"'""
Pintu ruangan terbuka dengan kasar, orang-orang yang berada di dalam sana terkejut bahkan salah satu dari mereka tersedak ludah sendiri saking kagetnya.
Mereka semua menatap sang pelaku yang kini berjalan dengan gaya sombong ke arah mereka, senyum miringnya tercetak jelas di wajah manis itu.
"Gue udah jadi anggota club," Ucapnya to the point.
Mereka yang mendengar tentu saja tidak percaya, semua pandangan kini terarah pada Gema yang sibuk sendiri menulis di buku catatannya.
"GEM!"
Gema mendongak, menatap semua anggotanya yang ingin komplen. Dirinya mengangkat bahu, acuh, lalu melanjutkan catatannya.
"Lo pasti bohong, kan?!" Reza menunjuk wajah Akra, "Gem pasti dia bohong iya, kan?"
"Bener kok, eyang yang minta sama gue buat masukin dia."
Akra tersenyum puas.
"Liat, kan? Gue sekarang udah jadi bagian dari kalian,"
"Gue gak terima anjir! Liat penampilan dia, dia itu anak mami, banting dikit pasti udah ngadu." Ejek Karlos.
"Jaga mulut lo, ya!"
"Kan emang bener, lo itu anak mami. Kemarin aja cuman luka dikit langsung lapor ke ortu. Tcih!"
"Kar, udah. Jangan cari masalah," Gema berdiri dari duduknya, menghadap Akra, "dan lo, tau diri. Di sini bukan tempat yang bagus buat lo, gue setujuin keputusan eyang karena mau jaga nama baik. Jangan sampe karena ulah lo, club gue di bubarin."
Akra menatap malas ke arahnya, "udah deh, basa basinya ntar dulu. Sekarang, mana jersey punya gue?" Akra menodongkan tangannya.
"Nanti gue kasih setelah lo bisa ngelewatin masa seminggu di sini," Gema berjalan melewati Akra, dengan sengaja menabrak bahu pemuda itu.
Anggota lainnya ikut pergi dan meninggalkan Akra sendiri. Pemuda itu terdiam sementara, lalu menghela nafasnya.
"Gini amat, kenapa pada jahat si?"
""""
"Kra, katanya udah gabung ke club futsal ya?" Tanya Nazi dan di angguki oleh Arka. "Bagus dong, bulan depan ada tandingan antar sekolah."
"Tau dari mana?" Tanya Ralu.
"Pengumuman osis, si pandu."
"Eh pandu itu kembarannya Gema bukan sih? Banyak banget rumor begituan," Alef yang sedari tadi fokus menulis ikut bergabung ketika mendengar nama Pandu.
"Kembar gak identik gitu?" Tanya Ralu.
"Iya, tapi segi wajahnya hampir mirip."
Akra yang melamun ikut menoleh, "mungkin aja,"
"Maaf kak, ini ada titipan dari orang." Seorang gadis menghampiri mereka berempat dengan membawa sebuah bucket bunga dan beberapa cokelat.
Ralu yang ingin membuka suara pun tak jadi, matanya menatap bucket itu dengan bingung. Nazi dan Alef pun tidak peduli karena hal ini sudah biasa, namun yang mengherankan itu banyak yang ngasih dia bucket beginian bukan dari seorang gadis, namun dari seorang laki-laki.
Akra sendiri menerima bucket itu dan mendapati surat kecil.
Selamat karena udah
jadi anggota club.Akra menaruh bucket itu dan sambung melamun. Sedangkan seseorang yang sedari tadi memperhatikannya hanya menekuk alis dengan bingung.
"Cokelat lagi cokelat lagi, nanti giginya ilang semua ini bahaya." Ujar Nazi sembari mencomot satu bungkus cokelat.
"Halahh, tetep aja lo yang pertama ngambilnya." Ralu menoyor pelan kepala Nazi tapi sang empu hanya terkekeh kecil.
"""
"Bunda, Akra pulang." Akra menghampiri sang bunda yang sedang menonton televisi di ruang tengah.
"Eehh putranya bunda udah pulang," Sang bunda memeluk Akra sebentar lalu membiarkan putranya pamit pergi ke kamarnya.
Di sisi lain, Gema sudah sampai di rumahnya. Kini dirinya memasuki rumah besar itu dengan sedikit nyeri di hatinya, dari depan saja sudah terlihat bahwa rumah itu telah hancur.
Kaca jendela yang sudah pecah akibat tembakan beberapa tahun yang lalu hingga harus merenggut adik kecilnya.
Ayahnya yang sudah berkeluarga di negara orang serta ibunya yang kini berada di rumah sakit jiwa akibat stress yang di alaminya. Hidup Gema tidak seindah apa yang orang pikirkan, dirinya begitu hancur.
Walaupun ayahnya sudah ada keluarga baru, ayahnya tak pernah lupa dengannya. Kewajiban seorang ayahnya pun tak pernah ia lupa, hampir setiap minggu Gema di kirimkan uang untuk biaya sekolah dan untuk kehidupan sehari-hari.
Kakinya perlahan memasuki bangunan yang sudah tak layak di sebut rumah. Menyusuri tempat yang sering di tempati oleh sang bunda, teringat dengan hangatnya keluarganya hingga akhirnya seseorang merenggut paksa semuanya.
Gema menduduki ranjang yang berada di kamarnya, dulu ia ingat, ibunya akan menyiapkan susu sebelum tidur lalu dengan ayahnya yang akan membacakan dongeng untuknya serta adik kecilnya yang sering memeluknya dan mengajaknya untuk bermain.
Sesak di dadanya sering muncul ketika mengingat kejadian yang sudah hampir 2 tahun yang lalu.
Tak mau berlama-lama dengan pikirannya ia keluar dari rumahnya dan meninggalkan tempat itu tanpa dirinya tau bahwa ada seseorang yang turut bersedih.
"""
tbc⚽ ; silahkan tambahkan komentar anda...
Tandai jika ada typo, makasih<3
![](https://img.wattpad.com/cover/334125084-288-k319785.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
my universe -geminifourth
Novela Juvenil-February 11, 2023 Tertulislah kisah remaja yang terperangkap dengan cinta dunia hingga lupa dengan norma dan agama. Kisah yang tercipta karena rasa hingga harus berujung luka, apakah kisah keduanya yang di dahului dengan rasa tak suka akan berakhir...