Sean menatap tak percaya pada Rean yang sedang santai mengunyah kuaci sambil menonton TV. Venia yang menyadari anak sulungnya pulang langsung menghampirinya.
" Udah pulang kak?" Tanya venia.
Sean membuang muka tak mau menatap wajah bundanya.
" Kalo ditanya tuh jawab," ujar Rean sok menasihati.
" Bunda mau apa sih ?, Kenapa bohong sama aku? Apa bunda ga ngebolehin aku keluar sebentar aja?" Tanya Sean sudah muak dengan tingkah kekanakan bundanya.
" Kamu hari ini belom belajar kak," ucap Venia.
" Emang aku dilahirin cuma buat belajar ya Bun? " Ucap Sean tak percaya dengan ucapan bundanya.
" Kamu itu harus bisa jadi contoh yang baik buat adek kamu," ucap Venia.
" Emang selama ini yang selalu buat onar itu kakak?" Tanya Sean .
Skakmat. Venia membisu. Mulutnya terasa kelu .
Memang sudah kenyataan nya bahwa Rean lah yang selalu berbuat onar. Tetapi justru Sean lah yang di tekan untuk menjadi sosok kakak yang bisa menjadi panutan adiknya.
" Bun aku ke basecamp ya, rumah selalu berubah hawanya kalo ada dia," sindir Rean menatap tajam Sean.
" Jangan malem-malem ya dek," nasihat venia.
Rean mengangguk kemudian mengambil jaket Nagaswaga di dudukan sofa . Mengambil kunci motor di laci kemudian langsung pergi.
Sean hanya menatap ibunya tajam.
Kenapa Sean selalu dibedakan?.
Sean berjalan menuju kamarnya di lantai dua. Lagi-lagi ia harus menelan nafas. Kebebasan memang hanya ditakdirkan untuk adiknya.
***
" Lo yang laporin Sean?" Tanya Sheila ketika Rean baru datang di basecamp.
Sheila memang mengikuti geng motor Nagaswaga. Sebenarnya Sean sudah berulangkali melarangnya tapi Sheila tak mendengarkannya.
" Sean curhat ke Lo?" Tanya balik Rean.
" Bunda kan ga suka anaknya pacaran, jadinya begitu tau Sean pergi buat jalan sama cewek ya gue aduin aja ," ceritanya.
" Perasaan Lo sering bulak-balik bawa cewek ke rumah deh," ucap Sheila yang memang sering mengunjungi rumah Sean.
" Mungkin gue anak pungut kali, jadi di bebasin gitu aja ," ucap Rean enteng.
Kadang Rean iri ketika melihat kakaknya selalu di khawatirkan. bagi Rean dirinya sudah seperti anak berandalan yang dibiarkan hidup bebas. Alasan Rean selalu berbuat onar karena ingin melihat orangtuanya mengkhawatirkan nya. Nyatanya itu tak pernah ia dapatkan. Dan Sean selalu menang dalam hal itu.
" Anak pungut dari mana anjir, Lo kan anak kembar," ucap Sheila sambil menoyor pipi Rean pelan.
" Udahlah males ngomongin begituan."
Sheila bergeser. Memberi ruang Rean duduk di sampingnya.
Basecamp Nagaswaga lumayan luas. Satu rumah dengan konsep terbuka untuk meminimalisir penggunaan untuk hal tak senonoh. Dibagian luar halaman yang cukup luas. Basecamp ini dibuat sudah hampir lima tahun yang lalu oleh angkatan sebelumnya sehingga angkatan selanjutnya hanya perlu menjaganya. Lokasi nya hanya berjarak beberapa meter dari sekolah sehingga tempat teraman untuk membolos.
" Si Farel sama si Angga kemana katanya kesini kan?" Tanya Rean menyadari hanya Sheila yang berada di basecamp.
" Meli naspad tadi gue yang suruh," jawab Sheila kemudian menyandarkan kepalanya di pundak Rean.
" Oh."
Sheila kembali duduk tegak.
" Loh kenapa?" Tanya Rean heran.
" Sean nelpon," ucap Sheila sambil menunjukkan ponselnya.
" Ga usah diangkat," larang Rean.
"Ya udah," ucap Sheila kemudian mematikan handphonenya.
Sheila kembali menyandarkan kepalanya. Tangan Rean mengusap kepala Sheila pelan. rasa sayangnya pada gadis di sampingnya sudah lebih dari rasa sayang antar teman.
Rean memainkan rambut panjang Sheila. Harum lavender dari shampoo Sheila selalu menjadi favoritnya.
" Jangan potong rambut ya Shei, gue suka rambut Lo ," ucap Rean.
" Suka rambut gue atau suka gue nih," gurau Sheila kemudian tertawa terbahak. Tanpa disadari jantung Rean berdetak lebih kencang.
" Lagian Abang Lo mau bawa gue ke salon buat Potong rambut," ucap sheila ketika sudah capek tertawa sendirian.
" Ga boleh."
" Kalau udah nyuruh ga bakal bisa gue bantah tuh anak," ucap Sheila. Bohong, bisa saja dia menolak. tapi hatinya yang selalu memuja Sean, selalu menerima permintaan pria itu.
Hening sejenak. Kemudian tak lama suara motor terdengar. Anggara dan Farel sudah datang sambil menenteng plastik berisi nasi Padang dan air mineral. Merekapun makan dalam diam. Kalau sambil ngobrol bisa tersedak, begitu nasihat dari orang tua mereka .
TBC
Jangan lupa ninggalin jejak hehe love you
KAMU SEDANG MEMBACA
relatif
Teen FictionHidup Sabila biasa saja, tidak ada yang special. cenderung kesepian. hanya teman-teman yang sedikit mewarnai hari gelapnya. tetapi apa jadinya ketika teman-teman nya berbalik dan menghindarinya. apakah Sabila punya salah? secercah warna dalam hidupn...