kelahiran gue datang, gue memutuskan untuk gak akan adain acara apapun. Dan gak akan posting apapun di sosial media soal ulang tahun gue. Karena dari situ gue bakalan tau siapa aja yang bener-bener inget dan peduli tentang gue. Tapi, kenyataannya gak sesuai dengan ekspektasi gue selama ini. Ternyata, gue gak cukup penting di dunia ini bahkan bagi temen-temen gue sendiri.

Yang lebih menyedihkan lagi, gue bener-bener ngerasa sendirian kemarin. Tapi gue suka. Tapi gue juga butuh seenggaknya satu sahabat gue buat nemenin gue ketawa di hari ulang tahun yang seharusnya bahagia.

But, it's okay, gue ga apa-apa merasa sendirian. Karena itu, gue jadi inget satu kalimat dari buku Layla Majnun, kalimatnya gini : "Percayalah kepadaku, janganlah merasa sendiri. Ingatlah Tuhanmu, Dialah teman bagi seseorang yang tak punya teman"
Ya mungkin satu-satunya yang gue punya cuma Tuhan. Juga orang tua.

Ngomongin orang tua, kadang gue ngerasa bahwa orang tua gue itu beda-bedain kasih sayang ke anaknya. Apalagi ke abang gue, keliatan jelas banget perbedaannya ketika orang tua gue memperlakukan abang gue. Lebih lembut daripada mereka memperlakukan gue. Siapa yang gak merasa minder kalau orang tua lo dengan jelas nyatain kasih sayangnya yang 'istimewa' ke saudara laki-laki lo di depan mata lo sendiri?

Gue udah sempet mau nangis disitu. Gue merasa seakan semua usaha gue buat berusaha banggain mereka itu sia-sia gitu aja. Serasa gak ada harganya. Tapi kejadian yang terjadi setelah itu, bikin gue paham kenapa orang tua gue kayak gitu. Mungkin kejadian kayak gini bakalan berlangsung tiap hari, tapi setelah gue tau alasannya, gue jadi lebih siap menghadapi keadaan-keadaan kaya gini. Karena gue juga bukan anak kecil lagi.

Usia sembilan belas tahun yang kadang dipanggil 'ibu' sama orang-orang-karena badan gue yang overweight. Nyebelin -_-'

PhotographTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang