~ Sabtu, 3 Maret 3004
Rintikan air hujan mengguyur kota Nikel dengan derasnya dan Nikolas terlihat sedang duduk di loteng rumahnya, menghadap keluar melalui jendela bundar dengan palang berbentuk silang di tengah bulatannya. Ia terus memandangi setiap tetes air yang jatuh sambil menangis tersedu-sedu. Hari ini kedua orang tuanya meninggal karena wabah penyakit serius dan Nikolas baru saja selesai menguburkan mereka di halaman belakang. Tangannya memegang tongkat baseball pemberian ayahnya dengan sangat erat, berharap semua akan baik-baik saja dan akan segera berakhir. Nikolas melamun cukup lama sampai akhirnya ia tertidur pulas.
Nikolas tinggal di sebuah kota bernama Nikel yang kini tengah dilanda wabah penyakit serius. Orang yang terkena wabah akan merasakan mual dan panas di sekujur tubuhnya hingga perlahan kulitnya mulai mengeriput dan korban kehilangan nyawanya. Banyak ilmuan telah mencari obat untuk wabah ini, namun hingga sekarang masih belum bisa ditemukan. Mereka menyebut bahwa penyebab wabah ini adalah suhu panas yang dibarengi dengan krisis bahan pangan yang memaksa warga kota Nikel untuk memakan binatang dan tumbuhan yang hidup di sekitarnya. Beberapa dari mereka bahkan sampai memakan binatang-binatang yang mulai bermutasi akibat paparan radiasi dari pembangkit listrik tenaga nuklir yang ada di sekitar kota.
Nikel adalah kota besar yang kini dibiarkan terbengkalai akibat banyaknya warga yang terpapar oleh wabah. Puluhan gedung nampak sudah hancur dan sangat tak terawat. Kota ini terletak di tengah padang gersang yang luas sehingga mengakibatkan suhu di sekitar kota menjadi sangat panas dan hampir tak berpenghuni sama sekali. Warga kota ini kebanyakan adalah orang-orang kriminal yang melarikan diri dari tempat—atau kota—besar lainnya. Mereka memilih Nikel karena disana terdapat tambang Nikel yang cukup besar—sesuai dengan namanya—yang dibuat dan dikelola oleh warga sekitar kota. Hal ini membuat ekonomi di kota Nikel cukup menguntungkan bagi para pelaku kriminal, karena mereka bisa melakukan permainan ekonomi di wilayah tambang.
Langit sore mulai memperlihatkan warna oranye indah yang membuat Nikolas terbangun dari tidurnya. Ia terbangun tepat disaat seseorang misterius tiba-tiba mengetuk pintu rumahnya. Ia pun mengintip dari jendela loteng rumahnya dan melihat seorang pria berpawakan besar yang menggunakan pakaian serba hitam, sedang mengetuk pintu rumahnya dengan membawa sebuah lempengan besi tumpul di tangannya. Nikolas sontak berlari menuju dapur dalam keadaan yang belum sepenuhnya sadar dan segera mengambil roti yang ada diatas panggangan ibunya—entah apa yang ada di pikirkannya—sebelum berlari kearah basement sambil memakannya. Nikolas segera mengunci seluruh akses menuju basement dan mematikan seluruh pencahayaan di dalam basement sebelum kemudian bersembunyi di balik lemari tua yang ada disana. Hal ini sudah sering terjadi sejak wabah mulai menyebar dan warga kota semakin nekat untuk menjarah rumah dan bangunan yang ditinggal mati oleh pemiliknya. Namun, ia tak pernah menyangka bahwa kini rumahnya akan menjadi sasaran para kriminal diluar sana yang masih bisa bertahan dari wabah.
Pria itu mendobrak pintu masuk dan mulai berjalan mengelilingi rumah dengan perlahan. Suasana menjadi sangat mencekam saat derapan langkahnya yang bersamaan dengan gesekan besi pada lantai kayu kian mendekat ke arah persembunyian Nikolas.
Suara langkah pria itu terhenti tepat di depan pintu basemen. “Brakk.., brakk.. brakk…” dan terdengarlah suara pintu basement yang sedang didobrak oleh si pria misterius. Nikolas menjadi sangat panik dan tanpa sengaja menyenggol sebuah kotak hingga terjatuh ke lantai dengan sangat keras. Namun, suara kotak yang terjatuh justru berhasil membuat pria misterius itu berhenti mendobrak pintu basement, hanya membiarkan Nikolas dengan rasa takutnya.
Nikolas menjadi sangat panik dan terus memikirkan kalimat terakhir yang diucapkan ibunya sebelum kedua orang tuanya meninggal, “Kau tau Nikolas?? Semua akan baik-baik saja. Jadi biarkan kami pergi dengan tenang”
Ia berpikir bahwa hari ini adalah hari terakhirnya bernafas, Ia berpikir bahwa banyak kriminal diluar sana yang tidak segan untuk membunuh korbannya dengan sadis jika bangunan yang mereka jarah masih berpenghuni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikolas Ethan
AventuraMasa depan cerah hanyalah bullshit dari beberapa mulut orang-orang kuno yang tak sadar akan kerusakan yang telah mereka perbuat. Para cecunguk tua itu hanya mengharapkan belas kasihan dari alam dan masa depan yang menjanjikan. Namun, manusia tetapla...