2.12

387 57 33
                                    

Selamat membaca!

.

.

.

.

.

Cahaya terang membentang di langit, sekelompok burung dengan indah mengepakkan sayap lebar-lebar sembari bercicit riang. Hari tampak sangat cerah membuat semua orang bersukacita, kecuali Gu Wei yang banyak menelan rasa masam pada dirinya. Dia menatap horor ke arah pintu ruangan.

Sesaat yang lalu setelah menangani pasien terakhir, Gu Wei memutuskan untuk mengisi ulang air yang tak tersisa di botolnya. Suara botol terjatuh menggema memenuhi ruangan ketika netranya menangkap bayangan lelaki yang seharusnya tidak ada di sana, bahkan belum terhitung dua hari mereka tidak bertemu, tetapi Chen Yu sudah berdiri di hadapannya sambil membawa kotak bekal Gu Wei yang kemarin dia curi.

Kotak bekal di tangan Chen Yu tampak sangat bersih disodorkan dengan lembut ke arah Gu Wei. "Aku ingin mengembalikan ini."

Gu Wei tidak segera mengambil kotak bekal tersebut. Dia mencuri kesempatan untuk melihat wajah Chen Yu yang sedang berusaha mengalihkan pandangan ke arah samping, terkesan malu-malu. Untuk sementara waktu, dia bertanya-tanya di dalam hati, Apa yang terjadi dengan bajingan kecil ini?

Setelah menerima kotak bekal dan meletakkan di atas meja, Gu Wei kembali mendengar gumaman tidak jelas milik Chen Yu yang mampu membuatnya bergetar ketakutan, "Masakanmu sangat enak, mampu menutupi rasa rindu kepada mamaku."

Mata Gu Wei membola sebab baru kali ini dia mendengarkan pujian yang dapat lolos dari bibir kasar Chen Yu yang penuh sumpah serapah. Selama ini ketika mereka bertemu, hanya ada perang mulut dan tidak pernah ada basa-basi lainnya. Sementara sekarang jauh berbeda seolah bumi sedang berputar ke arah yang salah. Meski demikian, Gu Wei merasakan sedikit rasa prihatin ketika mendapati raut wajah Chen Yu yang dipenuhi kesedihan.

Chen Yu menjadi lebih diam hari ini. Hanya duduk di kursi pasien dengan kepala tertunduk, tetapi mata mengarah ke atas meja seolah sedang mencari-cari sesuatu. Ketika tidak menemukan apa yang dicari, Chen Yu kembali bersuara dengan penuh maksud. "Makanan di kantin sangat hambar. Aku tidak tahu berapa lama perutku mampu bertahan dengan makanan seperti itu."

Kecerdasan Gu Wei mengalir dengan cepat di kepala. Dia ingin berpura-pura tidak mengerti maksud dari perkataan tersebut, atau bahkan ingin sekali berpura-pura tidak mendengarnya. Namun, lagi-lagi Chen Yu kembali bergumam dengan menyedihkan hingga Gu Wei tidak mampu lagi menahan diri untuk tetap diam.

"Kamu pasti mampu bertahan. Cukup nikmati dan bayangkan saja kamu sedang memakan masakan mamamu," ujar Gu Wei sembari menepuk halus pundak Chen Yu demi mengekspresikan simpati.

Chen Yu menjawab dengan cepat, "Aku hanya bisa melakukan itu ketika memakan masakanmu, Dokter."

"Jadi, maksudmu … ka---"

Belum sempat Gu Wei mengutarakan isi pikiran, Chen Yu dengan cepat memotong dan menimpali, "Tidak ada maksud apa-apa."

Ada banyak keraguan di wajah Gu Wei, dia meneror Chen Yu dengan tatapan yang menuntut akan kebenaran kalimat tersebut yang segera dibalas dengan anggukan penuh keyakinan. Meski demikian, keraguan di wajah Gu Wei tidak memudar sedikit pun. Dia merasa yakin akan pikirannya pada saat itu menjurus ke arah yang benar. Dia baru saja akan kembali menyuarakan isi pikiran ketika Chen Yu telah bersiap untuk pergi dari ruangannya tanpa kata. Namun, Gu Wei tidak ingin menyerah secepat itu, dia berteriak pada punggung yang telah menjauh, "Mulai besok kamu harus datang ke ruanganku untuk mengambil jatah makan siangmu!"

Chen Yu menghentikan langkah sejenak, berbalik badan dan diam ditempat alih-alih kembali menghampiri Gu Wei. Raut menyenangkan singgah dan mengalahkan kemasaman di wajahnya. Perlahan tetapi pasti, bibir tebal bergerak membentuk garis kurva yang melengkung tipis ke atas. Tiada hal lain yang membahagiakan bagi Chen Yu sejak dia menghabiskan waktu di akademi kepolisian. Baru kali ini dia merasakan kebahagiaan yang mencabik-cabik hati. Dorongan hati sempat memaksanya berlari kembali ke dalam ruangan dan memeluk Gu Wei sebagai bentuk rasa terima kasih. Namun, dia berusaha keras untuk menahan keinginan tersebut agar tidak membuat Gu Wei mati ketakutan akan perubahan sifatnya yang terlalu tiba-tiba. Dengan demikian, dia lebih memilih untuk menunduk sopan sebelum berlari dengan girang keluar dari gedung rumah sakit.

THE GLOOM S.2 (YIZHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang