Chapter 1. 3

214 20 0
                                    

EPISODE 3

Apa, Apa, Apakah aku dalam bahaya kematian lagi?... ...

 Sepertinya seperti itu.

"Apa yang kamu pikirkan?"

"ah... .... disana, um... ... itu..."

Aku tidak tahan untuk menyampaikan kata-kata bahwa aku merasa kasihan pada tunangan Anda.

Ketika aku bergumam dan tidak bisa berbicara dengan benar, sang pangeran meraih sarungnya.

"Apakah kamu ingin meninggalkan dunia ini di sini?"

"Ya, Saya sudah memikirkan hal lain untuk sementara waktu!"

Atas alasanku, sang pangeran agak mengeraskan ekspresinya. Aku tidak tahu apa itu, tapi sepertinya itu sangat bertentangan dengan percakapan.

"Beraninya kamu memikirkan hal lain sementara aku di depanmu. Sepertinya kamu ingin mengucapkan selamat tinggal pada dunia ini sekarang?"

"Ampuni saya! Maaf!"

"Kita harus menunggu dan melihat."

Kurasa dia berpikir untuk membunuhnya. Terni, yang mengawasi kami dari samping, menyela.

"Adrian, berhenti menggodnya."

Apakah kamu bercanda?

Namun, sang pangeran bahkan tidak berpura-pura mendengarkan kata-kata Terni.

Aku menatap tangan pangeran, yang masih menghadap sarungnya(sarung pedang). Itu hampir ditarik keluar segera.

Jika ditarik keluar, saya akan segera dipenggal. Hehehe aku tidak mau mati! Aku belum mewujudkan impian ku untuk memiliki rumah sendiri!

Melihat sang pangeran dengan ekspresi sedih, dia membentak dengan dingin.

"Jawab apa yang aku katakan."

"eh..."

Karena aku tenggelam dalam pikiran lain, tidak mungkin aku bisa mengerti apa yang dikatakan pangeran.

Ah, ayo tinggalkan dunia di sini seperti ini. Dengan harapan terakhir, dia diam-diam memandangi orang-orang yang berdiri di belakang pangeran.

Dua pria berdiri di belakang pangeran. Salah satunya adalah seorang pria dengan rambut merah muda pucat dan mata hijau muda. Dia memiliki warna rambut yang mengingatkannya pada batu mawar yang dia lihat kemarin.

Mata hijau muda menatapku dengan acuh tak acuh, seolah tidak tertarik pada apapun.

Seperti yang diharapkan, rumor bahwa Diano, seorang kesatria yang dekat dengan putra mahkota, hanya mengetahui ilmu pedang adalah benar.

Dan di sebelahnya berdiri seorang pria yang menyebut dirinya kakak laki-laki ku, Terni.

Saat aku memandang mereka dengan perasaan ingin meraih seutas tali busuk, aku menatap mata Terni.

Diano, seorang pria dengan sikap acuh tak acuh, sepertinya tidak membantuku, jadi aku menatap Terni dengan tatapan sedih.

Oppa, tolong bantu aku sekali lagi seperti sebelumnya. Apakah kamu akan mengirim saudara perempuannya ke dunia lain seperti ini?

Tapi Terni hanya menatapku dengan senyum di wajahnya dan tidak melakukan apa-apa. ... ... aku akan melihat apakah kamu dapat mengirimkannya.

Apakah keluarga ini keluarga tepung kacang?

Aku merasa seolah-olah aku akan luluh setiap saat melihat tatapan tajam sang pangeran. Sedemikian rupa, hidup aku dipertaruhkan.

Aku menebak garis pangeran di depannya, yang tidak ku ingat. Tapi tidak ada yang terlintas dalam pikiran.

The Crown Prince's Fiancée  ( COMPLETED )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang