7. Tugas Fisika

297 45 10
                                    

Hari Senin dan serangkaian kegiatan paginya adalah sesuatu yang paling menyebalkan bagi Cakra. Remaja itu harus disibukkan dengan segala tetek bengek keribetan di pagi harinya.

Bangun lebih awal, upacara sekolah, dan belum lagi suara sang Mami yang menggema di seluruh penjuru rumah hingga kamarnya. Itu benar-benar pagi yang buruk dan menyebalkan.

Jika saja, mobil miliknya tidak masuk bengkel sudah dipastikan ia ada alasan untuk membolos di jam pelajaran awal-awal sekolah hari ini. Tapi berhubung ia berangkat dengan sang papi, jadilah ia harus merelakan tidur paginya yang terusik.

"Abang .... Ayo bangun!!! Semuanya udah mau siap tapi Abang masih molor aja!!!"

"Eungh ..."

"Ayo Bang!! Kalau kamu nggak bangun, mami bakal guyur Abang pakek air es ya!!"

"Eunghh ... Lima menit lagi Mi. Abang ngantuk banget"

Kanaya menghembuskan nafasnya kasar. Namun, tak ayal ia tetap mencoba menarik lengan anak bungsunya itu. Hingga beberapa saat kemudian Cakra sudah berhasil terduduk dari tidurnya. Laki-laki itu menyenderkan punggungnya pada kepala ranjang.

"Mandi! Mami nggak mau tahu 10 menit lagi kamu harus turun! Kalau nggak, mobilmu akan Mami biarkan di bengkel selama sebulan penuh!"

Ancaman itu seketika membuat mata Cakra melotot sempurna. Laki-laki dengan julukan ketua geng itu secepat kilat meloncat dari ranjangnya. Bersiap secepat mungkin sebelum maminya benar-benar melakukan ancamannya.

Hingga Lima belas menit kemudian, Cakra turun dengan nafas yang terengah-engah. Dibawah sana, Cakra sudah mendapati kedua orangtuanya lengkap dengan dua kakaknya yang masih menikmati sarapannya.

"Ayo bang! Papi bisa telat kalau nunggu kamu jalan!"

"Aku berangkat sama Papi lagi?"

"Iya. Memangnya kamu mau berangkat sama siapa -- ya ampun bang, kamu tadi mandi gimana sih kok sabun masih ada di tengkuk sama telinga gini"

"Cakraaww tadiww buwru buwru miii"

Ucapan Cakra yang tidak jelas dikarenakan ia tengah mengunyah makanan itu membuat Kanaya gemas seketika. Dengan cekatan, ia beralih dari sang suami menuju sang putra.

Tangannya ia gunakan untuk menyapu beberapa busa sabun yang terlibat menempel pada tengkuk dan telinga putranya itu. Lalu setelahnya Kanaya beralih untuk mengambil ahli piring Cakra dan menyuapinya sedang Cakra tengah membenahi tali sepatunya.

"Kunyah dulu baru bicara Cokro! Muncrat semua tuh!" Seruan Venus terdengar.

"Iya Ti! Lo bawel banget sih"

"Buku gue balikin cak! Ntar titipin ke Jingga aja. Gue ada jaga UKS ntar soalnya"

"Buku apa?"

"Fisika gue! Lo kemarin kan pinjem buat nyalin tugas"

Cakra terdiam. Kini, tangan, mulut serta otaknya sama-sama sibuk. Mengikat tali sepatu, mengunyah makanan, dan juga memutar memory kejadian kemarin sore.

Ia masih ingat betul memang kalau kemarin ia meminjam buku kembarannya itu untuk menyalin tugas miliknya. Dan kejadian itu kalau tidak salah berlangsung di sekolah.

"Titi!!!"

Venus menoleh. Gadis yang tengah membawa sebuah es plastik dan makanan ringan itu menoleh seketika. Diujung lapangan, Ia mendapati Cakra yang tengah mengayunkan telapak tangannya. Kode, menyuruh dirinya agar mendekat.

Sebenarnya, Venus malas sekali menuruti perintah Cakra. Berada dikumpulan anak laki-laki yang penuh keringat seperti pemandangan di tengah lapangan saat ini. Apalagi cuaca sedang panas-panasnya. Namun, tak ayal ia tetap mendekat pada adiknya itu.

VENUS IS WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang