Chapter II ( Friend of Mine )

11 1 1
                                    

~ Selasa, 6 Maret 3004

Nikolas berjalan di tengah padang gersang kota Nikel sambil bersiul keras memanggil-manggil anjingnya. Dengan cepat, Ash menghampiri Nikolas yang rupanya melihat sebuah bangunan toko kelontong tua.

"Jackpot!!" pikir Nikolas

Persediaan makanan yang mereka bawa sudah mulai menipis, dan sekarang mereka menemukan toserba yang keliahatannya sudah tak berpenghuni lagi. Mereka hanya berharap bahwa toko itu belum terlalu sering dijarah warga kota, sehingga mereka dapat mengambil—banyak—barang-barang yang tersisa dalam toko dengan leluasa.

Hari ini adalah hari kedua dalam perjalanan Nikolas menuju kota Ura dan ia sudah mulai kehabisan bekal makanan yang dibawanya dari rumah. Udara panas dan cerahnya sang mentari bagaikan api neraka yang membakar seisi kota. Hal itu membuat setiap warga yang tinggal disana merasa semakin cepat lapar akibat energi mereka yang lebih cepat terkuras dari biasanya. Kota Nikel benar-benar sudah mirip seperti oven raksasa yang siap memanggang warganya setiap saat.

Nikolas masuk kedalam toko kelontong dengan sangat berhati-hati, bersiap untuk segala hal yang mungkin terjadi. Perlahan ia membuka pintu kaca yang sudah pecah sebagian sambil mengawasi area di sekitar toko tersebut.

"Kurasa tempat ini aman," batin Nikolas dengan penuh berharap.

Nikolas bersama Ash masuk kedalam toko setelah berhasil membuka pintu toko yang sudah pecah lalu melangkahkan kaki secara perlahan untuk menghindari kepingan kaca di bawahnya. Tampaknya toko ini sudah benar-benar kosong dan tak berpenghuni lagi.

"Brskk...brakk!!"

Terdengar suara barang terjatuh dari dalam toko yang disambut dengan gonggongan dari Ash yang membuat seorang pemuda—berbaju camo berwarna coklat cream dan celana jeans lawas yang ditekuk ujungnya serta memakai ikat pinggang besar ala tentara—menampakan dirinya dari balik meja kasir yang terletak tak jauh dari pintu masuk toko sambil menodongkan senapan laras panjang ke wajah Nikolas. Hal itu membuat Nikolas terkejut bukan main. Ia tadinya hanya berniat untuk masuk toko secara diam-diam dan mengambil beberapa barang berguna sebelum keluar untuk melanjutkan perjalanannya. Namun semua usahanya dalam mengendap-endap menjadi sia-sia setelah mengetahui bahwa ternyata ada orang lain yang mengawasinya sedari tadi.

"Arrf...arff...grrr," gonggong Ash yang berusaha menghalangi majikannya dari todongan senapan.

Nikolas reflek mengangkat tangannya namun Ash terus saja menggonggong kearah pemuda itu yang membuat keadaan semakin keruh. Kini mereka—Nikolas dan Ash—benar benar dalam bahaya.

Bagaikan dalam sebuah drama, segumpalan awan hitam mendadak muncul dari balik cakrawala dan rintikan air hujan mulai turun membasahi kota. Panasnya hawa Nikel kini berubah 180° setelah kuatnya hembusan angin menggoyahkan beberapa buah pohon yang ada di sekitar toko dan membuat udaranya menjadi sedingin es di kutub. Nikolas hanya bisa pasrah dengan apa yang terjadi padanya kini.

Pemuda itu melihat ke arah luar toko lalu menurunkan senjatanya. Tanpa diduga ia malah meneriaki Nikolas dengan kasar dan menyuruhnya untuk segera bersembunyi di dalam toko tempat mereka berada kini. Ia berlari menuju lantai dua toko dan meninggalkan Nikolas sendirian bersama Ash yang masih saja terdiam ketakutan. Nikolas tidak mengerti dengan apa yang baru saja terjadi dan segera memutuskan untuk tidak membuang kesempatan ini. Ia berlari mengikuti pemuda itu dan menyuruh Ash mengikutinya dari belakang sambil memintanya untuk tenang. Mereka bertiga berpencar untuk secepatnya mencari tempat perlindungan yang memadai dan Nikolas memutuskan untuk bersembunyi dibalik meja di dekat jendela toko itu.

——

Sementara itu, Ash yang sedang bersembunyi di dekat jendela bersama Nikolas, melihat seorang pria—berpawakan tinggi kekar dan mengenakan pakaian serba hitam—sedang berlari masuk kedalam toko dengan sangat tergesa-gesa dan segera mencari tempat berlindung yang aman dari badai. Ia berjalan mondar-mandir dengan gelisah di lantai bawah selama beberapa menit sebelum akhirnya bersembunyi di balik meja kasir tempat sang pemuda tadi menodong Nikolas. Tak ada yang sadar tentang kehadiran orang tersebut sebelum sebuah kilatan cahaya putih melintas tepat di luar jendela.

Nikolas EthanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang