""""
Sejak hari di mana Akra pingsan di lapangan banyak para murid yang membicarakan tentangnya, apalagi kedatangan Heria, sang bunda di sekolah dan membuat keributan dengan eyang.
Kabar Akra dalam seminggu ini tidak ada yang tau bahkan Karfa yang membantunya ikut menghilang. Kabar keduanya benar-benar tidak ada dari pihak manapun, sang eyang pun ikut tutup mulut dan tidak ingin mempublish kasihkan tentang cucunya.
Mereka bingung dengan keluarga Akra, jika Akra tidak hadir ke sekolah Karfa pun ikut absen sampai Akra masuk dan menjalani kehidupannya di SMA.
Di sisi lain Gema sudah mencari tau tentang Akra yang menghilang selama seminggu lebih. Tidak ada kabar yang pasti, eyang pun jarang berada di sekolah.
"Lo kenapa sih, Gem?" Tanya Tian.
Dirinya menggeleng pelan, "gak kenapa-kenapa,"
"Terus kenapa lo bengong, terus club juga ikut lo diemin? Kalo ada masalah cerita ke kita aja Gem."
Semua anggota kini menatapnya, mereka juga bingung dengan Gema yang seminggu ini sering bengong bahkan emosinya gampang naik.
"Gak," Gema berdiri dari kursinya, "gue absen, Kar bilang ke guru gue sakit." Dirinya kini meninggalkan ruangan dan menuju ke UKS untuk rebahan di sana.
Gema menatap kosong ke arah plafon UKS, bagaimana bisa ia membiarkan Akra menjalani hukuman itu? Dia benar-benar bodoh, dia melakukannya hanya semata-mata agar teman-temannya tidak curiga padanya.
"""
Akra menatap gedung-gedung tinggi lewat jendela rumah sakit, ia di rawat langsung di rumah sakit ternama yang berada di negara singapore. Ya, setiap kali ia drop pasti akan di bawa ke negara kelahirannya.
Rumah sakit yang ia tempati adalah milik salah satu keluarganya yang tinggal di china, pengobatannya selalu gratis.
Di sisi lain itu, Akra memang sering merindukan tempat kelahirannya ketika ia sakit. Akra akan menangis ketika sakit lalu berteriak ingin bertemu dengan nenek atau keluarganya yang lain yang ada di negara kelahirannya.
Para dokter memasuki ruangannya bersamaan dengan Karfa, kakaknya tersenyum simpul ketika sang adik menatapnya.
"Maaf ya dek, kita mau keluarin alat-alat yang ada di tubuh kamu." Ujar salah satu perawat yang hendak memegang lengannya.
Akra mengangguk dan membiarkan para perawat itu melepaskan satu persatu alatnya. Dokter tersenyum, "Akra jangan khawatir ya, om pasti bakalan rawat kamu sampai sembuh. Besok, kamu bisa pulang, jangan lupa hubungin om kalo kamu ngerasa pusing atau lain-lain ya."
Lagi-lagi Akra hanya mengangguk, tenggorokannya terasa kering jadi sangat malas dirinya untuk membuka suara.
"Selesai, makan siangnya nanti di antar sama perawat lain." Ujar salah satu perawat.
"Kalo gitu om pergi dulu ya,"
Setelah perawat dan omnya pergi Karfa menghampirinya.
Menghela nafas sebentar, "kamu keluar dari club itu ya?"
Akra menatap Karfa lalu menggeleng, "enggak, aku udah seberusaha mungkin biar bisa masuk. Tapi kok sekarang malah banyak yang minta aku keluar?!" Dengan suara serak ia membantah.
"Tapi, ra. Kamu gak bisa gini terus, kamu harus mikirin kesehatan kamu."
"Bang, hargain perjuangan Akra bisa gak sih? Capek! Akra suka di rendahin terus. Akra bisa kok, Akra kuat." Akra membantah dengan tegas.
"Jangan egois, kra! Abang gak mau kehilangan kamu!" Karfa mengguncang tubuhnya dengan kuat. "Kamu mikirin perasaan bunda sama ayah gak sih, Kra? Liat mereka nangis karena kamu drop lagi abang gak kuat, abang gak bisa liat kamu di pasang alat-alat itu, abang juga gak bisa liat bunda sama ayah sedih karena kamu."
"Bang, Akra gak bermaksud. Akra cuman pengen jadi laki-laki kuat, Akra gak mau di rendahin terus sama anak-anak futsal itu."
"Akra, dengerin abang. Dengan cara kegitu gak bakalan bisa membuka pikiran mereka terhadap kamu, yang ada mereka akan terus ngerendahin kamu kalo liat kamu gak bisa apa-apa kalo gabung di club itu."
""""
Setelah seminggu lebih di rawat di rumah sakit, kini Akra kembali bersekolah seperti biasa. Bersikap seolah tidak ada yang terjadi.
Kakinya melangkah menuju ruang anak futsal, setelah membuka pintu dirinya melihat hanya ada Tian dan Gema di sana. Akra menghampiri keduanya.
"Gue udah mau tiga minggu ke gabung di club lo, sekarang gue mau jersey gue." Ujarnya.
"Lo belum ngelaksanain semua perjanjian, karena lo banyak alfa apalagi ada pertemuan penting lusa kemarin." Tian menatapnya dengan santai.
"Lo selama hampir masuk dua minggu ini, kemana? Gak ijin?" Gema bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Akra.
"G-gue, gue ada acara keluarga jadi gak bisa ikut gabung sama kalian kemarin."
"Sampe gak on sosmed?"
Akra mengangguk pelan, "ya."
"Ck! Besok gue kasih jersey lo syaratnya ke rumah gue buat bahas yang kemarin."
"Hm, oke."
Gema kembali duduk sedangkan Akra sudah keluar dari ruangan itu. Dirinya menghela nafas pelan.
Saat dirinya ingin berbelok arah, tak sengaja menabrak Karlos bersama Reza. Dua pemuda yang tingginya melebihi dari Akra itu hanya bisa menatap jengkel ke arahnya.
"Jalan tuh pake mata!" sentak Reza sembari mendorong bahu kanannya.
"Heh! Dimana-mana jalan tuh pake kaki, bego!" Akra membalas mendorong Reza tapi langsung di balas oleh Karlos dengan dorongan lebih keras hingga dirinya terjatuh dengan kepala yang menyentuh lantai.
Keduanya meninggalkan Akra di lorong yang sepi, kepalanya berdarah, rasa pusing menghampirinya. Ia berdoa agar tidak hilang kesadaran.
Tapi apa daya, dirinya sudah berusaha tetap sadar tapi akhirnya penglihatannya menggelap. Dirinya hilang kesadaran lagi.
tbc
⚽ : tinggalkan komentar anda >>>>
Makasih buta votenya ^^
Dikit dikit dulu yaaa biar gak cepat bosan. Makasih buat kalian yang tetap mau baca cerita yang menurutku gaje padahal ketikan sendiri wkwk.
![](https://img.wattpad.com/cover/334125084-288-k319785.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
my universe -geminifourth
Ficção Adolescente-February 11, 2023 Tertulislah kisah remaja yang terperangkap dengan cinta dunia hingga lupa dengan norma dan agama. Kisah yang tercipta karena rasa hingga harus berujung luka, apakah kisah keduanya yang di dahului dengan rasa tak suka akan berakhir...