Jam pulang sekolah sudah tiba. Semua murid keluar dari kelas dengan menenteng ransel mereka masing-masing. Kebanyakan yang terlihat sangat antusias karna ini adalah waktu yang ditunggu-tunggu.
"Lan, mau jalan-jalan dulu gak?"tanya Senja setelah mereka telah sampai pada motor masing-masing
"Em, Boleh deh Ja. Gw juga butuh healing"jawab Bulan menganggukkan kepalanya setuju dengan ajakan Senja
Mereka berdua mulai menaiki motor masing-masing lalu mengendarai nya keluar dari pekarangan sekolah. Menancap gas motor dengan kecepatan diatas rata-rata, melepas beban yang mereka pikul dipundak sejenak.
||~▪︎~||
Pantai
Mereka berdua sedang berada dipantai. Menaruh sepeda motor mereka beserta dengan ransel mereka yang berada dipundak masing-masing.
"Seger banget udaranya"ujar Bulan yang merentangkan tangannya seraya memejamkan mata merasakan ketenangan dari deruan ombak dipantai
Senja mengangguk, "Iya, seger banget. Healing emang the best"
Bulan membuka matanya, dia menatap kearah Senja yang terlihat menatap lautan dengan pandangan menerawang. Entah apa yang dia terawang, dan apa yang dia pikirkan, Bulan tidak tau.
"Kalo bisa, gw gamau pulang Ja"ujar Bulan secara tiba-tiba yang membuat Senja sontak menoleh kearah Bulan
"Iya, gw gamau pulang. Rumah gw hancur Ja. Gw gapunya rumah"lanjut Bulan dengan tersenyum sendu
"Rumah gak selalu berbentuk bangunan, Bulan. Rumah gw itu Lautan, Sunset, dan Hujan"ucap Senja tersenyum
"Tapi sesuka-suka nya gw sama Hujan, gw gasuka petir. Petir menakutkan, Hujan berisik, tetapi hujan berhasil ngisi keheningan yang ada"lanjut Senja
Bulan meremas lengannya, dia menatap kosong kearah lautan yang terlihat tenang. Sunset juga sudah hampir terlihat mendukung suasana indah dan tenang yang ada.
"Barcode?"tanya Senja membuat Bulan menoleh
Terkekeh pelan, "Iya. Gw rela lakuin apa aja demi ketenangan"
Senja mengangguk pelan. Dia paham dengan apa yang dialami oleh Bulan. Karna dia sendiri juga tengah mengalami hal itu.
"Ternyata kita sama-sama gila ya"ujar Senja seraya tertawa dengan pelan yang memancing tawa Bulan juga
"Tadi lo ngajakin Langit balapan, artinya lo suka balapan? Gimana kalo nanti malem kita balapan?"tawar Bulan dengan senyum tengilnya
Senja mendengus, "Boleh. Tapi nunggu jam 12 malem oke? Gw harus hadirin les private nya kak Aksa"
Bulan menganggukkan kepalanya pertanda setuju. Mereka menatap sunset yang sudah perlahan menghilang. Bayangan mereka berdua terlihat jelas dipinggir pantai. Dari sinilah, kisah Senja dan Bulan yang sebenarnya akan dimulai.
||~▪︎~||
Senja menghela nafas. Dia bersyukur ketika rumahnya sepi. Itu artinya, kedua orang tuanya sedang lembur dan akan pulang jam 23.25 setelah Senja selesai les.
"Syukurlah. Setidaknya, gw punya waktu bersantai dari berisik nya mereka kalo dateng nanti"gumam Senja seraya menutup pintu utama dan berjalan menuju kamar nya
Melempar ransel dengan sembarang, Senja melemparkan tubuhnya kekasur kesayangan nya. Menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 16.57 membuat Senja menghela nafas.
Jam 17.45 nanti dia akan les private bersama Aksa. Jika bisa, Senja ingin kabur, sungguh. Dia malas jika harus berurusan dengan buku. Namun Senja sadar, nilai itu lebih penting daripada Senja sendiri bagi kedua orang tuanya.
"Lo beruntung, Celya"
Lagi dan lagi, kata itu sering keluar dari bibir ranum Senja. Celya memang termasuk beruntung. Dia tidak pernah merasakan tekanan yang Senja rasakan seperti saat ini.
Ting!
Senja mengalihkan pandangannya, dia meraih ponsel yang berada di nakas. Ternyata notif dari Mahen
Mahendraa👻
Nanti malem kesini kan Senja?
Iya, Hen. Nanti gw bareng Bulan
Temen baru?
Iya!
~ ~ ~
Senja menutup ponselnya. Dia kemudian berjalan ke arah kamar mandi.
||~▪︎~||
00.12
Senja mengendarai motornya dengan kecepatan diatas rata-rata. Sial, dia terlambat 12 menit. Bulan dan yang lain sudah pasti menunggu nya daritadi. Ini ulah Aksa yang belajarnya sangat lama.
"Lo telat 20 menit, Senja Shaqueena"ujar Mahen dengan menatap datar kearah Senja yang baru saja turun dari motor
"Sial gw mana tau. Salahin Aksa sana, belajarnya lama amat"kesal Senja dengan tatapan kesalnya
"Mulai, Ja?"
Senja mengalihkan pandangannya kearah Bulan yang sudah siap digaris start. Menghampiri motornya, Senja mulai bersiap juga di garis start. Balapan bersama Bulan rasanya tidak buruk juga.
15 menit kemudian
"Woww, kemampuan lo oke juga Bulan"kekeh Senja menepuk pelan pundak Bulan yang baru saja turun dari motornya
"Hahaha skill lo juga oke"balas Bulan dengan senyuman tengilnya
Hasil mereka seri. Itu artinya, keduanya memang tandingan yang sepadan. Bulan memeluk Senja seraya menatapnya dengan serius yang dipahami oleh Senja
||~▪︎~||
||▪︎TBC▪︎||
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is Langit
Teen FictionSingkat saja. Kisah ini adalah kisah dua insan yang dipertemukan oleh takdir. Budayakan follow dan vote dulu sebelum membaca!