Kaca VI.

20 5 0
                                    

        Berbulan-bulan Hiel merasa ia selalu didekati oleh Jolio, dari ia yang tak sengaja satu ekstrakurikuler fotografi dan coding bersama Jolio, tak diketahui secara sengaja bahwa rumah mereka sama-sama satu arah sehingga mereka menaiki bus yan...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Berbulan-bulan Hiel merasa ia selalu didekati oleh Jolio, dari ia yang tak sengaja satu ekstrakurikuler fotografi dan coding bersama Jolio, tak diketahui secara sengaja bahwa rumah mereka sama-sama satu arah sehingga mereka menaiki bus yang sama. Sudah begitu, mereka sama-sama wakil ketua kelas yang sering bertemu kala guru IPS memanggil untuk membahas sesuatu, walaupun sedikit di luar nalar.

Selain dari persamaan itu semua, Jolio selalu menanyakan kembali hal yang sudah jelas pada Hiel, dan ia mau tak mau, malas tak malas harus mau menjelaskannya kembali pada Jolio. Ia juga kerap mengajak makan di kantin bersama teman-temannya juga teman-teman Hiel.

"Anak-anak, siapkan buku catatan dan pulpen kalian. Kita akan ke aula untuk membahas tentang projek yang sudah saya jelaskan minggu kemarin," perintah walikelas kelas 7-B. Segera murid-murid di sana mempersiapkan apa yang sudah diperintahkan.

Sesampainya di gedung aula, merekapun duduk dan murid-murid 7-D duduk di sebelah kelas 7-B. Lagi-lagi dan lagi, ia selalu di samping Jolio, setiap kali mereka bertemu. Netra merekapun saling menatap satu sama lain, "Halo, kamu absen empat belas juga?"

Hiel mengangguk cepat, "Iya, kamu pikir aku absen berapa?" Jolio menjawab tanpa suara, "Empat belas juga, kok." Hiel tersenyum paksa, kesabarannya sungguh abis karena kepolosan Jolio.

"Cek, cek! Baik anak-anak, alihkan atensi kalian ke depan, yuk! Saya akan menjelaskan bagaimana projek tersebut akan berjalan."

Semuanya mengalihkan pandangan ke depan dan terdiam, memperhatikan apa yang dijelaskan juga mencatat apa yang sudah dijelaskan. Dua jam telah berlalu. "Anak-anak, untuk pembagian dua kelas dalam satu projek akan diumumkan nanti, ya. Silahkan berdiskusi dengan kelas kalian ingin menunjukkan seni pertunjukkan yang seperti apa. Bisa juga digunakan untuk beristirahat sejenak, terima kasih," ucap guru Bahasa Jawa.

"Gimana kalo kita kasih pertunjukkan teater sama wayang?" tanya dari salah satu anak di kelas Hiel. Ia yang sedang tidak ada ide pun menjadi memiliki banyak imajinasi, "Boleh! Kayaknya bagus! Kita ambil ini dulu nanti kita bahas lagi sama kelas yang bakal kolaborasi bareng kita, yap?"

Semua teman sekelas Hiel pun menganggukkan kepala dengan antusias yang berarti mereka setuju. Empat puluh menit berlalu, mereka pun segera kembali ke tempat masing-masing. Mendengarkan pembagian kelas yang akan diumumkan.

"Untuk kelompok kedua dari akhir yakni kelompok tiga adalah kelas 7-B dengan kelas 7-D!" Sorak-sorai terdengar kala kalimat itu diucapkan. "Ayo tenang, tenang!"

Pembahasan di gedung aula sudah usai, kini mereka berbondong-bondong untuk pulang, Hiel yang memang suka berjalan paling belakang pun tiba-tiba disenggol oleh Jolio. "Kita sekelompok!"

Baloney.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang