BAB 6

6 1 0
                                    

Di pagi hari yang cerah ini, nampak Morica baru saja terbangun dari tidurnya dengan penampilan yang berantakan, ia beranjak dari tempat tidurnya lalu pergi ke dapur untuk memasak makanan.

Ia memasak sambil melamun memikirkan pernikahannya yang akan datang beberapa hari lagi. Tanpa sadar, ia lupa bahwa ia menyalakan api kompor yang begitu besar.

"Hah kenapa sih nasib gw jadi gini, padahal gw masih pengen bebas..." Batin Morica sambil mengoseng ngoseng makanan yang ia masak.

"Eh bau apa ini? Kayak bau gosong?" Ia pun mengecek makanannya lalu mendapati makannya yang sudah gosong serta asap yang muncul dari makanannya yang gosong itu.

"YAAMPUN!!!" Dengan cepat morica langsung mematikan api kompor, terlihat asap yang begitu tebal telah memenuhi mansion tersebut sehingga memasuki kamar morica.

"Ughh...bau apa ini?" Terlihat verren yang baru saja bangun dari tidurnya dan langsung pergi keluar. Ia mendapati asap yang tebal memenuhi mansionnya.

Verren yang mengetahui hal itu langsung bergegas ke dapur mengecek apa yang terjadi.

Perlahan asap yang memenuhi mansion itu menghilang, dan ia mendapati morica yang sedang terduduk sambil memegangi mulutnya, entah kenapa.

"MORICA?! KENAPA?!" ucap verren khawatir.

"Uhuk uhuk!!uhuk!uhuk!" Terlihat moricá yang sedang batuk batuk sambil menutupi hidung dan mulutnya.

Lalu verren langsung menghampiri Morica dan duduk di sebelah morica. Terlihat verren sedang menepuk pundak Morica perlahan.

Verren lalu perlahan menarik tangan morica yang menutupi hidung dan mulutnya. Betapa terkejutnya ia saat melihat darah yang keluar dari mulut Morica, dan terlihat darah yang keluar dari hidungnya memenuhi tangan Morica.

Setelah itu Morica menatap verren sebentar dan pingsan di pangkuan verren.

"Rica! Rica!!!" Teriak verren panik, lalu ia menggendong Morica ke kamarnya ala bridal style.

Lalu perlahan verren menaruh tubuh mungil morica di kasurnya dan meletakkan selimut di atas tubuh morica.

15 menit kemudian, perlahan lahan morica membuka matanya, penglihatannya masih buram, ia hanya menatap dinding dinding langit kamarnya.

Ia melihat verren yang tengah memainkan ponselnya di sofa kamarnya.

"Ver-ren, uhuk uhuk" ucap morica terbata bata sambil batuk, perlahan ia bangun dan duduk di kasurnya.

"Eh eh udah bangun Lo, jangan bangun dulu, tiduran aja Lo masih harus istirahat" ucap verren lalu membaringkan tubuh morica perlahan.

"LO PIKIR GW LEMAH!" teriak morica yang membuat Verren langsung menutup telinganya menggunakan kedua tangannya.

"Emang lemah, orang baru ngehirup asap tebal aja langsung pingsan" ucap verren sambil tersenyum miring.

Walaupun morica masih terbaring lemah di kasurnya, ia sempat sempatnya menampar pipi verren, tapi ia menamparnya pelan karna kekurangan tenaga.

Verren yang menyadari hal itu langsung geram, tapi ia tidak melawan Morica, melainkan langsung menarik paksa kepala Morica dan...

Cup!

Verren langsung mengecup bibir Morica dan melumatnya.

Morica yang masih terduduk di kasurnya berusaha memberontak, tapi karna kondisinya yang masih lemah ia hanya bisa mengalungkan leher verren dengan tangannya.

Posisi verren kali ini sedang memangku Morica sambil mengecupnya. Posisi Morica berada di pangkuan verren sambil mengalungkan tangannya di leher verren.

RICADYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang