1.#

1.1K 93 13
                                    

Malam hari yang cukup dingin, membuat Jisung berjalan dengan cepat agar sampai dirumah, ia berjalan dengan memeluk tubuhnya dikarenakan dingin yang menusuk masuk kedalam kulit.

"Huftt, dingin banget sih" ucap jisung masih berjalan, ia menghembuskan nafasnya lewat mulut.

Terus berjalan, hingga sampai sebuah rumah kosong yang selalu ia lewati saat pulang dari kerja. Malam ini, ia pulang agak malam karena banyaknya pengunjung ke caffe. Membuatnya harus pulang pukul jam 11.

"Tolong maafkan saya, lepaskan saya. To-AAARRGHH"

Reflek, jisung menghentikan langkahnya saat mendengar suara orang memohon dan berteriak cukup keras. Ia menoleh kekiri dan kanan untuk mencari arah suara tersebut.

"AAARRGGGHHH,"

Suara itu lagi, ia melihat kearah rumah kosong tersebut, ia yakin suara itu berasal dari rumah kosong. Ia berjalan mengendap endap kearah jendela rumah itu, mengintip dibalik jendela.

"Saya mohon lepaskan saya. Maafkan saya"

"HAHAHAHA, "

Jisung menutup mulutnya rapat rapat karena terkejut saat melihat didalam ruangan itu, ada seorang perempuan yang tangannya sudah diikat, darah yang mengalir diseluruh tubuhnya. Dan, seorang cowok memakai hoddie hitam sedang menghadap ke prempuan itu sambil memegang pisau yang sudah penuh dengan darah segar.

"Maaf? Buat orang seperti mu? " ucap cowok itu lalu menancapkan pisau ditangannya kepaha prempuan itu. Membuat prempuan itu beteriak histeris.

"Sakit, tolooong hh" suara prempuan itu mulai melemah.

Itu yang ku mau, kau kesakitan. Aku suka itu, "cowok itu mengambil pisau dipaha si korban. Lalu, mengambil pistol yang ada di saku celananya. Sedikit mundur kebelakang, dan...

DOR.... DOR... DOR....

3 tembakan tepat dikepala prempuan itu membuatnya langsung mati dengan sekejap sepatah kata, sedangkan cowok itu malah tertawa puas. benar-benar pasikopat.

"AAAAA" Jisung menyaksikan itu tanpa sensor reflek berteriak kencang, sedetik kemudian kembali menutup mulutnya, air matanya mulai luruh.

"Siapa disana? "

Sial, jisung buru-buru beranjak dari sana, belari sekencang mungkin, menerobos dinginya malam hari dengan kabut tebal nan gelap. Sekarang, rasa dingin ditubuhnya berubah jadi rasa merinding setelah menyaksikan pembunuhan didepan matanya tadi.

"Berhenti, jangan lari!! " teriak cowok itu.

Mendengar teriakan itu, Jisung menoleh kebelakang dengan takut sambil berlari. Dan ya, cowok itu mengejarnya dengan pistol membuat jisung panik sekaligus takut bukan main. Di area ini memang tak ada rumah, hanya dipenuhi pohon-pohon besar, hampir sama seperti hutan. Hanya ada rumah kosong diarea tersebut.

"Ya allah, tolongin jie" ucapnya, terus saja berlari dengan kencang sekencengnya. Sedangkan cowok itu masih setia mengejarnya.

"Berhenti atau ku tembak kau!! "

JLEB

Ucapan cowok itu membuat darah jisung berdesir hebat, jantungnya berdetak kencang, ia mulai menangis.

"Satu"

"Dua"

"Kalo kamu gak berhenti di hitungan ketiga, aku akan menembak mulai"

"Tig... "

Baru saja cowok itu menekan pelatuk pistolnya, jisung sudah berhenti. Membuat cowok itu tersenyum miring, masukan kembali pistol itu ke dalam saku celana. Berjalan ke arah jisung yang masih tidak berani berbalik badan.

psikopat loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang