10 Agustus, 2022.
"Lagi?". Aurora menghela nafas, lagi, lagi dan lagi, laci mejanya kembali terisi susu kotak rasa coklat sekaligus 3 buah origami bintang. Angkasa pelakunya. Sudah dua minggu berturut-turut, Angkasa selalu memberinya. Ia tak mengerti mengapa lelaki tersebut melakukan nya, juga tentang bagaimana Angkasa bisa mengetahui kesukaan nya.
"Cielah Ra, hari ini dapet lagi?". Zea menyahutinya, ia baru saja datang, pun diikuti dengan sosok lelaki yang mengekori Zea dibelakangnya. Bimantara, namanya. Ia adalah pacar Zea.
Pun Aurora melirik Bima, kemudian kembali menatap Zea. "Haha, iya Ze. Biasalah, kurang kerjaan kaya nya tuh orang." Aurora mengambil susu tersebut, membuka dan meminumnya. Sudah menjadi kebiasaannya sejak kecil, ia selalu minum susu dipagi hari. Pun memasukkan origami bintang tersebut, kedalam tasnya.
Aurora berpikir sepertinya ia harus kembali membeli toples baru, sebab origami bintang yang hampir setiap hari Angkasa berikan padanya, ia tempati didalam sebuah toples sudah hampir penuh. Aurora hanya menyimpannya, tak berniat membongkar bintang kertas kecil tersebut.
..
"Buru naik." Sebuah motor berhenti didepannya. Angkasa Pratama, dia lah pemilik motor tersebut sekaligus orang yang tiba-tiba memerintah dengan seenaknya.
"Ga. Minggir lo."
"Aur, ayo dong. Sekali aja." Angkasa tetap pada posisinya, tak ingin bergerak sama sekali sebelum si gadis mengiyakan ajakannya.
"Bisa gasi lo tuh gausa gangguin gue?".
"Yah maaf, ayo dong sekali aja. Abis itu gabakal gue ganggu lagi deh, dua rius deh Ra." Paksa Angkasa, Ia mengacungkan tanda peach ke si Gadis sembari bercengir. Sedangkan ia, hanya memutar bola matanya dengan malas.
Aurora menuruti nya, menaiki jok belakang Sang lelaki. Demi agar tak diganggu Angkasa, dan berharap ini kedua dan terakhir kalinya setelah kejadian kemarin. Aurora tak tahu jika Angkasa tersenyum senang karena dirinya, pun kemudian menjalankan motornya dengan kecepatan tinggi.
Aurora yang terkejut, seketika menggenggam erat seragam bagian pinggang lelaki didepannya.
"Angkasa sialan, bisa gasi lo bawanya pelan pelan!". Teriak Aurora ditelinga nya, sedangkan Angkasa berniat tak menjawab, hanya mengeluarkan cengiran meskipun Aurora tak dapat melihatnya.
Hari itu benar benar sore yang cerah, cahaya senja bersinar terang. Orang orang berlalu lalang, mengejar waktu lantaran sudah waktunya untuk semua orang memasuki rumah dan menyiapkan makan malam. Mentari sore lantas menyinari Braga hari itu, sekaligus membuat kedua insan yang sedang berbagi cerita harian, diatas benda ber-roda dua tersebut, pun sembari menikmati indahnya mentari sore itu.