"Mas air cita-citanya apa?"
"Yang mana?"
"Hah?!"
"Cita-cita gue banyak. Kalau Lo tanya cita-cita gue mulai dari gue umur berapa baru gue jawab"
Venus tersenyum kecil. Ia menatap laki-laki kaos biru disampingnya ini dengan pandangan jenaka, "Mas bisa ngelawak juga ya"
"....."
"Serius aku mas. Mas cita-cita nya apa setelah lulus sekolah nanti"
Air terdiam sesaat. Ia tidak menjawab pertanyaan Venus barusan. Melainkan menatap gadis mungil dengan rambut bertebrangan disampingnya itu. Bibirnya seketika menarik garis tipis lalu tangannya reflek untuk menyelipkan beberapa anak rambutnya kebelakang telinga Venus.
"Setalah lulus nanti gue ngga banyak rencana. Cuma gue akan coba peruntungan gue di Kedokteran "
"Mas mau jadi dokter?!"
"Doain ya"
"Aku selalu doain mas Air. Semoga semuanya lancar ya mas"
"Thanks"
"Mau pendidikan dimana mas rencananya kalau boleh tahu"
"Gue nggak tahu"
"Kok nggak tahu? Ini udah mepet banget Lo mas waktunya untuk bikin keputusan yang tepat "
"Gue masih belum menemukan alasan untuk gue belajar dimana"
"Haru gitu ya? Harus ada alasan?"
"Gue begitu Ven. Harus ada alasan yang mendasari untuk gue melakukan sesuatu. Karena itu bikin gue fokus "
"Emm ... Coba di Singapura mungkin mas?"
Kini, fokus Air sepenuhnya untuk Venus. Laki-laki itu menatap Venus dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Ada luapan emosi yang mendalam di tatapan milik Air saat ini. Untuk sesaat Venus dibawa jauh kedalam telaga coklat itu. Venus seperti dibuat enggan untuk menapaki lebih dalam.
"Ayo pulang. Udah terlalu sore nanti Papi Lo nyariin"
Dan kini Venus merasa terhempas begitu saja. Entah kenapa ia merasa seperti itu. Bahkan pegangan tangan Air di telapak tangannya tidak menyalurkan getaran seperti sebelum-sebelumnya. Ini... Ada yang salah. Firasatnya memberinya sinyal bahaya.
"Aku tadi salah ngomong ya mas?"
"Enggak. Ngga ada"
"Beneran mas?"
"Iya beneran Ven. Everything is fine"
Bohong! Venus tidak mudah percaya begitu saja. Lihat saja, sekarang laki-laki disampingnya itu yang tengah fokus dengan kemudinya kembali terdiam seribu bahasa. Berbeda dengan beberapa saat yang lalu, laki-laki disampingnya selalu ada saja pertanyaan -pertanyaan ringan yang dilontarkan untuknya guna memecah suasana.
"Hallo?"
Venus balik menatap tatapan Air ketika laki-laki itu mendapat telfon. Mata laki-laki itu terus menatapnya lekat-lekat sambil sesekali fokus dengan kemudinya meskipun tengah mengangkat panggilannya.
"Harus sekarang?"
"....."
"Ya Tuhan .. 3jam? Dan kamu baru telfon aku?"
"....."
"I'm sorry. Aku tadi ngga lihat ponsel sama sekali"
"....."
"Oke, aku on the way sekarang. Tunggu jangan kemana-mana "Sambungan terputus . Air dan Venus masih saling melempar pandang, "Ven, sorry banget gue harus drop out Lo di dekat rumah Lo"
"Oh ya ngga papa mas. Mas ada urusan penting?"
KAMU SEDANG MEMBACA
VENUS IS WORLD
Teen FictionIni tentang dunia Venus dan Air. (Buku kedua dari ILT) bisa dibaca terpisah. Tapi aku sarankan baca ekstra part dulu dari ILT nya. Dilarang mencopy paste Cerita ini. Kalau mau menjiplak, jiplak otak saya aja ya biar kita sama-sama gesreknya. Copyri...