Pagi itu pukul 06:30. Sabila sudah bersiap untuk berangkat sekolah. Beruntung ia tidak kebagian piket jaga kerapihan hari ini, jadi ia bisa sedikit bersantai. Saat ia memasukkan buku ke dalam tasnya. Pintu terbuka, Maura dengan cengengesan menghampiri Sabila.
" Cie Kakak punya pacar," ledek Maura membuat Sabila keheranan. Sepertinya adiknya belum minum obat. Pagi-pagi bicaranya sudah ngawur
" Apaan sih dek," jawab Sabila kemudian memakai tasnya. Berkaca sebentar kemudian berjalan keluar sambil di buntuti Maura.
Sabila mengunci kamarnya kemudian mencari keberadaan bunda untuk berpamitan.
" Kak, bunda udah di mobil," ucap Maura seakan tau apa yang dicari kakaknya.
" Oh ya udah yuk ke bunda," ajak Sabila kemudian menggandeng tangan Maura.
Setelah mengunci gerbang. Tepat di depan mobil bunda sudah berdiri Rean dengan kacamata kebangsaannya. Tak lupa jaket hitam yang mampu menutupi seragam putihnya.
What??
Untuk apa Rean menunggunya. Pantas saja Maura meledeknya ternyata ada Rean. Maura yang melihat kakaknya tercengang, akhirnya menyenggol lengan Sabila dengan sedikit tenaga.
" Kakak itu udah ditunggu sama pacarnya, ih malah bengong," ledek Maura kemudian masuk kedalam mobil. Setelah masuk dengan iseng Maura menurunkan kaca mobil. Sehingga orang yang ada didalamnya terlihat. Bunda hanya melirik Sabila sekilas kemudian menancapkan gas .
" Dadah kakak," pamit Maura sambil tangannya melambai-lambai keluar.
Setelah mobil bunda tak terlihat barulah Sabila menghampiri Rean. Padahal seharusnya sekarang ia menunggu Go-Jek datang. Tetapi yang datang malah Rean. Oh, apa jangan-jangan Go-Jek merupakan pekerjaan sampingan Rean?.
" Lama banget sih," omel Rean membuat Sabila tambah bingung.
" Maaf ya, gue kira bapak Go-Jek nya belum sampai, eh ternyata udah ya, btw udah berapa lama jadi supir Go-Jek?" Tanya Sabila polos. membuat Rean menjitak kepala Sabila pelan. Sehingga membuat Sabila mengelus kepalanya.
" Gue bukan kang Go-Jek," ucap Rean
" Trus ngapain kesini?" Tanya Sabila.
" Mau berangkat bareng lah."
" Loh, hoki lagi nih gue," ceplos Sabila .
" Eh." Shit Sabila keceplosan.
" Jelas hoki, siapa juga yang mau nolak Rean Alvano. Cowok tertampan ," sombong Rean sambil menarik turunkan kacamata.
" gue udah pesen Go-Jek kasian bapaknya masa gue cansel," ucap Sabila.
Tak berselang lama bapak-bapak paruh baya dengan jaket hijau serta motor beat hitam berhenti didepan mereka.
" Kak Sabila ya?" Tanya bapak Go-Jek sambil memeriksa titik temu di handphonenya.
" Benar pak" jawab Sabila.
" Bapak pulang lagi aja ya, Sabila berangkat sama saya. Sebagai gantinya ini uang tip untuk bapak ." Rean menyodorkan dua lembar uang berwarna merah.
" Yo wes. Mas,mba saya duluan ya," pamit bapak Go-Jek kemudian tersenyum ramah dan langsung menarik gas.
" Segitu mau nya ya nganterin gue haha," ledek Sabila.
" Lo kalo gue tinggal sekarang juga bisa loh padahal," ancam Rean membuat Sabila cepat-cepat menaiki motor walau sedikit kesusahan.
" Ayo bang Go-Jek let's go," ucap Sabila membuat Rean menarik gas dengan kecepatan tinggi.
" Ih pelan-pelan," ucap Sabila takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
relatif
Teen FictionHidup Sabila biasa saja, tidak ada yang special. cenderung kesepian. hanya teman-teman yang sedikit mewarnai hari gelapnya. tetapi apa jadinya ketika teman-teman nya berbalik dan menghindarinya. apakah Sabila punya salah? secercah warna dalam hidupn...