Sore ini suasa kota Jakarta tampak berwarna jingga oleh semburat cantik sang petang, namun sayang Kahfi tidak bisa berjalan santai menikmati cahaya jingga itu, dia malah di hadapkan dengan tumpukan kertas yang harus dia selesaikan malam ini.
Lelaki itu sedikit menghela napasnya lelah. Sedang di rumah, Yaksa nampak girang karena kakak tertuanya akan pulang terlambat hari ini. Pemuda itu mempersilahkan teman-temannya untuk bermain sepuasnya sampai Kahfi pulang
Hati Yaksa dan teman-teman bertambah berkali-kali lipat kala ibu pulang membawa kue pancong bertabur gula dan es jeruk kasturi kesukaan Yaksa. Anak-anak itu kepalang bahagia mendapat jamuan makanan ringan apalagi saat ibu berkata "kalo pada laper ambil aja makanan di dapur, ngga usah malu anggap aja rumah sendiri"
Di depan televisi ada Yaksa, Harfa, Lionel, Rendra, dan juga Arjuna yang ikut nimbrung bermain gaplek. Suara Rendra selalu terdengar kesal karena selalu saja kalah dari Harfa
Dan di belakang sofa abu, masih bersender Ragil dan Naraka. Obrolan mereka ternyata sudah lumayan jauh, membahas semua isi bumi sampai berdebat antara lebih dulu telur atau ayam.
Ternyata benar kata Arjuna, anak ini sangat asyik diajak berbincang mereka sampai tidak pernah kehabisan pembahasan yang sebenarnya unfaedah, obseo.
"Kalau telur lebih dulu, terus telurnya keluar dari pantatnya siapa?" Tanya Ragil masih tidak mau kalah
"Nah kan ayam ada karena telur, ya berarti telur dulu lah, bang"
"Iya gue tau, si melon juga tau ayam keluar dari telor. Tapi itu telor keluar dari mana kalo belum ada ayam?" Melon yang merasa namanya terpanggil pun mendekati Ragil, kucing beranak empat itu minta dielus sayang
"Namanya juga hidup, ngga ada yang tau. Siapa tau aja dinosaurus bertelur tapi telurnya punya kelainan, terus jadi ayam"
"Berarti selama ini kita makan keturunan dinosaurus?"
"Bisa jadi" jawab Naraka mengundang tawa keduanya, sampai lima orang dibalik sofa itu saling bertatap aneh
"Gua takut adek lo kenapa-kenapa bang" ujar Harfa menyenggol lengan Arjuna
"Emang udah rada-rada anaknya" jawab Arjuna melempar satu kartu kembali mengundang geraman Rendra
"Udahlah anj, gua mau balik aja" kesal lelaki mungil itu kesal, mengambil tas bahunya hendak pulang
"Yaelah Ren, Lo kalah juga karena kagak jago. Ya jangan nangislah"
"Sial lo bang, sampe Mas Win masak ayam Taliwang kagak gua bawain Lo"
Ancam Rendra yang ternyata sangat berefek, Arjuna bangkit mengelus pundak tegap anak itu sembari merayu "jangan dong Rendraku sayang, lo jago kok maennya cuma si Harfa aja noh yang curang. Yuk main lagi" rayu Arjuna tidak rela jatah ayam Taliwang buatan kakak Rendra hilang
~•~•~
Pagi sekali bujangan tampan yang sering disapa 'bujang lapuk' oleh Ragil, sedang berkutat dengan wajan. Mata indahnya terpejam namun sedikit mengintip keadaan telur ceplok-nya yang menciprat minyak
Kenapa saat masak orang akan menutup matanya?
Pagi ini Kahfi memasak telur ceplok dengan kecap, hasil penelurusan Arjuna Minggu lalu. Kebetulan juga banyak sayur-mayur yang habis di kulkas, untung stok telur masih cukup
Setelah selesai memasak Kahfi bersiap membangunkan Arjuna, lalu Arjuna akan membangunkan dua adik lainnya. Jangan sampai membangunkan Ragil atau Yaksa terlebih dahulu, karena anak itu malah akan ikut bergelung dalam selimut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Presiden Terkuat
Ficção AdolescenteSaat pilar penyangga yang menjadi tumpuan pergi, mereka tetap berusaha untuk menjadi pondasi kokoh meski kehilangan sang pilar. ~•~•~ Aku sedikit bingung untuk kasih desk disini. Kamu yang sudah berkenan mampir dengan sangat aku ucapkan terimakasih...