Devil : Kedua

208 12 1
                                    

"LO kemarin ada bikin ulah apa lagi?"

"Bukan urusan lo!"

Seseorang yang baru saja mendapatkan jawaban pedas dari temannya itu sontak memutar bola matanya dengan malas, teramat paham akan sifat temannya tersebut yang malas untuk menjawab pertanyaan orang lain yang menurutnya tidak penting.

"Coba gue tebak." Dia tampak menerawang ke depan, sesekali menyeruput Thai tea di hadapannya. "Lo kemarin pasti nyiksa tuh cewek murahan karena udah berani ngelawan perintah lo buat nggak deketin Zayyan?"

Reina melirik sekilas.

"Bener nggak gue?" Tanyanya di balas dengusan oleh Reina.

Gadis itu bertepuk tangan, sesekali tertawa kecil sebagai bentuk ejekannya kepada temannya itu.

"Udah gue duga, pasti lo nggak bakal diem aja selepas lihat komenan tuh Zenya di postingan Zayyan." Ujarnya seakan paham dengan tabiat temannya itu. Karena kebenciannya dengan gadis yang bernama Zenya itu, membuat Reina seringkali memberikan peringatan terhadap gadis tersebut untuk tidak mendekati Zayyan.

Tapi karena Zenya yang keras kepala; tak pernah mengindahkan peringatan Reina sedikitpun, membuat Reina sering kali melakukan kekerasan terhadap gadis tersebut.

Contohnya seperti kemarin.

Reina berdecak malas, kemudian menatap sepenuhnya ke arah temannya itu-- Franda.

"Lo walaupun nggak masuk kuliah, ternyata masih bisa tahu juga ya soal permasalahan gue kemarin?" Tanyanya sinis.

Franda tersenyum bangga. "Ya iyalah, gue kan bestod lo, jadi apa sih yang nggak pernah gue ketahui tentang lo? Terlebih lagi soal Zayyan, orang yang lo sukai."

Reina menggerling malas.

Franda menggedikan bahunya, kemudian kembali menikmati makanan yang telah mereka pesan di kantin kampus. Kantin pada hari ini terlihat ramai, hingga tak menyisakan tempat duduk satupun. Beruntung mereka masih mendapatkan tempat duduk meskipun hasil dari ancaman Reina kepada beberapa mahasiswa di sana.

"Oh ya, rei?"

"Apa?"

"Tuh cewek gimana kabarnya?" Tanyanya. "Lo bikin sekarat nggak sih kemarin? Sumpah, gue penasaran banget."

"Hampir mati."

Franda mendesah kecewa. "Kok hampir sih?"

Reina menggerakkan dagunya ke salah satu orang yang baru saja memasuki kantin, diiringi dengan kepalan tangan yang mengerat ketika melihat pemuda tersebut yang tidak datang sendirian.

"Dianya keburu dateng buat nyelametin si jalang itu, jadinya ya gue gagal buat dia mati."

Franda mengikuti arahan Reina, memperhatikan sosok Zayyan yang ternyata baru masuk ke dalam kantin dengan seseorang yang sangat di benci oleh temannya. Siapa lagi kalau bukan si Zenya.

"Jadi Zayyan tahu kalo lo lagi nyiksa tuh cewek kemarin?"

"Hmm..." Balasnya, kemudian menarik napas. "Entah siapa yang ngasih tau dia, padahal kemarin udah gue ancem buat nggak ngelaporin siapapun. Eh taunya mereka berani melawan perintah gue!"

"Paling si temen jeleknya itu, siapa sih namanya? Gue lupa."

"Gue males nyebutin nama orang yang levelnya berada jauh di bawa gue!"

"Slebewwww!" Balas Franda heboh, kemudian menepuk dadanya. "Untung gue derajatnya sama kayak lo, jadi lo nggak bakalan males nyebut nama gue."

"Mending lo diem, nggak usah ngebacot! Males gue dengernya!"

DEVILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang