Pagi buta sudah sampai di sekolah?
Siapa lagi kalau bukan anak OSIS?Berdiri di gerbang sambil memeriksa kelengkapan siswa-siswi yang baru datang. Perut keroncongan tak dihiraukan. Belum lagi Kakak kelas yang berjalan cepat tak menghiraukan peringatan adik kelasnya untuk mengancingi lengan baju.
Masa jabatan OSIS memang baru satu bulan di alihkan. Sabila Raquella selaku wakil ketua OSIS sering kali kewalahan. Bagaimana tidak?, Sepulang sekolah hampir setiap hari selalu diadakan rapat OSIS. Wajar saja karena tahun-tahun sebelumnya belajar dilaksanakan dengan daring sehingga banyak hal yang perlu di perbaiki termasuk kebiasaan buruk siswa-siswi SMAN Nagaswara yang melanggar aturan.
Senyum Sabila terbit. Lailil dan Bella yang Sama-sama anggota OSIS menghampiri Sabila sambil tersenyum tanpa dosa. Padahal mereka sudah janji datang lebih awal dari biasanya, tetapi nyatanya mereka tetap telat.
" Kurang siang Bu berangkat nya," sindir Sabila. Keduanya nyengir.
" Belom banyak yang Dateng juga Bu santai ," tutur Bella yang diiyakan Lailil.
" Ya biar jadi contoh yang baik. lagian kan yang kebagian periksa kerapian hari ini kan cuma berlima," omel Sabila.
" Iya maaf-maaf," ucap Lailil menyerah.
" Btw Amora mana cuy?" Tanya Sabila.
" Tadi ngeliat sih mampir ke tukang uduk dulu dia," jawab Bella. Sabila hanya ber-oh ria.
Mereka bertiga beserta dua orang lainnya fokus memeriksa kelengkapan siswa-siswi yang baru datang . Sesekali Sabila menulis pelanggaran yang dilakukan beberapa siswa laki-laki yang berpakaian tidak rapih. Beberapa siswi yang terlihat mengenakan lipstik dengan warna merah mencolok, di hapus oleh Lailil menggunakan tissu basah. Untung OSIS sudah memprediksi bahwa hal seperti ini akan terjadi.
Setelah hampir satu jam mereka berjaga, akhirnya mereka bisa kembali ke kelasnya masing-masing. Terkecuali Sabila, karena harus menyimpan buku catatan pelanggaran ke ruang OSIS.
***
Rean Alvano. Pria dengan kacamata hitam yang bertengger di atas hidung mancungnya berdecak kesal, saat mendapati gerbang sudah ditutup. Bisa saja ia menyuruh satpam untuk membukakan gerbang. Tetapi sudah pasti ia harus menghadapi guru piket yang selalu berjaga diruang depan.Tidak ada cara lain ia harus memanjat pagar belakang. Mau tidak mau ia harus melewati ruang OSIS. Seharusnya akan aman-aman saja. Mengingat sudah jam masuk, semoga saja tidak anak OSIS.
Setelah berhasil melompat. Rean membersihkan telapak tangannya yang sedikit terkena debu. Tas yang sebelumnya ia lempar, kembali ia kenakan.
" Untung aman," ucap Rean lega.
" Ehem," dehem seseorang. Rean menoleh ke sumber suara. Itu Sabila.
" Masuk itu pukul 7, ini sudah terlambat tapi malah manjat pagar," omel Sabila. Sejujurnya Sabila tidak berani pada Rean. Bukan karena Rean siswa Badung yang disegani, tetapi karena Rean merupakan cowok yang dari awal MOS ia taksir.
" Banyak omong," ketus Rean kemudian langsung pergi.
Kalau saja ketiga temannya ada disini, mungkin mereka akan tersenyum menyebalkan untuk meledeknya. Bersyukur Rean dan ia tidak sekelas, jika mereka sekelas mungkin pria yang mempunyai beribu fans itu sudah mengetahui jika ia menyukai nya.
Setelah meletakan buku laporan Sabila pun mengunci ruangan itu. Dan bergegas kembali ke kelas khawatir jika guru jam pertama sudah masuk.
***
Jam pertama disini oleh pelajaran matematika peminatan. Sudah berkali-kali Bella menguap. Bahkan sampai terkantuk-kantuk. Hingga akhirnya Bu Dewi memerintahkan Sabila untuk membangunkan Bella.
" Bel bangun bel," bisiknya sambil sedikit mengguncangkan bahu Bella. Sementara itu Amora dan Lailil sudah cekikikan dari tadi.
" Bella ayo ke kamar mandi dulu nak cuci muka," ucap Bu Dewi . Beruntung Bu Dewi termasuk guru yang lumayan sabar. Jika tidak mungkin Bella sudah disuruh berdiri di depan kelas sampai jam pelajaran selesai.
Bella dengan cepat terbangun, sorakan tawa memenuhi ruang kelas. Dengan cepat Bella menarik lengan Sabila untuk mengantarnya ke toilet.
" Ah Lo mah ga bangunin gue," keluh Bella . Sabila tertawa.
" Udah dibangunin juga ih," jawab Sabila.
" Jangan ninggalin Lo ya, tunggu disini." Bella pun masuk ke toilet.
Sambil menunggu Bella, Sabila memilih duduk di bangku panjang yang berada di pinggir toilet. Mata Sabila terfokus pada Rean yang sedang asik bermain basket. Lapangan basket sendiri memang bertempat di depan koridor.
" Weh ayo tar Bu Dewi marah," ajak Bella yang langsung membuat Sabila tersadar.
" Ihhhh, lagi asik juga liatin Rean tuh," celoteh Sabila kemudian berjalan mengejar Bella yang sudah lebih cepat jalannya.
***
Hari sudah menunjukkan pukul setengah lima sore. Dan Sabila baru selesai rapat OSIS. Sekolah sudah sepi, hanya tersisa anak OSIS dan beberapa ekstrakurikuler lain yang sepertinya sudah selesai melaksanakan kegiatannya.
Kebetulan hari ini Lailil dan Bella bolos rapat. Padahal tadinya Sabila ingin meminta tumpangan kepada Bella yang memang diantar jemput mobil pribadi orang tuanya.
"Aduh nunggu ojol lama ini mah, minta tumpangan ke siapa ya?" Batin Sabila.
" Sabil mau pulang bareng?" Tanya seorang pria yang tiba-tiba berada di samping Sabila yang masih menunggu angkutan umum di luar gerbang.
"Eh?" Gumam Sabila kemudian melihat pria dengan motor ninja nya.
Rean?.
Mimpi apa Sabila malam itu?.
Ini mimpikan?." Eh kok bengong?" Tanya nya bingung melihat Sabila.
" Kok lo tau nama gua?" Tanya Sabila. Seingat nya Rean dan Sabila hanya sekedar hafal muka saja. Tidak pernah mengobrol bahkan berkenalan. Ya wajar saja Rean alvano sangat terkenal. Dari kakak kelas, adik kelas, bahkan teman seangkatannya nama Rean selalu menjadi buah bibir. Rean sendiri merupakan pemain basket terbaik yang selama bersekolah di Nagaswara sudah mengikuti lima kali perlombaan dan semuanya menyabet juara walaupun juara dua.
Alasan mengapa Rean cukup disegani bahkan oleh guru sekalipun. Itu karena orang tua Rean adalah donatur terbesar di Nagaswara. Jadi tak heran sudah good looking, jago basket , dan mapan . Wanita mana Yang mau menolak Rean ?. Sepertinya tidak ada.
" Loh Sabil, jangan Lo pikir gue Rean?" Ucap pria itu terlihat sedikit kecewa.
Ya ampun Sabila lupa. Rean memang memiliki kembaran, Sean Alvano namanya. Sean merupakan Kakak kelasnya. Alasan mengapa Rean dan Sean tidak seangkatan, itu karena Rean pernah mogok sekolah. Berbeda dengan Rean, Sean merupakan mantan ketua OSIS. Prestasi nya jangan ditanya. Semua juara akademik di dapat berkat Sean. Saudara kembar ini memang memiliki potensi di bidang yang saling bertolak-belakang.
Sama halnya dengan Rean. Sean juga sama populernya namun memang lebih populer Rean .
" Hehe maaf kak abis mirip." Sabila merasa sedikit tidak enak kepada kakak kelasnya itu.
" Wajar kan kita kembar"
" Ya udah jadi mau pulang bareng?" Tanya Sean lagi.
" Ngerepotin gak kak?" Tanya Sabila.
" Gapapa ayok naik," ucap Sean.
Baru saja Sabila menaiki motor Sean, tiba-tiba seorang perempuan datang dan menarik Sabila dengan paksa hingga Sabila turun dari motor Sean.
" Ih apa-apaan Lo?" Sentak seorang gadis yang matanya sudah memerah.
" Loh?"
Bersambung...
Makasih udah baca 🤩
Bantu vote ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
relatif
Подростковая литератураHidup Sabila biasa saja, tidak ada yang special. cenderung kesepian. hanya teman-teman yang sedikit mewarnai hari gelapnya. tetapi apa jadinya ketika teman-teman nya berbalik dan menghindarinya. apakah Sabila punya salah? secercah warna dalam hidupn...