three; propose

50 8 2
                                    



Nala tidak paham masalah orang dewasa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Nala tidak paham masalah orang dewasa. Ia seringkali menyuarakan pikirannya tanpa mengambil pusing apa yang akan terjadi di kemudian hari akibat ucapannya yang sembarangan. Terhitung empat hari setelah insiden sarapan bersama dan ungkapan randomnya. Andra dan bundanya tidak pernah saling bertemu kembali. Membuatnya merasa kebingungan sekaligus merasa bersalah. Ia tidak tahu menahu tentang bagaimana ia harus menyikapi keadaan ini.

Yang ia lakukan justru pergi ke apartemen sebelah kemudian menekan bel tanpa berpikir dua kali. Bunyi deringnya mengejutkan seseorang dari dalam, yang kemudian berlarian menuju pintu lantas membukanya sembari mengusap kedua mata.

Nala mematung di tempat. Sempat berpikir ia salah mengunjungi apartemen, namun kemudian ia teringat bahwa orang yang ingin ia temui memang tidak tinggal sendirian. Ia pun membungkukkan badan bermaksud menyapa, namun lelaki dihadapannya tidak menangkap maksud dari tindakannya.

"Om siapa?"

Sebuah pertanyaan keluar. Lelaki bersurai biru gelap tersebut menatap bingung kepada Nala. Ini kali pertama mereka bertemu, tentu saja lelaki itu merasa kebingungan.

"Saya Nala,"

Lelaki itu menepuk kening, "Ya, saya mengenalmu," ucapnya seraya menganggukkan kepala paham.

Nala kembali menaruh atensi kepada lelaki dihadapannya, "Om ini siapa? Om Andra ada di dalam tidak?"

Lelaki tadi alias Ale-meringis mendengar bagaimana Nala memanggil dirinya dengan sebutan 'om'. Oh astaga, apakah dia setua itu untuk dipanggil demikian?. Bukankah dia terlihat seperti seorang young and rich? Lantas mengapa ....

Ale mendengus, "Hei apakah wajahku terlihat setua itu? Aku bukan-"

"Ya itu benar, anda memang terlihat setua itu," tukas Nala tanpa ragu.

Ingin sekali rasanya Ale mengumpat kasar pada Nala. Namun dirinya segera tersadar bahwa gadis remaja dihadapannya adalah putri dari tetangga apartemennya. Maka dari itu ia memilih menerima nasib mendapat sebutan tua.

"Andra ada urusan diluar, sore baru pulang. Kamu mendingan balik dulu, om mau tidur lagi."

Dasar Ale, tidak terima disebut tua tetapi masih memanggil dirinya sendiri dengan sebutan om, tsk.

"Tunggu om!"

Ale yang hampir menutup pintu pun menahannya sejenakbkala ia merasakan lengannya dicengkeram sedikit kuat oleh Nala.

"Apa lagi?"

"Anterin Nala ketemu om Andra,"

"Nggak usah aneh aneh, kamu dirumah aja. Nanti kalau mama mu tau, om bisa kena omel."

Nala mengerucutkan bibirnya, bersiap untuk menangis. Ale yang melihat itu seketika berubah panik. Ia hampir menarik gadis remaja itu masuk ke apartemennya, jika saja netranya tidak menangkap seorang wanita lainnya-tengah berdiri di lorong. Tatapannya sungguh mencerminkan sebuah kekecewaan, yang membuat Ale dengan sigap melepas genggaman tangannya pada Nala lantas berlarian menyusul wanita tadi sebelum sosoknya menghilang dari lingkungan apartemen.

NEIGHBORWhere stories live. Discover now