02.00 AM
Senja menatap pemandangan yang terpampang dijendela kamar sang sepupu. Yaps. Senja tidak pulang. Dia ingin menenangkan diri sementara saja. Tadi tantenya juga sudah memberi tau kepada kedua orangnya.
Keheningan itu tercipta. Senja sangat malas untuk beranjak. Detak jarum jam juga terdengar sangat nyaring ditengah keheningannya malam. Sungguh, Senja sangat menyukai malam.
Dirinya kembali menerawang ke masa lalu. Dimana dirinya masih berada disekolah dasar kelas 1. Dirinya bahagia, bahkan sangat bahagia. Jika boleh egois, rasanya Senja tidak akan pernah mau naik tingkat. Dia ingin tetap berada di sekolah dasar kelas 1.
Entah kesalahan apa yang Senja perbuat, semuanya menjadi runyam ketika Senja naik kelas dengan nilai tertinggi, lagi. Paksaan itu mulai nampak dengan sendirinya, sedikit demi sedikit.
"Senja salah apa tuhan? Tuhan sayang sama Senja kan? Kalo gitu, jemput Senja"lirih Senja dengan padangan mata yang kosong
Bukan. Senja bukan ingin dikasihani, Senja hanya ingin ketenangan. Senja hanya butuh kesendirian. Dan itu dia dapatkan hanya pada malam hari.
||~▪︎~||
"Morning tante, om, Gavin"sapa Senja dengan tersenyum manis kemudian duduk dimeja makan
Disana sudah ada Eva, Riski, dan Gavin yang sedari tadi menunggu Senja turun. Masih inget Gavin? Dia adalah sepupu Senja. Sepupu yang ingin dianggap teman oleh Senja. Dia sengaja menyembunyikan statusnya sebagai sepupu Senja.
"Ja, nanti kamu dianter Gavin gpp kan?"tanya Riski seraya menyantap nasi goreng yang sudah dimasakkan oleh Eva
Senja menggeleng ribut, "Gamau om! Senja mau berangkat sendiri aja. Sekalian mau pulang juga. Nanti Senja dicariin"jawab Senja dengan rinci dan santainya
Eva menghela nafas perlahan, "Nginep lagi semalem kenapa, Ja? Kamu ini betah banget dirumahnya"
"Senja suka aja dirumah, tan. Adem, ayem, tentram gitu"balas Senja dengan menyengir kuda yang membuat Gavin memutar bola matanya malas
Jawaban Senja membuat Eva dan Riski tertawa pelan. Setelah itu, hening menyapa. Mereka makan dengan tenang tanpa ada yang berbicara.
Selesai sarapan, Senja membantu Eva untuk membersihkan piring yang tadi digunakan. Meninggalkan Gavin dan Riski diruang tengah. Senja tidak masalah, mau telat dia tetap tenang.
||~▪︎~||
"Om, Tante, Gavin, Senja berangkat sekolah duluan yaa. Langsung pulang kerumah. Makasi udah ngijinin Senja nginep"ujar Senja seraya berpamitan pada Eva dan Riski tak lupa dengan Gavin
"Vin, gw balik dulu ya"
Gavin menganggukkan kepalanya, "Kalo ada apa-apa telpon gw Ja"
"Aman itu"balas Senja dengan terkekeh pelan
Senja mulai menstater motornya dan membawanya seperti orang kesurupan. Mengabaikan umpatan, cacian, dan kekesalan pengguna lain akibat kecepatan motor Senja.
15 Menit kemudian
Senja memarkirkan motornya. Seperti biasa, dia menenteng ransel nya dan hendak berjalan memasuki sekolah. Namun, suara motor lain mengalihkan atensi Senja. Bulan dan Langit terlihat memakirkan motornya masing-masing
"Hai Ja. Udah lama lo?"tanya Bulan seraya merapikan rambutnya yang agak berantakan akibat helm
"Nggak, gw baru dateng kok"jawab Senja dengan sengaja mengabaikan kehadiran Langit. Ingat, dia masih kesal akan sikap lelaki itu
"Hai Senja? Jadi balapannya?"
Hahh sepertinya Senja memang tidak bisa tidak emosi jika terlibat percakapan dengan Langit. Mulut pria itu memang sepertinya berbakat membuat orang merasa panas.
"Kalo balapan mobil-mobilan mah sama bocil nanti lo menang"sinis Senja kemudian menarik tangan Bulan meninggalkan Langit yang tampak tersenyum kecil
Senja dan Bulan berjalan dikoridor yang sudah ramai anak-anak. Bagaimana tidak? Ini sudah jam 06.45 yang artinya 15 menit lagi bel masuk akan berbunyi
"Lo emosian kalo ngomong sama Langit"cecar Bulan dengan tiba-tiba membuat Senja langsung melirik sinis kearah Bulan
"Mulut dia bau neraka. Bisa bikin orang panas"balas Senja dengan santai tanpa sadar bahwa mulutnya sendiri saja seperti bahan bakar neraka.
Bulan mendengus kasar, "Definisi lo ga ngaca. Mulut lo aja kek lagi ngomong sama musuh bebuyutan"
"Dih tai mana ada mek. Mulut gw bersih, anti bau neraka. Gw juga ga pinter ngeroasting jadi santai aja"ucapnya dengan santai membuat Bulan rasanya ingin menampol kepala Senja
"Kehoax-an yng mau lo jadiin nyata?"
"Bangsat lo Lan"
||~▪︎~||
||▪︎TBC▪︎||
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is Langit
Teen FictionSingkat saja. Kisah ini adalah kisah dua insan yang dipertemukan oleh takdir. Budayakan follow dan vote dulu sebelum membaca!