1) The next Ragil?

6 1 0
                                    

Tenang bukan selalu tentang sepi, tapi menurut Kahfi, ia akan menemukan ketenangan dimana tempat itu sepi. Namun kadang kala ia benci dengan kesepian, yang membuat ruangan dilingkupi kesunyian tanpa adanya celoteh absurd dari lawan bicara

Bahagia juga tidak dengan tertawa, kan? Tak terhitung berapa banyak Kahfi tertawa di setiap harinya, namun bukan tawa lepas dari hati, hanya tawa sukar yang begitu saja keluar.

Seperti saat ini, bibir tipisnya melengkung lebar mencipta lubang kecil di pipinya, betapa tampannya lelaki itu saat tersenyum.

Ia mengucap salam pagi pada siapapun yang berpapasan, mungkin orang akan berpikir hidup Kahfi pasti selalu terisi dengan kebahagiaan terlihat dari caranya tersenyum yang tulus. Padahal saat ini hatinya terasa sesak menanti kabar dari Nandira

Sesampainya lelaki itu dimeja kerjanya, ia membuka ponsel berharap tertera nama sang pujaan hati disana atau paling tidak ceklis dibawah Buble pesannya berubah biru, namun ternyata tidak. Lelaki itu tersenyum tipis, ia tidak mau terkesan egois dengan meminta Nandira selalu mengabarinya saat gadis itu memiliki hal yang lebih penting.

Beberapa hari ini gadis itu tengah sibuk dengan berbagai macam tugas-tugas kuliahnya, dari terakhir kali ia berbicara dengan Nandira melalui telepon tiga hari lalu. Malam itu Nandira bercerita mengenai hari-harinya, meski tidak terlalu lama berbincang, gadis itu cukup aktif bercerita

Ia berkata harinya mulai monoton akhir-akhir ini, setiap hari selalu bertemu tumpukan buku tebal. Sedikit cerita, Nandira adalah mahasiswi jurusan hukum, ia selalu menghafal undang-undang dan lain sebagainya dan tentunya Kahfi sangat bodoh tentang itu.

Obrolan mereka diakhiri karena Ayah Nandira meminta anak gadisnya kembali menghafal, untuk nantinya dites kembali oleh ayahnya yang kebetulan Guru SMK tempat Kahfi dulu menimba ilmu

Di sanalah awal mula Kahfi bertemu Nandira, anak dari Wali Kelasnya sendiri, saat itu Nandira sering menyusul Ayahnya untuk pulang bersama dan Kahfi selaku ketua kelas sering keluar masuk ruang guru untuk mengantar buku-buku, mereka sering bertegur sapa meski hanya kata 'hai' yang dibalas Kahfi dengan pertanyaan ala kadarnya 'udah pulang sekolah, dek?'

Lucu kalau melihat masa SMA-nya dulu, ia menyapa Nandira dengan sebutan 'Adek' selain karena terhalang 'siapa namanya' juga Nandira yang masih memakai rok biru tua. Masih tidak habis pikir kalau lelaki dua puluh empat tahun itu memacari gadis yang terpaut usia 4 tahun.

•~•

Rumah sederhana bercat putih itu nampak ramai dengan tawa nyaring Yaksa, di depan rumah sepatu-sepatu semrawut kesana kemari kalau ada Kahfi pasti lelaki itu ngomel tanpa henti apalagi ruang tamu yang berserakan bungkus kuaci.

Ragil yang baru saja ingin beristirahat merasa sangat terganggu dengan tawa mereka, lelaki berhidung mancung itu pun menghampiri kawanan Yaksa yang amat meresahkan, ia bertolak pinggang "Woy! Diem ngga lo pada?!"

Suara Ragil mengalihkan atensi mereka, diam-diam salah satu dari mereka bersyukur dengan kedatangan Ragil karena ia terbebas dari buntelan bulu yang Harfa paksa untuk nemplok di bahunya

"Ngapa si bang, kalo mau ngikut sini, gausah pake ngotot" ujar Yaksa sembari mengunyah kuaci hasil nyolong, Rendra sudah dengan sabar mengupas kuaci tersebut pun tak tahan untuk menendang bokong Yaksa

"Kuaci gua kenapa lo ambil, babi!"

"Ya maap Ren, ngga sengaja"

"Kupasin gua kuaci dua bungkus, ngga ada penolakan"

"Yaelah gua cuma ngambil lima biji" ujar Yaksa bohong, belum usai mereka berdebat tentang kuaci, dua orang dibelakang juga tak kalah heboh. Harfa mengaduh meminta ampun Lionel agar membebaskan lehernya yang diapit lengan berotot pemuda itu

Memang teman Yaksa tidak ada yang benar, kecuali satu yang berbulu mata lentik itu masih bisa di toleransi. Anak itu dikatakan pendiam tidak, tapi dikatakan gaduh juga tidak. Kalau kata Ajun anak itu moodyan. Maklum, Ajun sering adu nasib dengan pemuda yang setahu Ragil bernama Naraka.

Ragil yang melihat anak-anak itu malah sibuk sendiri pun menyerah, dia mendekati anak bernama Naraka yang nyender disamping sofa dengan telinga tersumpal earphone. Ragil sedikit penasaran dengan anak itu, Ajun bilang ia bisa menjadi teman adu nasib yang baik, Ragil akan mencoba mengadu nasibnya dengan Naraka sekali-kali.

Naraka yang merasa kehadiran seseorang disampingnya pun menoleh, ia melepas earphone kirinya. Lelaki itu tersenyum sekilas dan dibalas Ragil demikian pula.

Ragil diam-diam memerhatikan layar ponsel Naraka, ternyata anak itu sedang membaca lirik dari lagu yang didengar. Merasa di perhatikan, Naraka kembali menoleh dan tersenyum sekilas dan juga dibalas begitu pula oleh Ragil. Mereka berulang kali saling bertukar senyum tanpa ada satupun yang membuka suara, sampai suara cempreng disana mengusik

"Senyum-senyuman aja berdua, maap nih ya bang, ati-ati takut ngikut yang di Jerman" timpal Harfa

"Mana namanya sama" balas Yaksa

"Ragil part dua dong, jiakkh" seketika tawa Harfa dan Yaksa memenuhi ruangan

Ragil yang kepalang kesal melempar dua curut itu dengan bantal sofa "gak usah ikutan lo pada. Lo juga item! Maen di rumah orang bukannya yang sopan malah grasakan"

Ragil kembali menoleh kearah ponsel Naraka, ternyata anak itu sedang mengirim pesan. Ragil yang kepo berusaha mengintip nama kontak itu, namun yang ia dapat sekilas foto profil perempuan ala candid. Rupanya tingkah Ragil disadari Naraka, anak itu menoleh lagi dengan senyum, namun kali ini Ragil rasa sedikit dipaksakan

"Khem" Ragil berdehem, berharap pemuda itu menoleh, namun tidak.

Khuk khuk

Ragil pura-pura terbatuk, akhirnya Naraka menoleh "Batuk, kak?"

"Hehe, ngga..."

"Eh, iya"

"Minum Komix kak" usulnya

"Tenggorokan gua sedikit alergi sama Komix, lo punya rekomen lain ngga?" Tanya Ragil mencoba membangun pembicaraan

"Kalo mau yang lebih mahalan, OBH aja kak"

"Udah dibilang alergi gua sama obat begituan, yang lain"

"Kalo gitu, kecap campur jeruk nipis aja kak"

"Aneh banget, yang lain"

"Mending Konsul aja kak" jawab Naraka sedikit kesal

~•~•~

Hows your day?

~•~•~


Presiden Terkuat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang