"Dasar cewek bodoh! Cewek jahat! Kenapa sih dia lebih milih cowok itu daripada gue yang jelas-jelas sayang banget sama dia? Apa sih hebatnya cowok itu sampe dia berani buat ninggalin gua? Aaaarrrgghhh Steffi bodoh!"
Laki-laki ---yang kira-kira berumur 16 tahun--- itu berjalan dengan sempoyongan sambil memaki gadis yang bernama 'Steffi'. Matanya yang kelihatan lelah itu mengeluarkan cairan bening. Ya, laki-laki itu menangis. Dia terus berjalan, sesekali menendang botol yang tergeletak di jalanan.
"Apa sih salahku Tuhan? Aku bahkan tidak pernah membuat dia menangis. Aku selalu berusaha untuk membuat dia bahagia. Aku selalu menuruti segala keinginannya. Apakah ini balasan dari semua kebaikan yang aku lakukan untuknya? Inikah balasan rasa sayang tulus ku kepadanya? Oh Tuhan... Sungguh aku tidak akan percaya lagi dengan gadis manapun". Ucapnya mengadu kepada Tuhan. Dia mungkin sangat kecewa kepada gadis yang dicintainya itu sampai-sampai dia mengucapkan "Aku tidak akan percaya lagi dengan gadis manapun".
Laki-laki yang mengenakan kaos putih dan jeans hitam itu terus berjalan menyusuri jalanan perumahan yang sepi.
"Hei kamu!" suara seorang gadis itu mengagetkannya. Dia segera menoleh ke arah sumber suara itu berasal.
"Ngapain kamu disini? Terus kamu kok jalan nya sempoyongan gitu?" gadis itu kini memperhatikan penampilan Iqbaal dari ujung rambut sampai kaki. Ya, laki-laki itu bernama Iqbaal, Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan.
Gadis itu mencium aroma alkohol dari mulut laki-laki didepannya.
"Lo mabuk ya?" Tanya gadis
berkacamata itu.
"Bukan urusan lo!" Ucap iqbaal cepat setelah menerima pertanyaan itu. Laki-laki itu kembali berjalan sempoyongan ke arah rumah besar yang di dominasi warna hitam - putih itu. Rumah besar itu adalah rumahnya. Sedangkan gadis itu masih memasang wajah bingung. "Kenapa sih dia? Kan gue tanya baik-baik" gumamnya sambil meninggalkan jalan itu. Dia berjalan ke sebuah rumah yang cukup besar dan di dominasi oleh warna hijau-coklat.******
Cahaya terang matahari yang menyusup melalui celah-celah jendela kamar gadis itu membuatnya terbangun. Gadis itu melirik ke arah jam yang menunjukan pukul 6 pagi. "Seorang (nama kamu) Azzura Mischa itu emang gak pernah bangun telat" ucap gadis itu diiringi dengan kekehan kecil. Ternyata nama gadis berkacamata itu adalah (nama kamu) Azzura Mischa. Nama yang bagus untuk gadis yang 'biasa saja' sepertinya. (Nama kamu) memang cantik, tetapi kecantikannya memang biasa saja, tidak ada yang istimewa. (Nama kamu) yang kini mengenakan kaos pink polos dan celana pendek se lutut itu berjalan menuju kamar mandi.
Setelah memakai seragam putih abu-abu nya, gadis itu menguncir rambutnya yang ikal dan kelihatan sehat itu menjadi ikatan tunggal. Kacamatanya tidak terlepas dari matanya yang indah. Setelah dia yakin penampilannya sudah sesuai dengan yang dia inginkan, gadis itupun tersenyum manis seraya meraih tas coklatnya dan berjalan keluar kamar.
(Nama kamu) menuruni tangga sambil bersenandung ria. Entahlah, dia keliahatan bahagia sekali hari ini.
"Pagi, Bunda." ucap gadis itu sambil mencium pipi ibunya.
"Pagi, sayang. Wah, anak Bunda udah cantik sekali ini. Udah siap ke sekolah barunya, sayang?"
Annisa, perempuan cantik yang usianya kira-kira 40 tahun itu membelai rambut (nama kamu) dengan lembut.
"Udah dong, Bun. Masa enggak siap, kan aku mau ketemu teman-teman baru disana" Segaris senyum terlukis di wajah cantiknya itu. Annisa pun hanya bisa tersenyum mendengar ucapan gadisnya itu.
(Nama kamu) mengambil roti isi yang berada didepannya. Setelah acara makannya selesai, gadis itu menghampiri ibunya dan langsung mencium tangan ibunya. "Assalamualaikum, Bunda". Ucap gadis itu seraya beranjak pergi.
"Waalaikumsalam." balas Annisa.Ayah (nama kamu) sudah berangkat lebih dahulu ke kantor. Karena Ayah (nama kamu) memang harus berangkat lebih pagi daripada (nama kamu).
Sedangkan (nama kamu) memang selalu pergi ke sekolah dengan menggunakan motor matic nya yang di dominasi warna pink-putih itu. Ketika hendak menaiki motornya, (nama kamu) melihat laki-laki itu. Ya, laki-laki yang semalam dia temui dalam keadaan mabuk. Laki-laki itu memakai seragam sama sepertinya. Logo sekolah yang tercantum di lengan atas sebelah kanan itupun sama dengan logo di seragamnya. 'Jadi sekolah kita sama ya?' ucap gadis itu dalam hati. Laki-laki itu berjalan seperti biasa, tidak sempoyongan seperti tadi malam."Hei, hei, kamu! Tunggu, tunggu!" (nama kamu) berlari menuju laki-laki itu. Langkah laki-laki itu terhenti setelah melihat seorang gadis disampingnya. "Siapa lo?" ucap laki-laki itu ketus.
Hai! Semoga kalian suka sama part ini yaaa. Silakan comment, aku butuh banget masukan dari kalian :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sorry...
Novela Juvenil"Aku tidak akan pernah percaya dengan gadis manapun." -Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan "Aku mencintainya, Tuhan. Sungguh, jauh didalam hatiku aku mencintainya. Aku mencintai dia yang tidak pernah mengahargaiku..." - (Nama kamu) Azzura Mischa