Hari sudah semakin petang, dan saat ini dirimu sedang berada di belakang gedung sekolah.Tepatnya berada di depan lapangan sepak bola.
Itu artinya kau bisa sepuas mungkin melihat keberadaan Isagi.
Tentunya Michael Kaiser tidak akan tertinggal. Sebabnya, saat ini kau harus bersembunyi diam-diam.
"Sialan, coba saja aku bisa menyingkirkan bajingan gila itu dengan mudah." Umpatmu menahan kesal.
Namun, nyatanya kau tak berani berhadapan dengan Kaiser.
Tingkat kegilaan lelaki itu sudah melebihi batas wajar dan normal. "Tsk! Sudah kuduga dia memang tak normal." Celotehmu sendiri di balik semak-semak.
Tentu saja saat ini kau tidak akan menonton dengan tangan kosong.
Beberapa makanan ringan sudah kau persiapkan dengan baik, "Hehehe, ada snack dan coklat."
Cengiranmu begitu lebar, karena coklat adalah kesukaanmu.
Kau tidak suka semua coklat, hanya coklat dengan kadar manis yang sedikit rendah dan cocok di lidah saja.
Pergerakanmu yang terlalu senang memakan coklat menimbulkan beberapa gemerisik. Hingga membuat Isagi menoleh.
"Eh? Isagi kenapa kau berhenti di situ saja?" Teriak Chigiri menyadarkan Isagi.
Sedangkan kau menarik napas sesaat, hampir saja dirimu ketauan.
"Bukan, aku tidak masalah jika Isagi, namun jika Kaiser. . ."
"AH PAYAH! Itu tadi peluang bagus untuk mencetak gol, Yoichi!" Sentak Kaiser menarik kerah baju Isagi.
Dirimu langsung terperanjat kaget, wajah Kaiser yang sedang marah benar-benar menyeramkan.
Dan secara cepat kau membereskan snack serta coklat, lalu meninggalkan tempat itu.
"Besar resiko kalau ketauan." Gumammu secara perlahan berjalan mundur.
Sudah dua hari semenjak kejadian di mana Kaiser menjejalkan roti padamu.
Daripada harus berhadapan, kau memilih untuk tidak berinteraksi.
☆ !
Tanpa kau sadari, saat ini kau sudah turun dari bus umum dan berjalan ke arah jalan rumah. Otakmu selalu bekerja dengan baik.
Hari benar-benar sudah akan petang, dan dirimu masih berada di jalan.
"Semoga saja paman tak ada di rumah." Itu doa yang kau ujarkan.
Baru saja ingin berbelok, menuju gang ke dua setelah jalan besar kau mendapati tubuh sedang milik Kaiser.
Matamu membulat dengan sempurna, dengan langkah cepat kau berbalik arah.
"Tuhan budha, atau dewa kuil, tidak masalah siapapun. Tolong jauhkan aku dari iblis itu," Itu dia pintamu yang kedua.
Kau terus merapalkan doa agar tak terjadi hal buruk padamu, apalagi saat ini sudah petang.
Namun. . .
"Wah wah siapa yang berani memasuki markas kita? Heeeh seorang gadis?"
Tamatlah riwayatmu, niat ingin menghindari kandang singa malah memasuki kandang buaya.
Tanpa banyak bicara kau langsung berlari sekuat tenaga.
"Saat ini aku tak perlu hero, aku bisa menyelamatkan diriku sendiri!" Pekikmu berlari sekencang mungkin.
Tak peduli ada Kaiser di depan dan segerombol berandalan di belakang.
Akan kau terjang semua, asal habis ini bakalan dipangku Isagi.
"AAAAAAAAAAA, SIAL SIAL SIAL. JANJIKAN AKU KEBAHAGIAAN SETELAH INI, TUHAN KAU MENDENGARKU 'KAN?!"
☆ ?
Kaiser baru saja selesai bicara dengan temannya, Alexis Ness.
Selepas kepergian Ness dia menatap ujung rumah barunya yang dilihat-lihat seperti kandang sapi.
"Sapi, ya? Sudah berapa hari aku tak bertemu dengannya?" Ucapnya bersedekap dada.
Hingga suara teriakan yang dia kenal melengking dari pucuk gang.
"AAAAAAAA MENYINGKIR!!!"
Kaiser hampir bergerak saat kecepatan milikmu melewatinya.
Tanpa berpikir lebih lama, Kaiser segera menyusulmu karena penasaran.
"Sebegitu takutnya dia denganku?" Kaiser bermonolog sendiri dengan senyuman bodohnya.
Kenyataan memang mengerikan, posisi mereka saat ini benar-benar membingungkan.
Dirimu yang memimpin, Kaiser berusaha mengejarmu, para berandalan yang sedang mengejar dirimu dan ( Kaiser ).
Seharusnya salah satu diantara mereka mempunyai otak cerdas. Tentu saja itu Kaiser.
"Tunggu, kenapa aku merasa sedang dikejar berandalan?"
Mata Kaiser menyiratkan aura membunuh.
"Kebetulan sekali aku sudah lama tak mengasah latihan tinjuku."
☆ ...
Itu semua jebakan.
Kau sudah memikirkan rencana, dan itu berjalan sesuai dengan keinginanmu.
"Aku terbebas, baik Kaiser dan berandalan tengik akan saling hajar menghajar." Cicitmu karena kehabisan napas.
Posisimu saat ini adalah berada di taman bermain yang sepi, keinginan untuk pulang juga tak ada.
"Hah. . . hah. . ." Kau berusaha mengatur napas.
"Haahaha sapi perah ini tak kenal takut," Suara berat nan menyeramkan.
Tak asing di telingamu, kau pun mendongak secara perlahan.
"Kurang ajar sekali, kau memanfaatkan diriku 'kan?!" Sentak Kaiser yang tiba-tiba berada di hadapanmu.
Inilah akhir season dan game over bagi dirimu.
KAMU SEDANG MEMBACA
⬞ OBSESI ; Michael Kaiser
Fanfiction⋆ ⋆ ›› ꪮbsesi ; кαιser ٪ ꪗou ٪ ιѕαgi ✦ ───────── ✦ siswa pindahan baru berujung menimbulkan kekacauan, dan ...